8 Cara Menjadi Orang Tua Sabar dan Ikhlas untuk Anak, Simak Parents!
Tidak ada sekolahnya untuk beberapa hal di dunia, salah satunya menjadi orang tua dengan kesabaran ekstra.
Ternyata menjalani peran sebagai orang tua di zaman sekarang membutuhkan dua hal penting ini, yaitu sabar dan iklhas. Bahkan, sabar dan ikhlas layak dinobatkan sebagai ilmu paling sulit untuk dipelajari di dunia ini. Saat ada situasi hidup yang tidak kita kehendaki, kombinasi ilmu ini dituntut untuk bertambah terus stoknya. Lantas, bagaimana caranya?
Tanpa sadar, kesabaran sebenarnya sudah diajarkan sejak seseorang masih duduk di bangku TK. Di taman bermain, murid diajarkan menunggu bermain ayunan secara bergantian. Kebiasaan ini walaupun kecil, nyatanya bisa bermanfaat jika diterapkan dengan benar.
Seiring dewasa, permasalahan tentunya tidak lagi menunggu giliran ayunan. Ada banyak masalah kompleks yang menguji manusia agar senantiasa bertambah kesabaran dan keikhlasannya.
8 Cara Menjadi Orang Tua yang Sabar dan Ikhlas
Mengutip Kompas, ada deretan cara yang bisa Parents lakukan agar bisa lebih sabar dan ikhlas. Hal ini turut berlaku untuk orang tua kepada anak. Memupuk rasa sabar dan ikhlas banyak sekali manfaatnya. Kalau ingin anak tumbuh jadi pribadi sabar, tentunya orang tua harus menjadi teladan sifat serupa.
Menurut penelitian University of Pittsburgh di Pennsylvania dan University of Michigan di Ann Arbor, disiplin verbal yang berat dari orang tua sangat merusak anak. Ketika orang tua sering menegur dengan berteriak atau marah-marah, anak cenderung punya masalah perilaku.
Artikel terkait: Ikhlas Mengurus Anak dan Keluarga Jadi Kunci Kebahagiaan Ibu
Jangan kaget jika di kemudian hari, anak bisa saja terlibat kekerasan dengan teman di lingkup pergaulan. Berikut cara yang bisa dicontoh.
1. Lakukan Relaksasi
Tidak mudah memang bagi kita untuk sabar menghadapi berbagai karakter orang. Keinginan kita bisa saja berbeda dengan orang lain, sehingga yang ada kita menjadi tidak sabar karenanya.
Salah satu cara relaksasi paling mudah dan sederhana adalah melalui teknik pernapasan. Cukup tarik napas dan buang secara perlahan. Lakukan rangkaian ini selama tiga hingga empat detik dan buat jeda sebelum mengambil napas berikutnya.
2. Lihat Permasalahan dari Dua Sisi
Kebiasaan yang marak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia adalah hanya melihat masalah dari satu sisi. Perihal benar tidaknya satu masalah urusan nanti, yang utama adalah mengomentari.
Hal ini kedengaran menyenangkan, tetapi alangkah baiknya lihatlah masalah dari berbagai sisi. Termasuk orang tua kepada anak, ketika anak melakukan kesalahan coba merunut akar masalah dan apa penyebabnya. Hal ini jauh lebih bijaksana dibanding langsung menghakimi.
Artikel terkait: Diminta Poligami karena Belum Ada Momongan, Respons Suami Fitri Carlina Bikin Terenyuh
3. Jadilah Pendengar yang Baik
Setiap manusia adil adanya dengan dikaruniai satu mulut dan dua telinga. Sayangnya, lebih sulit banyak bicara dibanding mendengarkan. Saat anak sedang dalam masalah, cobalah Parents berperan menjadi pendengar alih-alih menceramahi.
Hindari sikap terlalu menekan, karena yang ada anak akan merasa dirinya disalahkan. Bisa jadi, ke depannya ia kapok untuk terbuka kepada orang tua. Tahan diri juga untuk terlanjur marah dengan intonasi keras walaupun anak yang salah.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family pada 2003 mengungkap bahwa terdapat 25 insiden orang tua berteriak dalam setahun. Hal ini akhirnya menyebabkan anak jadi rendah diri, mudah marah, dan berpotensi mengalami depresi.
Menurut psikolog serta penulis buku 10 Days to a Less Defiant Child, Jeffrey Bernstein, PhD, orang tua yang berteriak dan marah-marah pada anak adalah mereka yang kehilangan kesabaran karena tidak mampu mengontrol emosi dengan baik sehingga berdampak buruk pada anak.
4. Gali Situasi Mendalam
Kesabaran didorong ketika Anda menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Dibanding marah sehingga membuat menyesal, cobalah untuk menggali sebuah situasi lebih dalam dan analitis. Misalnya ketika anak pulang larut malam, telaah hal ini:
- Apa penyebab anak pulang larut malam? Apakah terlalu asyik mengobrol, atau teman sedang membutuhkan pertolongan?
- Seperti apa dampaknya jika anak pulang larut malam?
- Cara apa yang bisa dilakukan agar anak tidak lagi melakukannya? Menerapkan jam malam, perlukah dilakukan?
Ketika hal ini telah digali kepada anak, setelahnya Parents bisa mengonversi dalam pembicaraan. Dengarkan semua penjelasan anak dengan tenang. Toh, pulang terlambat juga sudah terlanjur dilakukan oleh anak Anda. Marah tidak mengubah kejadian yang ada.
Artikel terkait: Kumpulan Doa Hajat Agar Keinginan Kita Segera Dikabulkan
5. Ganti Tidak dengan Belum
Adalah hal yang sulit untuk mengatakan tidak, tetapi menggantinya dengan belum bisa melatih kesabaran, lo. Penggantian frasa membantu mengubah cara pandang kita ketika menghadapi sesuatu. Pun sugesti positif tercipta untuk diri sendiri.
Sesederhana mengganti kata ‘belum tahu’ dibanding ‘tidak tahu’ saat anak sedang kritis menanyakan sesuatu akan membuat diskusi menyenangkan terus terjadi tanpa debat kusir berarti.
6. Istirahat Cukup agar Bisa Lebih Sabar dan Ikhlas
Kurang tidur bisa membuat kita menjadi lebih mudah marah, tegang, dan tidak sabaran. Oleh karenanya, agar hati dan pikiran menjadi lebih tenang dan sabar pastikan Anda cukup beristirahat.
Agar bisa tidur nyenyak, hindari menggunakan gawai 30 menit hingga 1 jam sebelum tidur. Batasi mengonsumsi kafein agar jantung tidak bekerja terlalu keras sebelum tidur.
7. Tidak Terburu-buru Mengerjakan Sesuatu
Globalisasi membuat segalanya serba cepat, semua orang didorong melakukan segala sesuatunya dengan cepat agar tidak tertinggal. Tanpa sadar, Parents bisa menumpahkan cara ini kepada anak. Efeknya, rasa tidak sabar pun muncul.
Memang cepat itu menguntungkan, tetapi apa, sih, salahnya menekan rem kehidupan? Cobalah jalani beberapa hal dengan santai agar tubuh rileks dan Anda bisa lebih menikmati prosesnya.
Mulailah dari hal yang sederhana seperti menyisihkan waktu 5-10 menit setelah bangun tidur untuk tetap berada di kasur. Lebih sabar ketika suami pontang-panting mencari kunci mobil, atau tidak menegur ketika anak sedang berusaha menalikan sepatu, mengapa tidak?
8. Bersyukur Membuat Kita Lebih Sabar dan Ikhlas
Selain sabar dan ikhlas, bersyukur juga menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Sesederhana mensyukuri satu hal baik dalam satu hari, belum tentu semua orang mempunyai waktu untuk melakukan hal itu.
Padahal, saat membiasakan diri untuk bersyukur maka hidup akan lebih terasa ringan. Hal ini juga berlaku dalam perjalanan Parents menjadi orang tua, pupuklah rasa sabar dengan bersyukur.
Saat keinginan berteriak sudah sampai di ujung mulut melihat mainan anak berantakan, pikirkanlah selama apa Anda menantikan kehadiran buah hati dalam keluarga kecil Anda? Hal ini akan menunda kemarahan dan hasil lebih besar bisa jadi tercapai di waktu tidak terduga.
Parents, sudah siap menjadi orang tua yang lebih sabar dan ikhlas? Selamat berproses!
Baca juga:
5 Cara Jadi Orang Tua yang Sabar Menghadapi Anak, Parents Wajib Tahu!
5 Tips Melatih Anak Sabar ala Rachel Vennya, Jangan Selalu Turuti Kemauan Anak