Jangan Biarkan Anak Jadi Pelaku Shaming, Ini 7 Hal yang Sebaiknya Tidak Dicemooh

Shaming atau cemoohan adalah salah satu kebiasaan buruk yang tanpa sadar masih sering kita lakukan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Shaming atau cemoohan adalah salah satu kebiasaan buruk yang tanpa sadar masih sering kita lakukan. Padahal, perbuatan ini bisa menyakiti hati orang lain bahkan hingga menyebabkan stres dan depresi.

Oleh sebab itu, mari kita putus kebiasan ini dengan mengajarkan pada anak pentingnya untuk tidak melakukan shaming kepada orang lain. Lalu, apa saja hal yang sebaiknya tidak kita cemooh bahkan sekalipun hanya untuk bercanda? Simak informasinya berikut ini. 

Stop Shaming! Ini 7 Hal yang Sebaiknya Tidak Dicemooh

Setiap orang memiliki keputusan yang berbeda-beda yang kemudian membentuk jalan hidupnya. Pilihan-pilihan tersebut mungkin tidak satu jalan dengan prinsip hidup kita, tetapi walau demikian, kita tak boleh menghakiminya, ya.

Hal yang tidak kalah penting, jangan biarkan anak-anak menjadi pelaku shaming, ya, Parents. Berikut deretan hal dalam hidup yang sebaiknya tidak dicemooh:

1. Penampilan

Sumber: iStockphoto

Parents pasti familiar dengan istilah body shaming, bukan? Body shaming adalah perilaku mencemooh fisik seseorang seperti berat badan, wajah, rambut, termasuk masalah kulit seperti jerawatan hingga baju yang dipakai.

Biasanya, perilaku mencemooh ini dimulai dari bercandaan yang suka kelewatan. Mungkin orang yang dicemooh biasa saja karena saking seringnya dihina. Namun, jangan sampai anak-anak kita jadi orang yang demikian, ya!

2. Slut Shaming

Sumber: iStockphoto

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Punya anak yang sudah beranjak remaja? Hati-hati dengan perilaku slut shaming, ya, Parents. Apa itu slut shaming? Kalau Parents pernah mendengar, terkadang ada perempuan yang penampilannya sedikit terbuka kemudian disebut 'murahan' atau yang sejenisnya.

Jangan sampai anak kita jadi pelaku slut shaming. Mau bagaimanapun orangnya, kita tidak tahu jalan hidupnya sehingga tidak boleh menghakimi seenaknya dengan ucapan yang kasar semacam itu. 

Artikel terkait: 8 Artis Ini Pernah Jadi Korban Bully Netizen Saat Hamil, Siapa Saja?

3. Status Lajang

Sumber: iStockphoto

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, kalau ini pasti sering banget terjadi di sekitar kita atau malah Parents pernah menjadi pelakunya? Terkadang, disadari atau tidak, masyarakat sering melakukan single shaming atau perilaku mencemooh seseorang yang masih melajang.

Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Kapan nikah?" atau "Kok masih jomblo aja?" sering banget muncul di momen yang seharusnya diisi dengan sukacita seperti hari raya. Padahal, kita tidak tahu pilihan hidup dan jalan hidup seseorang sampai ia memutuskan untuk tetap sendiri. Ini juga perlu diajarkan kepada anak, ya, Parents!

Artikel terkait: Anaknya dibully warganet, begini cara Ussy Sulistiawaty menghadapinya

4. Maskulinitas dan Feminitas   

Sumber: iStockphoto

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pernahkah Parents melihat laki-laki yang bersikap feminin atau seorang perempuan yang berpenampilan tomboi? Atau hal-hal kecil seperti laki-laki memakai baju warna pink dan perempuan yang berotot.

Kalau anak-anak melihat yang demikian, beri pengertian jika hal-hal tersebut sangat lazim dijumpai di masa sekarang. Tak perlu dipermalukan atau dicemooh, sebab gender bersifat cair. Kalaupun tidak sesuai dengan prinsip yang Anda yakini, sebaiknya tahan saja komentar di dalam hati agar tak menyakiti perasaan mereka. 

5. Shaming Karier dan Keuangan

Sumber: iStockphoto

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sering banget, nih, kita lihat seseorang, umumnya yang usianya lebih tua, memaksakan standar mereka kepada yang lebih muda. Sebagai contoh, ada laki-laki di usia 30 tahun yang belum punya rumah, kemudian dengan seenaknya sendiri dihakimi, "Kok usia segitu belum punya rumah?".

Apa pun niatnya, hal semacam ini adalah bentuk cemooh dan tidak baik untuk dilakukan. Rezeki sudah ada yang mengatur dan bukan hak kita untuk menghakimi karier dan keuangan orang lain, padahal kita enggak tahu bagimana perjuangan mereka, bukan?

Artikel terkait: "Saya sempat trauma", Cerita bullying di sekolah yang dialami Sarwendah

6. Kesehatan Mental

Sumber: Shutterstock

Kesehatan mental kini sudah sering dibicarakan. Mulai banyak orang-orang yang peduli dengan kesehatan mereka dan tidak malu lagi mencari bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater.

Kalau Parents mengenal seseorang yang menderita gangguan kesehatan mental seperti bipolar, depresi, atau yang lainnya, berikan semangat, ya! Jangan malah dihakimi apalagi disebut 'gila' atau 'tidak waras'. Jangan sampai anak-anak meniru perilaku semacam ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

7. Selera Musik, Film, atau Buku

Sumber: Shutterstock

Pernah merasa selera Anda lebih baik dari orang lain? Jangan sampai perasaan semacam ini bikin kita menghina selera orang lain. Enggak ada keren-kerennya, deh, menghina selera orang lain, mau itu musik, film, atau buku. Kalaupun enggak suka, lebih baik diam lalu cari topik obrolan lain.

Atau kalau memang mau memberikan kritik, tulis saja poin-poin yang bikin Parents tidak suka dengan musik, film, atau buku tertentu. Hal ini juga penting untuk diajarkan kepada anak, ya, supaya ia tumbuh jadi pribadi yang santun. 

Nah, Parents, itulah sederet hal yang termasuk sebagai shaming dan sebaiknya tidak dicemooh, ya. Semoga kita termasuk orang-orang yang toleran serta tidak mudah menghakimi pilihan hidup orang lain. 

Baca juga: