Bertahun menjadi pengguna mesin ATM, dengan segala kemudahan yang ditawarkannya, sudah tahukah Parents sejarah ATM di Indonesia? ATM atau Anjungan Tunai Mandiri seperti namanya, memudahkan nasabah untuk melakukan berbagai transaksi perbankan tanpa perlu repot mengantri di loket bank.
Dalam bahasa Inggris, disebut Automatic Teller Machine yang juga disingkat ATM. Sederhananya, fungsi teller yang melayani nasabah secara langsung di loket digantikan oleh mesin ATM.
ATM membantu pelayanan pembayaran kepada nasabah dengan menggunakan alat/perangkat mesin dan pengoperasiannya dikendalikan secara otomatis melalui komputer. Untuk dapat menggunakan fasilitas ATM diperlukan kartu ATM yang terbuat dari plastik dan kode PIN (Personal Information Number) khusus, yang berasosiasi dengan kartu tersebut.
PIN terdiri dari angka-angka yang harus dijaga kerahasiaannya oleh pemilik kartu. Kartu ATM yang dikeluarkan bank ini, berisikan uang atau rekening tabungan yang dimiliki penabung di bank tersebut.
Sejarah ATM di Indonesia, Pertamakali Ada di Pulau Bali
ATM pertama kali digunakan di Indonesia pada 1986 oleh Hong Kong Bank dan Bank Niaga. Di Indonesia, saat itu bank-bank terkemuka masih berpikir seribu kali untuk memasang ATM.
Mesin ATM pertama di Indonesia dioperasikan bukan oleh bank besar negara melainkan oleh bank swasta kecil yakni Bank Dagang Bali (BDB) di kota Denpasar pada 1984-1985.
Saat itu BDB menjalin kerjasama dengan Chase Manhattan Bank. Tingginya kunjungan wisatawan luar negeri ke pulau Bali mempengaruhi adanya mesin ATM pertama di Indonesia itu.
Melansir dari Majalah Tempo Edisi Tahun 1986, Direktur utama BDB I Gusti Made Oka, mengatakan adanya mesin ATM di Denpasar saat itu tak sekadar ingin pamer melainkan demi meningkatkan pelayanan. Selain karyawannya belum mampu memberikan pelayanan cepat, Made merasa kasihan dengan nasabahnya yang harus antre lama di depan kasir.
ATM Pertama di Indonesia Mengeluarkan Uang Pecahan Rp 10.000
Bank Niaga pertama kali memiliki mesin ATM dengan pecahan Rp 10.000. Saat itu mesin ATM di kantor pusat Bank Niaga di Jalan Gajah Mada DKI Jakarta menyediakan ATM dengan pecahan uang Rp 10 ribu dan RP 5ribu rupiah, dengan maksimal penarikan Rp 500ribu rupiah saja.
Jumlah mesin saat itu juga belum terlalu banyak hal ini karena masyarakat belum terbiasa dan takut sampai khawatir saat menggunakan mesin ATM. Banyak masyarakat yang masih ragu, karena teknologi ATM saat itu benar-benar masih baru di Indonesia, dan hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja, seperti nasabah prioritas.
Sejarah ATM di Indonesia, Mulai Banyak Digunakan di Era 80-an
Setelah BDB, Citibank Indonesia mulai memasang ATM dan disusul Bank Niaga pada 1986. Bank Central Asia (BCA) baru memberikan layanan ATM pada 1988, disusul bank-bank lain.
Meski bukan bank pertama di Indonesia yang menggunakan ATM, sejarah kemudian mencatat BCA sebagai bank paling inovatif dalam mengembangkan layanan produk perbankan melalui mesin ATM.
Alois A. Nugroho dan Ati Cahayani, dosen Unika Atmajaya, dalam buku Multikulturalisme dalam Bisnis Mengatakan bahwa “Pada saat ATM pertama kali diperkenalkan oleh dunia perbankan di Indonesia terhadap para nasabahnya, diperlukan waktu sangat lama untuk mampu mengubah pikiran konsumen untuk beralih dari cara tradisional mengantri di loket ke cara modern menggunakan ATM”.
Ada Petugas Pengawas ATM
Seiring perkembangan zaman, sejumlah bank di Tanah Air mulai mengikuti jejak Hong Kong Bank dan Bank Niaga. Kemudian pada dekade 90-an penggunaan ATM pun mulai menjadi tren perbankan.
Hal itu terjadi seiring menjamurnya bank-bank swasta seperti saat ini. Sekitar tahun 1990, saat itu ATM masih melayani penarikan uang nominal Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu dengan jumlah maksimal penarikan sebesar Rp 500 ribu.
Saat itu, ATM belum sebanyak saat ini dan belum merata tersebar di berbagai daerah. Karena bank yang ingin membeli mesin ATM harus mengeluarkan modal besar hingga Rp 100 juta.
Selain itu, bank juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk petugas khusus yang mengawasi ATM. Karena, sejumlah ATM dilaporkan rusak akibat ulah pengguna. Misalnya saja beberapa pengguna memasukkan paksa kartunya yang melengkung ke dalam alat mesin ATM.
Bahkan, ada yang merusak mesin ATM hanya karena tidak mengerti cara menggunakannya. Karenanya, penggunaan ATM zaman itu disebut lebih boros daripada pemakaian automatic teller person (ATP) sebagai pelayanan nasabah perbankan.
Di samping menghemat 90 persen biaya ATM, investasi pemakaian ATP yang hanya membutuhkan seorang operator pun lebih menguntungkan bank dibandingkan pembukaan kantor kas baru.
Namun saat ini, ATM justru menjelma menjadi penopang transaksi bank setelah memasuki dekade millenium dengan hadirnya interkoneksi ATM antar bank. Layanan itu juga membantu nasabah yang berbeda bank dapat melakukan transaksi keuangan hanya dengan melalui mesin ATM milik bank manapun dengan mudah.
Ratusan ribu ATM di Seluruh Indonesia
Ada lebih dari 45.000 unit jaringan ATM LINK yang tersebar di seluruh Indonesia, masyarakat bisa melakukan transaksi lebih dekat, mudah dengan tarif lebih murah dibanding jaringan selain ATM Link. berkurangnya jumlah ATM karena bank menarik mesin yang sudah melewati usia teknis untuk memastikan keamanan dan kenyamanan nasabah bertransaksi tetap terjaga.
Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan jumlah ATM lebih dari 16.000 unit dimana 2.300 unit merupakan jenis CRM.
Jumlah ATM di Indonesia semakin menurun
Meski transaksi lewat ATM semakin marak, nyatanya jumlah mesin ini semakin berkurang setiap tahunnya. Hal tersebut karena bank menarik mesin ATM yang lama. Atau menggantinya dengan ATM jenis CRM atau ATM Setor Tarik yang memiliki fungsi sebagai ATM tarikan tunai, ATM setoran tunai, dan transaksi non tunai.
Menurut Asosisasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), salah satu penyebab penurunan jumlah mesin ATM karena gaya hidup masyarakat makin terdigitalisasi. Kini, masyarakat mulai marak menggunakan dompet digital dan transaksi melalui e-channel perbankan untuk berbagai transaksi.
Pola transaksi masyarakat di ATM saat ini didominasi oleh kegiatan tarik dan setor uang tunai. Sedangkan transaksi non tunai seperti membayar tagihan atau transfer telah mengalami pergeseran ke arah digital, yaitu melalui aplikasi yang dapat diakses dengan mudah dari smartphone.
Waspada dengan kasus peretasan ATM
Kelemahan sistem ATM pada perbankan ternyata rawan diretas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada berbagai bentuk peretasan kartu ATM maupun kartu kredit, karena kesengajaan maupun karena celah-celah kelalaian yang dilakukan pengguna.
Berbagai kejahatan cyber seperti Skimming, carding, yang membobol akun nasabah bank, ada juga beragam kasus bobol mesin ATM secara langsung yang kerap ditangani oleh kepolisian. Meskipun kini mesin ATM sudah dilengkapi CCTV, Parents harus tetap berhati-hati. Jangan sembarangan memperlihatkan pin maupun 16 digit nomor di kartu debit maupun kredit untuk menghindari berbagai bentuk kejahatan.
Demikian sejarah ATM di Indonesia, berhati-hatilah dan bijaksana dalam menggunakan ATM maupun transaksi perbankan lainnya.
Baca juga:
Tersedia 4 Juta Buah di Seluruh Negara, Siapa Sebenarnya Penemu Mesin ATM?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.