Saat hamil, wanita ‘menumbuhkan’ organ lengkap bayi di dalam rahimnya. Tentu saja hal ini membawa perubahan signifikan, terutama pada sistem imun ibu hamil, hormon, dan perubahan fisik.
Selama ini penelitian terkait topik sistem imun ibu hamil selalu menggunakan tikus percobaan untuk menyimpulkan sebuah teori. Kemudian para peneliti sadar bahwa bagaimanapun, tikus bukanlah manusia sehingga reaksinya akan berbeda.
Kemudian, sebuah inisiatif datang dari peneliti bernama Dr. Brice Gaudilliere asisten profesor anestesiologi, perioperatif, dan obat nyeri di Pusat Penelitian Prematur March of Dimes Prematurity Research Center di Stanford University, California. Bersama rekannya, ia membangun model komprehensif tentang sistem imun ibu hamil yang sehat dan dibandingkan dengan para ibu hamil yang pada akhirnya mengalami kelahiran prematur.
Seperti yang ditulis di Medical News, dokter ini menaruh perhatian besar terhadap kelahiran prematur. Adakah hubungan yang pasti antara sistem imum ibu hamil yang lemah dengan kemungkinan terjadinya kelahiran prematur?
Artikel terkait: 5 Asupan mikronutrien yang penting untuk ibu hamil.
Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan. Kondisi ini adalah penyebab utama kematian lebih dari 1 juta anak di bawah usia 5 tahun berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015.
Di Amerika Serikat, tingkat kelahiran prematur adalah 10 persen. Dan secara global, jumlah kelahiran prematur semakin meningkat. Mereka yang bertahan hidup dalam proses melahirkan yang sulit pun bisa menghadapi komplikasi seumur hidup.
Dr. Gil Mor, seorang profesor kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Yale School of Medicine di New Haven, CT dan rekannya menjelaskan di dalam jurnal Nature Review Immunology bahwa janin bekerja mirip dengan organ transplantasi manusia.
Para ilmuwan berpikir bahwa sistem imun ibu hamil harus ditekan selama kehamilan untuk menghentikannya dari menolak janin. Adanya sejumlah sel imun di tempat implantasi embrio diambil sebagai bukti untuk teori ini.
Sel imun tubuh manusia disebut sedang memerangi sel embrio asing yang mencoba menekan respons sistem tubuh ibu hamil ini. Jika sel embrio jadi prioritas di dalam sel organ ibu hamil dibanding sistem imun tubuhnya, maka pertumbuhan janin bisa dilanjutkan.
Jika proses pertarungan antar sistem imun tubuh dan embrio bayi ini tidak berhasil, maka diperkirakan akan menyebabkan keguguran atau persalinan prematur.
Namun, penelitian lanjutan membantah hal itu. Kehadiran sel imun bukanlah respon tubuh terhadap ‘benda’ asing seperti dalam transplantasi namun merupakan persyaratan untuk sehatnya janin. Lebih lanjut, penelitian juga membuktikan bahwa interaksi antara sel janin dan respon sistem imun ibu hamil merupakan komponen penting selama masa kehamilan.
Untuk memungkinkan embrio berkembang dengan sempurna, beberapa sel imun ibu hamil secara aktif menyerang lapisan rahim. Hal ini menyebabkan peradangan ringan yang mirip dengan organ tubuh yang sedang penyembuhan luka.
Jika peradangan dari aktivitas sistem imun itu dicegah, maka pertumbuhan janin tidak dapat dilanjutkan. Itulah pentingnya molekul peradangan dan sel dalam proses ini.
Area yang sedang terjadi peradangan ini mendominasi rahim pada 12 minggu pertama kehamilan. Selama 15 minggu berikutnya, janin bisa berkembang dengan cepat.
Beberapa sel janin memperlihatkan tanda yang jelas pada permukaan sel atau antigen yang berasal dari ayah. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan tubuh ibu akan mengenali hal ini sebagai zat asing di dalam rahimnya dan menyerang sel-selnya.
Regulatori T cells (Tregs), yang merupakan bentuk khusus sel darah putih yang mendukung daerah anti-peradangan di rahim ibu secara aktif akan melindungi sel janin tersebut. Peneliti menyebut aktivitas rahim dan sistem imun ibu hamil ini sebagai perang tiada henti yang terjadi di tubuh ibu pada masa kehamilan.
Pada tahap akhir kehamilan, sistem kekebalan tubuh beralih kembali ke keadaan pro-peradangan. Tanpa ini, ibu tidak bisa melahirkan. Pada persalinan prematur, masalah yang timbul adalah kurang baiknya respon rahim ini dengan sistem imun tubuhnya.
Sistem imun ibu hamil, adanya campur tangan virus dan bakteri
Peperangan sehat antara imun tubuh ibu dan sel janin kadang diganggu juga oleh campur tangannya virus dan bakteri yang menyerang janin. Menurut penelitian dr. Mor, virus dapat menonaktifkan proses pemberian sinyal yang penting agar sistem kekebalan tubuh dan bakteri dapat berinteraksi.
Namun bagaimanapun, Dr. Gaudilliere menyimpulkan bahwa satu faktor saja tidak cukup untuk menyimpulkan tentang kinerja sistem imun ibu hamil dengan janin. Yang jelas, keduanya sangat berhubungan erat dan dipengaruhi juga dengan riwayat penyakit kedua orangtua, virus dan bakteri yang ada selama kehamilan, jenis darah, dan lainnya.
Dengan kondisi yang berbeda-beda seperti itu, para ibu hamil harus berusaha sebisa mungkin untuk menetap di lingkungan yang cakupan vaksinnya besar agar janin terhindar dari virus yang berbahaya. Selain faktor kesehatan fisik yang perlu diperhatikan, masih ada faktor kesehatan psikologis yang tak boleh diabaikan.
Baca juga:
11 Cara menjaga kesehatan ibu hamil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.