Apa Itu Fase Tantrum pada Anak? Ketahui Cara Mengatasi dan Penyebabnya
Tantrum pada balita memang bikin kesal. Bagaimana mengatasi dan mencegahnya agar kebiasaan buruk ini dapat hilang?
Tantrum adalah permasalahan yang kerap ditemui oleh banyak orang tua. Tantrum pada anak masih belum teratasi? Masih saja kesal dengan anak yang sering tantrum di mal? Menendang-nendang atau memukul Anda karena tidak dibelikan mainan? Apa cara mengatasi anak tantrum?
Apakah Anda pun menjewer atau mencubit saat anak mulai mengeluarkan ‘jurus andalan’ mereka? Tantrum tidak dilawan dengan jeweran atau cubitan karena tangisan mereka akan semakin keras.
Berikut adalah artikel terkait temper tantrum yang bisa Parents baca. Mari kita simak supaya bisa lebih terkondisikan saat anak tantrum.
Artikel Terkait : Menghadapi Anak Tantrum, Ini 6 Hal yang Harus Parents Pahami
Daftar isi
Apa Itu Tantrum?
Umumnya, anak usia 2 sampai 3 tahun memang akan melewati fase tantrum. Tantrum adalah ledakan emosi, yang biasanya terjadi baik pada anak-anak atau juga orang dewasa ketika mengalami kesulitan emosional.
Tantrum adalah kondisi di mana seorang anak kesulitan untuk mengontrol emosinya sehingga tampil dalam perilaku seperti menangis berlebihan, hingga memperlihatkan perilaku yang menyakiti diri sendiri.
Meskipun tantrum bisa sangat mengejutkan dan membuat frustrasi, tantrum sebenarnya adalah proses normal dari perkembangan anak.
Apakah Hanya Anak yang Mengalami Tantrum?
Pada dasarnya, tantrum dapat menyerang anak dan dewasa. Bahkan kita pun sering tantrum, meski pelampiasannya bukan seperti balita.
Gejala Tantrum
Beberapa gejala tantrum yang perlu diwaspadai, di antaranya:
- Menangis
- Ngambek
- Marah
- Menjerit-jerit dan berteriak
- Guling-gulingan di lantai karena keinginannya tak dipenuhi atau kesulitan mengekspresikan perasaannya.
- Merengek
- Menendang dan memukul
- Menahan napas
- Mendorong
- Melempar barang.
- Menegangkan badan dan meronta-ronta tubuhnya.
Penyebab Anak Tantrum
Penyebab anak tantrum adalah sebagai wujud dia mengekspresikan keinginannya. Mungkin dia mengalami perasaan yang ingin disampaikan, tetapi belum memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaan itu, ini merupakan salah satu penyebab tantrum pada anak, demikian dilansir dari laman web Very Well Family.
Dilansir dari laman Raising Children, untuk balita dan anak yang lebih besar, ada hal-hal yang dapat membuat tantrum lebih mungkin terjadi:
- Frustasi – kondisi temperamen ini memengaruhi seberapa cepat dan kuat anak-anak bereaksi terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi atau perubahan di lingkungan mereka. Anak-anak yang lebih sensitif mungkin akan lebih mudah kesal dengan hal-hal tertentu.
- Stres, kelaparan, kelelahan, dan stimulasi berlebihan – kondisi fisik dan kebutuhan yang harus terpenuhi, jika tidak maka dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan tetap tenang.
- Situasi yang tidak dapat diatasi oleh anak-anak – misalnya, jika seorang balita mungkin sedang mengalami kesulitan mengatasi situasi dirinya, saat ada anak yang lebih besar mengambil mainan. Sedangkan, anak yang lebih besar mungkin mengalami tantrum karena mereka belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.
- Emosi yang kuat – tantrum muncul saat si kecil sedang khawatir, takut, malu, dan marah, kondisi yang dapat membuat anak-anak kewalahan.
Para pakar psikolog memang mengatakan bahwa fase tantrum ini biasanya terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, ketika anak-anak membentuk kesadaran diri.
Akan tetapi, fase tantrum pada anak ini biasanya akan mulai menurun pada usia 4 tahun. Mereka biasanya mengalami ini dalam waktu satu tahun, dilansir dari laman Cleveland Clinic.
Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Tidak ada metode yang mudah untuk mengatasi anak tantrum setiap saat, dan Parents mungkin akan menghadapi si kecil mengamuk secara tiba-tiba, terlepas dari seberapa keras Anda berusaha untuk menghindarinya. Berikut beberapa cara mengatasi tantrum yang dapat Parents lakukan.
1. Mencari Tahu Penyebab
Yang ini memang tidak mudah karena balita yang sudah menangis keras akan semakin memberontak apabila ditanya. Sebagai orang tua, kita harus tahu tanda-tanda anak yang mulai menunjukkan kekesalannya.
Bisa jadi ia capek atau lapar. Ajak bicara secepatnya dan cari tahu mengapa ia kesal, sebelum mereka mulai menghentakkan kaki sambil berteriak-teriak.
2. Menghindari Tantrum
Tantrum pada balita kerap terjadi saat mereka menginginkan sesuatu. Toko mainan dan supermarket adalah tempat favorit anak-anak—selama orang tua membelikan apa yang mereka inginkan di situ.
Namun tidak semua keinginan anak harus dituruti oleh orang tua, bukan? Karena itulah, ada baiknya anak tidak diajak ke tempat-tempat tersebut. Jika memang terpaksa, pastikan orang tua membuat perjanjian bahwa si balita tidak meminta apa-apa. Ingatkan mereka apabila mereka menunjuk sesuatu yang tidak perlu dibeli.
3. Reward
Saat mereka patuh dengan perjanjian tadi, orang tua pun harus menghargai usaha mereka. Buatkan makanan kesukaan mereka, atau memberi keleluasaan bagi mereka untuk bermain lebih lama. Namun, hal ini tidak perlu diungkapkan sebelum perjanjian dibuat, karena mereka pasti akan menuntut ‘reward’ ini.
4. Jangan Mengalah
Duh, kesannya memang tega banget ya. Namun, tantrum yang tidak terkendali akan berimbas negatif kepada kepribadian anak. Saat dewasa nanti, sulit baginya untuk mengalah kepada orang lain, sehingga berimbas pada kehidupan karir dan sosial mereka.
Saat mereka mulai meminta yang tidak-tidak, cobalah sedikit bermain dengan meminta seperti ini ‘kalau kakak minta mainan mahal itu, mama juga minta diambilkan bintang yang di langit ya. Satu saja’.
Saat si balita mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin, maka orang tua pun bisa berujar bahwa saat ini orang tua masih belum memiliki cukup uang ntuk membeli mainan kesukaannya. Atau, si balita masih memiliki banyak mainan yang sama sekali belum tersentuh.
5. Pahami dan Terima Kemarahan Anak Anda
Anda sendiri mungkin kadang-kadang merasa marah melihat anak tantrum. Berusahalah untuk menerima kondisi ini untuk beberapa saat ke depan. Parents bisa meresponsnya dengan tidak mengamuk balik atau marah, Anda dapat mengungkapkannya dengan cara lain.
Parents bisa mulai menerima kenyataan bahwa beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lainnya jarang. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Sadari, bahwa itu adalah cara anak-anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi, lelah, lapar, atau tidak nyaman.
6. Temukan Pengalih Perhatian
Jika menurut Anda si kecil mulai tantrum dan mengamuk, segera temukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya. Ini bisa menjadi sesuatu yang bisa Anda lihat dari dekat, apakah itu sesuatu yang menarik untuk si kecil, atau juga makanan kecil yang ia gemari.
Misalnya, Parents bisa berkata, “Lihat! Seekor kucing”. Buat diri Anda terdengar terkejut dan tertarik sebanyak mungkin.
Hal ini sesuai dengan pengalaman Bunda Sri Wahyuni saat mengatasi tantrum anaknya. Dalam komunitas The Asian Parent ia bercerita, salah satu hal yang kerap ia lakukan adalah dengan mengalihkan perhatian si kecil.
7. Tunggu sampai Berhenti
Terkadang seorang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi biarkan saja untuk sementara waktu dan tunggu sampai berhenti.
Parents bisa berada di sana untuk mendukung dan sebagai tempat bersandar jika ia butuh ketenangan. Jadi bukan untuk mengabaikan anak Anda saat itu, tetapi untuk beberapa saat berkenan membiarkan mereka merasakan perasaan mereka di tempat yang aman dan terdukung.
Kehilangan kesabaran atau balas membentak tidak akan mengakhiri amukan si kecil.
Parents perlu beberapa saat mengabaikan pandangan yang Anda dapatkan dari orang-orang di sekitar Anda dan berkonsentrasilah untuk tetap tenang.
8. Gunakan Perintah Singkat
Tantrum sering dapat dihindari dengan perintah yang singkat, sederhana, dan to the point. Semakin spesifik, semakin baik. Misalnya “Jangan pukul anjingnya”.
Jika balita terjebak dalam suasana hati yang kurang nyaman hingga kemudian tantrum, beri mereka ide yang jelas tentang apa yang Anda ingin mereka lakukan; misalnya “Ayo mewarnai”.
9. Jangan Berubah Pikiran
Jika Anda sudah mengatakan tidak, jangan berubah pikiran dan akhirnya mengatakan ya hanya untuk mengakhiri tantrum. Menyerah tidak akan membantu dalam jangka panjang.
Jika tidak, anak Anda akan mulai berpikir bahwa tantrum dapat membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Untuk alasan yang sama, menyuap mereka dengan permen atau suguhan terkadang tidak membantu.
10. Buat Kesepakatan Sebelum Berbelanja
Tantrum sering terjadi di toko-toko. Ini bisa memalukan, dan rasa malu membuat lebih sulit untuk tetap tenang.
Buat perjalanan belanja sesingkat mungkin. Libatkan anak Anda dalam berbelanja dengan membicarakan apa yang Anda butuhkan dan biarkan mereka membantu Anda.
Parents juga bisa membuat kesepakatan sebelum berbelanja terkait apa yang perlu dan tidak perlu dibeli saat belanja.
11. Menggendong Anak dan Beri Mereka Pelukan
Beberapa orang tua menganggap menggendong anak mereka dengan kuat saat mereka mengamuk akan sangat membantu, tetapi mungkin sulit untuk menggendong anak yang sedang di puncaknya tantrum.
Selain itu, Parents juga bisa mengatasi tantrum si kecil dengan memeluknya. Parents bisa memeluk anak, ketika tantrum mereka sudah mulai reda.
Pelukan membuat anak-anak merasa aman dan beri tahu mereka bahwa Anda peduli dengan mereka, bahkan jika Anda tidak setuju dengan perilaku mereka.
12. Bantu Anak Mengenali Emosinya
Temukan tempat yang luas, seperti taman, dan dorong anak Anda untuk berlari dan berteriak.
Memberi tahu anak Anda bahwa Anda mengenali perasaannya akan memudahkan mereka mengekspresikan diri tanpa menyakiti orang lain.
Anda dapat mencoba mengatakan hal-hal seperti: “Aku tahu kamu marah karena… “. Selain menunjukkan bahwa Anda mengenali rasa frustrasi mereka, itu akan membantu mereka untuk dapat menyebutkan perasaan mereka sendiri dan memikirkannya.
Artikel Terkait : Tantrum, Mengapa Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?
Cara Menurunkan Frekuensi Tantrum
Tantrum adalah hasil atau bentuk dari energi tinggi yang dimiliki anak. Namun, mereka memang belum mampu mengungkapkan keinginan atau kebutuhannya lewat kata-kata. Hal inilah yang kemudian memunculkan beragam emosi yang diperlihatkan oleh anak.
Selain itu, untuk menghadapi tantrum, berikut 4 cara yang dapat Parents terapkan agar anak tahu bahwa Anda peduli padanya dan ingin membuatnya merasa nyaman.
Dengan membuat si kecil merasa peduli dan membuatnya lebih nyaman, frekuensi anak tantrum bisa berkurang.
Berikut 4 hal yang disarankan Faber dan Mazlish, dikutip dari Asian Parent Singapura:
Berikan Perhatian Penuh pada Anak dan Dengarkan Keluhannya
Tepat ketika anak masuk ke fase 2 dan 3, cobalah berada di samping anak. Berikan perhatian penuh dan dengarkan ia tanpa Anda perlu mengucapkan sepatah kata pun. Ini akan membantu mengalihkan perhatiannya dan mencegah ia benar-benar tantrum.
Berikan Tanggapan Singkat
Akan terasa bedanya bila Parents memberi respon walaupun singkat terhadap penjelasan anak, misalnya dengan mengucapkan, “Oh, gitu…” atau “Hmmm…”
Bantu Ia Mengenali Perasaannya
“Bunda ngerti perasaan kamu, nak. Pasti kesel banget ya” akan membantu mengurangi intensitas kemarahan.
Berikan Anak Apa yang Menjadi Fantasinya
Seringkali tantrum berkaitan dengan sesuatu yang kecil dan remeh. Misalnya anak ingin memakai celana piyamanya saat diajak pergi kondangan. Daripada mengatakan bahwa celana piyamanya jelek, katakan saja, “Wah, seru juga ya pakai celana tidur ke pesta. Coba temanya pesta piyama, pasti lebih seru…” Hal ini akan mengalihkan perhatiannya dan Parents bisa pelan-pelan membujuknya.
Cara Menahan Emosi Hadapi Si Kecil Tantrum
Orang tua mana yang tidak kesal kalau si kecil lagi tantrum di tempat umum? Bahkan, orang tua pun bisa mendadak tantrum jika teriakan nyaring si kecil makin menjadi.
Beberapa orang tua masih bisa mengendalikan emosi dengan tidak memarahi si kecil di depan orang banyak. Namun, ada pula orang tua yang langsung memukul atau ‘sekadar’ membentak anak saat itu juga.
KetikaParents sanggup mengatasi anak tantrum, artinya Anda juga dapat mengelola perasaan Anda sendiri. Jika Anda bisa tetap tenang saat anak Anda sedang mengamuk, itu akan memberikan contoh perilaku tenang kepada anak Anda.
Dilansir dari laman web Raising Children, berikut adalah ide untuk tetap tenang dan menjaga segala sesuatunya aman selama anak tantrum:
- Buat rencana yang jelas tentang bagaimana Anda akan menangani situasi tantrum si kecil dalam situasi apa pun yang akan dihadapi. Berkonsentrasilah untuk mewujudkan rencana yang telah disusun saat anak tantrum terjadi.
- Terimalah bahwa Anda tidak dapat mengontrol emosi atau perilaku anak Anda secara langsung. Parents hanya dapat menjaga anak Anda tetap aman dan membimbing perilaku mereka sehingga munculnya tantrum cenderung tidak terjadi di masa depan.
- Dibutuhkan waktu sampai si kecil benar-benar tenang. Anda bisa mulai membimbing supaya si kecil bisa menghadapi tantrumnya. Mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan pengaturan diri adalah tugas seumur hidup.
- Anak-anak tidak melakukan tantrum dengan sengaja. Mereka terjebak dalam kebiasaan buruk atau tidak memiliki keterampilan untuk mengatasi situasi tersebut. Waspadalah terhadap pemikiran bahwa anak Anda melakukannya dengan sengaja atau mencoba membuat Anda kesal.
- Menjaga selera humor Anda itu perlu. Tapi sebaiknya tidak menertawakan si kecil ketika dia sedang tantrum. Jika ditertawakan mungkin bisa memberi anak perhatian, namun bisa juga membuat anak Anda lebih kesal.
- Jika orang lain memandang Anda jahat (karena membiarkan anak tantrum sebentar) abaikan saja. Mungkin mereka tidak pernah memiliki anak atau sudah begitu lama sehingga mereka lupa bagaimana rasanya.
Profesional yang Bisa Dimintai Bantuan/Konsultasi
Jika sampai ada anak yang terluka atau jika Parents sudah berusaha maksimal dan sepertinya tidak ada yang berhasil, inilah saatnya untuk mendapatkan bantuan profesional.
Tanyakan kepada dokter, konselor bimbingan sekolah atau psikolog untuk nama-nama mereka yang ahli dalam menangani anak-anak dalam masalah kemarahan. Atau, Parents bisa mencari di halaman pencarian dengan kata kunci yang sesuai, untuk psikolog dan terapis pernikahan serta keluarga yang berspesialisasi dalam masalah perilaku anak.
Kapan Harus Konsultasi dengan Ahli?
Dilansir dari laman Kids Heatlh, Parents bisa berkonsultasi dengan dokter jika:
- Anda sering merasa marah atau lepas kendali saat merespons tantrum.
- Anda terus menyerah untuk mencoba menghindari saat anak tantrum.
- Tantrum menyebabkan banyak perasaan buruk antara Anda dan anak Anda atau Anda dan pasangan.
- Tantrum terjadi lebih sering, lebih intens, atau berlangsung lebih lama.
- Anak Anda sering menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain.
- Anak Anda tampak sangat tidak menyenangkan, banyak berdebat, dan hampir tidak pernah mau kooperatif.
Dokter dapat memeriksa jika ada masalah mengenai kesehatan, meskipun hal ini tidak umum. Terkadang, anak sedang mengalami masalah pendengaran atau penglihatan, terkena penyakit kronis, keterlambatan bahasa, atau ketidakmampuan belajar dapat membuat anak-anak lebih cenderung tantrum.
Ingat, tantrum biasanya tidak perlu dikhawatirkan dan biasanya akan berhenti dengan sendirinya. Saat anak-anak dewasa, mereka mulai mendapatkan kontrol diri.
Mereka belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengatasi frustasi. Lebih sedikit frustasi dan lebih banyak kontrol bisa berarti si kecil mulai berkurang tantrumnya dan orang tua menjadi lebih tenang.
Artikel Terkait : Tantrum pada orang dewasa bisa berbahaya, waspadai gejalanya!
Adakah Manfaat yang Didapat dari Tantrum?
Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tantrum:
Belajar Berekspresi: Tantrum memungkinkan anak-anak belajar mengekspresikan emosi mereka, seperti kemarahan, kekecewaan, atau kecemasan, yang mungkin tidak dapat mereka ungkapkan melalui kata-kata.
Belajar Mengatasi Emosi: Tantrum memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar bagaimana mengatasi emosi dan frustrasi mereka.
Pengujian Batasan: Tantrum dapat menjadi cara bagi anak-anak untuk menguji batasan dan menegaskan kemandiriannya. Serta, mempelajari bagaimana tindakan mereka dapat memengaruhi reaksi orang lain.
Peningkatan Komunikasi: Tantrum dapat menjadi indikator bahwa seorang anak sedang berjuang untuk berkomunikasi secara efektif.
Ikatan Orangtua-Anak: Bagaimana pengasuh menanggapi amukan dapat memengaruhi ikatan orangtua-anak. Ketika orang tua/pengasuh menangani tantrum dengan empati dan pengertian, maka dapat menumbuhkan rasa percaya dan aman antara anak dan pengasuh.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sementara tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlanjut hingga dewasa. Ketika anak-anak tumbuh dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan pengaturan emosi yang lebih baik, frekuensi dan intensitas amukan biasanya berkurang.
Itulah beberapa hal terkait tantrum pada anak, yang juga merupakan proses tumbuh kembang yang akan dilalui si kecil saat sedang belajar tentang lingkungannya. Tantrum adalah cara anak mengekspresikan banyak hal saat belum mampu mengungkapkan dengan kata-kata yang bisa mereka pakai untuk berkomunikasi. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir ya, Parents.
Berusaha tetap tenang adalah cara untuk menghadapi saat anak tantrum muncul.
***
Artikel telah diupdate oleh: Kalamula Sachi
Tantrums: why they happen and how to respond
https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums
Temper Tantrums
https://kidshealth.org/en/parents/tantrums.html
Temper Tantrums
https://my.clevelandclinic.org/health/articles/14406-temper-tantrums
Baca juga: