Dirayakan Setiap Musim Gugur, Ini 4 Legenda dan Sejarah Kue Bulan

Tahukah Parents? Di balik meriahnya festival kue bulan yang dirayakan etnis Tionghoa setiap tahun, ada legenda Hou Yi dan Chang E juga sejarah dinasti Ming.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain Imlek, warga Tionghoa juga mempunyai Festival Musim Gugur atau Perayaan Kue Bulan yang tak kalah meriah. Festival ini jatuh setiap tanggal 15 bulan ke-8 menurut hitungan tahun Imlek. Sebenarnya apa sih sejarah di balik kue bulan ini? Mengapa dirayakan setiap musim gugur? Yuk, cari tahu jawabannya!

Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian, yaitu Gwee Pia, atau Tiong Ciu Pia. Sementara dalam dialek Hakka/Khek, kue bulan disebut Ngie̍t-Piáng. Mengutip laman Tionghoa.info, setidaknya ada empat kisah yang terdiri dari legenda dan sejarah yang menjadi latar belakang perayaan kue bulan. 

4 Legenda dan Sejarah Kue Bulan dalam Tradisi Tionghoa

1. Legenda Kue Bulan: Kisah Hou Yi dan Chang E

Konon di zaman Tiongkok kuno, terdapat 10 buah matahari di langit yang mengakibatkan hawa di bumi sangatlah panas, tanaman mati, dan sungai mengering.

Seorang pemanah bernama Hou Yi maju untuk memperbaiki keadaan. Ia mendaki Gunung Kunlun dan memanah 9 matahari hingga jatuh padam, dan hanya menyisakan 1 matahari di langit. Berkat jasanya, Hou Yi mendapat hadiah ramuan keabadian dari Ibu Ratu. Pil ini konon dapat membuat orang biasa menjadi Dewa dan hidup abadi.

Hou Yi memiliki istri yang sangat cantik, bernama Chang E. Ia memberikan ramuan keabadian itu kepada istrinya untuk disimpan. Sayangnya, salah satu murid Hou Yi bernama Feng Meng mengetahui hal ini dan berkeinginan untuk merebut ramuan tersebut.

Ketika Hou Yi pergi, Feng Meng mendatangi rumahnya dan mengancam Chang E dengan pedang agar memberikan ramuan obat keabadian padanya. Chang E pun menolak. Merasa tidak mampu melawan Feng Meng, ia pun memutuskan untuk meminum ramuan itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Resep Kue Bulan Khas Imlek yang Lezat, Bikin Sendiri Yuk!

Setelah meminumnya, Chang E merasa tubuhnya menjadi ringan. Ia pun perlahan terbang ke langit dan tinggal di bulan. Di bulan, Chang E ditemani oleh seekor Kelinci Giok agar tidak kesepian.

Hou Yi pun merasa sedih karena harus terpisah dari istrinya. Ketika itu, seorang Dewa yang mengetahui kejadian ini merasa iba. Ia mendatangi Hou Yi dalam mimpinya, dan mengajarinya cara bertemu dengan Chang E. Dewa itu menyuruh Hou Yi untuk membuat kue bulan, dan memanggil nama Chang E secara terus menerus saat puncak bulan purnama.

Ketika bulan berada paling dekat dengan bumi (tanggal 15 bulan 8 Imlek). Hou Yi melaksanakan ajaran sang Dewa; dan benarlah, Chang E pun turun ke bumi dan menemui Hong Yi selama sehari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Legenda Kue Bulan: Kisah Kelinci Giok

Perayaan Festival kue bulan juga tak terlepas dari Kelinci Giok, teman setia Chang E yang menemaninya selama tinggal di bulan. Kelinci ini bertugas membuat ramuan keabadian, sembari menemani Chang E agar tidak kesepian. Legenda Kelinci Giok juga menarik disimak. Berikut kisahnya Parents.

Konon di hutan, tinggallah tiga ekor binatang, yakni rubah, kera, dan kelinci. Kaisar Langit ingin menguji kesetiaan ketiga hewan tersebut. Ia turun ke hutan, lalu menjelma menjadi kakek tua yang tersesat di hutan dan kelaparan. Kakek tua itu meminta tolong kepada ketiga binatang tersebut untuk memberinya makanan.

Artikel terkait: 3 Resep kue keranjang untuk sajian enak di Tahun Baru Imlek

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sang kera mencari buah-buahan di hutan, dan si rubah menangkap ikan di sungai. Sementara kelinci tidak dapat menemukan apa-apa. Kakek tua itu sedikit kecewa karena nyatanya mereka tidak bekerjasama. Akibatnya si kelinci tidak mampu membawa apa-apa. Sebagai gantinya, kelinci bersedia memasak untuk si kakek. Ketiga hewan tersebut kemudian membuat api dari kayu bakar.

Kelinci masih merasa bersalah, kemudian ia mengatakan bahwa sebagai ganti atas kegagalannya, ia bersedia mengorbankan diri untuk dimakan si kakek tua. Kelinci itu pun melompat ke dalam api.

Kaisar Langit terharu dengan pengorbanan si kelinci. Sang Kaisar pun menghidupkan kembali sang kelinci, sekaligus menjadikannya pembuat ramuan keabadian di kahyangan.

3. Sejarah Kue Bulan Terkait Pemberontakan Zhu Yuanzhang

Menurut catatan sejarah, kue bulan muncul pada jaman Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan kisah pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang. Ia memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol sekitar tahun 1360-an.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Zhu dan penasehatnya, Liu Bowen, menyebarkan desas-desus bahwa ada penyakit yang tak tersembuhkan di masyarakat, dan hanya bisa dicegah dengan memakan kue bulan yang sudah dipersiapkan secara khusus oleh mereka. Waktu itu kebetulan jatuh pada pertengahan musim gugur, yaitu tanggal 15 bulan 8 Imlek.

Ternyata itu adalah satu siasat untuk menyebarkan pesan kepada rakyat, agar ikut mendukung pemberontakan menggulingkan penguasa Mongol.

Konon, penulisan pesan rahasia dilakukan dengan cara khusus, yakni dalam 4 buah kue bulan, dan dikemas dalam 1 kotak. Masing2 kue itu harus dipotong menjadi 4 bagian, sehingga total mendapatkan 16 potong kue, yang kemudian harus dirangkai sedemikian rupa, sehingga pesan rahasianya dapat terbaca.

Ada juga versi yang mengatakan bahwa pesan rahasia tersebut ditulis di kertas dan dimasukkan di tengah2 kue bulan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 11 Ide Hampers Imlek untuk Keluarga dan Teman, Unik dan Berkesan!

4. Makna Kue Bulan (Mooncake) di Masa Kini

Di balik legenda dan sejarah kue bulan yang diceritakan turun-temurun, tersimpan pula budaya khas Tiongkok yang diwariskan hingga saat ini. Di masa kini, festival kue bulan menjadi ajang kuliner yang menarik dan kesempatan untuk mencicipi kue bulan tentunya.

Warga keturunan Tionghoa di Indonesia biasanya berkumpul dan membagikan kue bulan untuk keluarga besarnya, sebagai sarana mempererat tali kekeluargaan. Selain keluarga, kue ini juga dibagikan kepada teman-teman dan rekan bisnis. Memberi kue bulan adalah simbol doa dan pengharapan baik, yakni harmoni dan kemakmuran bagi si penerima.

Kategori kue bulan sebenarnya bervariasi, diantaranya sebagai berikut:

  • Menurut cara pembuatan: ala Guangdong, ala Beijing, ala Taiwan, ala Hongkong, dan ala Chaozhou.
  • Menurut rasa: manis, asin, dan pedas.
  • Menurut isi: kuning telur, kacang-kacangan, potongan daging, tiramisu, buah-buahan, keju, hingga es krim.
  • Menurut bahan kulit: tepung gandum, kacang hijau, kacang merah, dan teratai.

Wah, ternyata kue berbentuk bulan ini memiliki sejarah yang panjang ya.  Parents pernah mencicipinya? Kue bulan jenis apa yang jadi favorit Anda? 

Baca juga:

id.theasianparent.com/dekorasi-imlek

id.theasianparent.com/tradisi-imlek-di-indonesia

id.theasianparent.com/tanaman-untuk-menyambut-imlek