Hari Raya Waisak atau yang dikenal juga Vesak atau Vaisakha dalam bahasa Sansekerta biasa dirayakan setiap tahun di Indonesia pada saat terjadinya bulan purnama di bulan Mei. Tahun ini, umat Buddha merayakannya pada Senin, 16 Mei 2022 mendatang. Namun, apakah Parents sudah tahu mengenai sejarah Hari Raya Waisak?
Hari raya Waisak diperingati untuk merayakan kelahiran Buddha, bersama dengan pencerahan dan kematiannya dalam beberapa tradisi. Hari raya tersebut telah resmi dirayakan sejak 1950, ketika World Fellowship of Buddhist meresmikannya sebagai hari lahir Buddha.
Perayaan pertama terjadi pada tahun 1983. Dan Waisak pun dijadikan sebagai hari libur nasional di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, ribuan biksu biasanya berkumpul di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah untuk bermeditasi selama melakukan ritual yang dikenal sebagai Pradaksina. Salah satu momen paling penting di perayaan tersebut adalah Pindapata, saat para biksu meminta sedekah kepada masyarakat.
Dalam perayaan tersebut, para umat biasanya menghabiskan hari dalam pelayanan dan mempraktikkan perbuatan dan aturan yang telah ditetapkan oleh Buddha, seperti membagikan makanan atau melepaskan burung dari penangkaran.
Sejarah Hari Raya Waisak
1. Lahirnya Pangeran Siddhartha Gautama
Pada tahun 623 sebelum Masehi, Buddha Gautama atau Pangeran Siddhartha Gautama lahir dari pasangan Raja Sudodhan dan Ratu Mahamaya di Taman Lumbini. Kondisinya saat itu bersih tanpa noda bahkan langsung bisa berjalan.
Setelah mencapai usia dewasa, terjadi kesalahpahaman umum bahwa nama Gautama adalah Buddha, padahal sebenarnya itu adalah sebuah gelar yang berarti “yang tercerahkan”.
Sepanjang hidupnya, ia fokus pada pengajaran dan penyebaran pesan tentang perdamaian, kasih sayang, dan kebaikan terhadap orang lain. Jutaan umat di seluruh dunia mempraktikkan ajaran Buddha hari ini. Waisak adalah hari khusus untuk menghormati kelahiran Buddha, ajarannya, pencerahan, dan kematiannya.
Artikel Terkait: 30 Inspirasi Ucapan Waisak yang Indah dan Penuh Makna
2. Pangeran Siddharta Meninggalkan Istana dan Mencapai Penerangan Agung
Diyakini bahwa Siddharta Gautama menyadari bahwa kekayaan dan kemewahan tidak menjadi kebahagiaan. Jadi pada saat berusia 29 tahun, dia diketahui meninggalkan istana untuk melakukan perjalanan sebagai orang suci tunawisma. Serta, untuk belajar lebih banyak tentang dunia dan melihat penderitaan di dunia.
Setelah enam tahun belajar dan bermeditasi dalam perjalanannya, dia menjadi sadar secara spiritual dan mencapai tujuannya untuk menemukan makna dalam hidup. Ini disebut pencerahan.
Pangeran Siddharta pun mencapai Penerangan Agung serta mendapat gelar sebagai Buddha pada saat Purnama Sidhi bulan Waisak pada 588 sebelum Masehi.
Selama sisa hidupnya, ia mengajar para pengikutnya tentang pengalamannya. Buddha itu adalah gelar ya Parents, bukan nama, yang berarti “yang tercerahkan” atau “yang terbangun”.
3. Pangeran Siddharta Mencapai Parinibbana (Wafat)
Pada saat usia 80 tahun, Pangeran Siddharta atu sang Buddha mencapai Parinibbana atau wafat di Kusinara. Semua umat dan para anggota Sanggha lantas memberikan penghormatan terakhir kepada sang Buddha dengan melakukan sujud.
Tiga peristiwa penting itu disebut dengan “Trisuci Waisak”. Keputusan untuk merayakan Trisuci Waisak ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Seluruh Dunia atau yang dikenal dengan World Fellowship of Buddhist yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950.
Pada intrinya, Hari Waisak dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan sang Budda, mulai dari hari kelahirannya, mendapat pencerahan, hingga pencapaian Niribbana. Begitulah sejarah mengenai hari Waisak.
Artikel Terkait: 10 Objek Wisata Indonesia yang Telah Dikenal Dunia
Bagaimana Perayaan Hari Raya Waisak di Seluruh Dunia?
1. Indonesia
Perayaan Hari Raya Waisak ini diperingati dengan cara yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Hal ini tergantung dari tradisi masing-masing negara. Di Indonesia, umat Buddha biasanya melangsungkan perayaan penting ini di kompleks Candi Borobudur.
Dalam perayaannya, terdapat beberapa rangkaian acara yang wajib dilakukan seperti pengambilan air berkat di kawasan mata air Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah,
Kemudian disusul dengan acara menyalakan obor yang menggunakan sumber api abadi yang diambil langsung di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah. Setelah itu, mereka melaksanakan ritual Pindapatta dengan memberikan dana makanan kepada para biksu. Terakhir, dilakukan samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama.
Penentuan bulan purnama ini dilakukan menurut perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
2. Vietnam
Kalau di Vietnam, para umat Buddha di sana mengadakan acara budaya seperti ritual Pemandian Buddha, prosesi menyalakan lilin sebagai lambang perdamaian dunia, pertunjukkan lentera dan parade warna-wani, serta berbagai pameran seni dan pertunjukkan budaya.
3. Bhutan
Parinirvana Sang Buddha selalu jatuh pada hari ke-15 bulan keempat pada penanggalan Bhutan atau Saga Dawa, yang seringkali jatuh pada bulan Mei atau Juni.
Di negara yang sangat identik dengan Buddha ini, dalam perayaannya akan melarang impor dan penjualan daging selama bulan paling suci ini.
Ribuan umat di seluruh Kerajaan mempersembahkan doa dan lampu di kuil maupun biara. Berhala dan relik keagamaan pun ditampilkan untuk memberikan berkah. Selain itu, mereka juga mengunjungi biara, memutar roda doa, dan membuat persembahan, diyakini dapat menggandakan pahala spiritual pada hari itu.
Artikel Terkait: 5 Macam Tempat Ibadah Agama Budha, Intip Kemegahannya!
4. Nepal
Di sini, di tempat kelahiran Sang Buddha, ribuan umat akan berbondong-bondong ke Lumbini untuk menyumbangkan persediaan kepada komunitas yang kurang beruntung dan memberikan penghormatan kepada biara-biara.
Orang-orang yang merayakan hari suci ini biasanya mengenakan pakaian putih dan menghindari daging. Makanan khas yang selalu tersedia adalah Kheer, bubur beras manis. Makanan ini disajikan untuk mengenang kisah seorang gadis yang menawarkan semangkuk bubur kepada Sang Buddha setelah ia meninggalkan jalan pertapaan.
Peristiwa ini menunjukkan salah satu mata rantai utama dalam pencerahannya, di mana ia menyadari bahwa tanpa makanan seseorang tidak dapat berbuat apa-apa, dan menahan diri dari menyakiti tubuhnya sendiri.
5. Srilanka
Di jalanan Kolombo, suasana pesta pun terjadi pada Hari Raya Waisak. Rumah-rumah didekorasi dengan lentera kertas, sementara para penyembah berjalan di jalan-jalan menggunakan kendaraan hias dan parade.
Jalanan dipenuhi dengan deretan lampu dan musik yang sangat kencang, serta dihiasi dengan rangkaian lampu peri, patung Buddha besar, gerobak makanan, dan lebih banyak lentera. Yang paling menarik dari festival ini adalah pertunjukkan lampu listrik yang dibuat dengan kertas karton. Dan menggambarkan berbagai cerita dari kehidupan Buddha.
Para masyarakat di sana pun berlomba-lomba untuk menghias rumah mereka menjadi yang paling indah. Barang siapa yang memiliki kreativitas terbaik akan mendapatkan hadiah menarik.
6. Thailand
Selanjutnya di Thailand, Hari Visakha Bucha biasanya dilangsungkan di King’s Grand Palace. Orang-orang di Bangkok akan menyalakan ribuan lilin di sekitar patung Buddha.
7. Korea Selatan
Sedangkan di Korea Selatan, perayaan hari Waisak akan diadakan seminggu lebih cepat dari hari-H. Umat Buddha di negara Kpop tersebut mendekorasi candi dan kuil menggunakan berbagai lentera warna-warni yang cantik.
Nah itulah pembahasan mengenai sejarah hingga beragam perayaan Hari Raya Waisak di berbagai belahan dunia lainnya. Semoga Anda bisa memiliki gambaran tentang perayaan suci yang dilakukan setiap tahun oleh para umat Buddha di seluruh dunia ya.
***
BACA JUGA:
8 Fakta Menarik Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar di Dunia
10 Tempat Wisata di Thailand yang Wajib Parents Kunjungi!
Malaikat Pencabut Nyawa di Ajaran Agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.