Ketika membangun sebuah rumah yang sehat, apa yang Parents pikirkan? Sering kali orang mengedepankan urusan model rumah dan manfaat rumah itu bagi dirinya dan anggota keluarga lain secara fisik. Pernahkah berpikir bahwa merancang rumah yang sehat secara emosi itu juga penting? Simak cara yang telah kami rangkum berikut ini.
10 Cara Merancang Rumah yang Sehat secara Emosi
Home Sweet Home
Image: Unsplash
Ketika seseorang memikirkan konsep rumah yang sehat, kebanyakan mereka membayangkan pendingin ruangan yang dilengkapi antibakteri, adanya taman hijau di depan rumah, atau juga ketersediaan jendela yang banyak. Semuanya menekankan pada kesehatan fisik semata, dan mengabaikan kesehatan emosional rumah yang juga tak kalah penting.
Padahal, menurut laman Psychology Today, kesehatan emosional rumah bisa sangat memengaruhi bagaimana Anda menghabiskan sisa hidup Anda di rumah tersebut. Jadi, sangat penting untuk menciptakan rumah yang sehat secara emosi bagi Parents dan keluarga, yakni dengan membangun lingkungan yang mendukung kesejahteraan psikologis bagi setiap anggota keluarga.
Berikut ini 10 cara menciptakan rumah yang sehat secara emosi melansir dari Psychology Today:
1. Sediakan Waktu, Perhatian, dan Kasih Sayang
Kualitas waktu yang Anda habiskan bersama sebagai keluarga lebih penting daripada kuantitas waktu. Berikan perhatian Anda kepada setiap anggota keluarga setidaknya 30 menit setiap hari. Ini lebih baik daripada 60 menit yang Anda habiskan di depan gadget.
Caranya bisa dengan menonton televisi bersama atau mengobrol di waktu makan keluarga. Kembangkan juga ritual seperti doa pagi bersama atau membaca dongeng sebelum tidur. Perhatian yang Anda tunjukkan merupakan ungkapan kasih sayang Anda.
Artikel terkait: Sebuah Ungkapan Manis tentang Kasih Sayang Bunda untuk Sang Buah Hati
2. Rancang Ruang yang Membangkitkan Emosi Positif
Disebutkan Psychology Today, salah satu cara merancang rumah yang sehat secara emosi adalah dengan membangun ruang positif dalam rumah. Maksudnya bagaimana, ya? Artinya, pastikan tiap-tiap ruang dalam rumah membuat Anda dan anggota keluarga lainnya merasa bahagia saat memasukinya.
Membuat ruang seperti itu tidak mahal, kok. Parents cukup menambahkan foto keluarga saja dengan menempatkan furnitur yang nyaman dan disukai setiap orang.
3. Buat Aturan yang Jelas agar Kondisi Rumah Sehat secara Emosi
Misalnya, ketuk pintu kamar sebelum masuk, izin sebelum menggunakan barang orang lain, mengembalikan barang yang sudah digunakan ke tempatnya, tidak berteriak di dalam rumah, dan tidak memanggil nama (misalnya dengan sapaan “Ayah”, “Ibu”, atau “Sayang”).
Aturan ini dimaksudkan untuk menjaga semua orang tetap merasa nyaman dan aman, juga membantu semua anggota keluarga mengetahui bahwa mereka memiliki hak, kewajiban, dan privasi. Jangka panjangnya, ini baik secara fisik maupun emosional semua orang.
4. Ada Konsekuensi Pelanggaran Aturan
Image: Unsplash
Setelah membuat aturan, Anda perlu juga memberlakukan konsekuensi. Konsekuensi perlu ada agar tidak ada anggota keluarga yang merasa lebih istimewa. Ini juga untuk meningkatkan kesadaran bahwa setiap perbuatan pasti ada konsekuensi.
Sama halnya menjalankan aturan, menjalankan konsekuensi juga merupakan bentuk tanggung jawab. Dengan adanya konsekuensi, khususnya anak-anak, belajar membuat keputusan yang lebih baik di lain waktu.
Artikel terkait: Ayah, Ini 7 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Melatih Kedisiplinan Anak Tanpa Kekerasan
5. Mengungkapkan Perasaan secara Bebas
Maksudnya, Anda tidak harus berkata-kata dengan sedih saat mengungkapkan perasaan yang sedih. Misalnya, ketika Anda menceritakan kejadian ketinggalan kereta pagi tadi.
Anda bisa menceritakannya sambil tertawa kepada pasangan atau anak-anak. Toh, kejadian itu juga sudah berlalu, jadi percuma saja jika Anda masih menyesalinya di hadapan mereka. Ceritakanlah kisah itu sambil menertawai keteledoran Anda, karena hasil begadang semalam menyebabkan Anda telat bangun dan ketinggalan kereta.
Ini salah satu cara dalam membesarkan anak-anak yang kuat untuk berbicara secara terbuka tentang emosi yang mereka rasakan. Sekaligus, membangun kosakata emosional kepada mereka dan ajaran bahwa tidak perlu menunjukkan perasaan marah dengan amukan atau teriakan.
6. Validasi Emosi Semua Orang
Image: Unsplash
Hindari mengatakan hal-hal seperti “Berhenti menangis!” atau “Jangan khawatir” karena ini justru mengirimkan pesan kepada anak bahwa perasaan mereka SALAH. Pernyataan itu juga bentuk dari mengabaikan emosi anak di mana kemudian bisa menyebabkan banyak kerugian psikologis pada anak di masa depan.
Jelaskan, bahwa setiap orang boleh mengungkapkan apa yang dirasakannya: Marah, frustrasi, sedih, rasa malu, atau cemas. Katakan, bahwa Anda bersedia mendengarkan semua itu.
Apa yang anak lakukan dengan emosi mereka itu sangat penting, tapi tetap harus di jalur yang benar. Katakan, anak boleh marah, asal tidak memukul. Boleh menangis, asal tidak meronta-ronta.
Bimbingan dan pembinaan semacam ini mengajarkan anak bagaimana mengelola emosinya dengan cara yang sehat.
7. Jangan Menahan Percakapan yang Sulit
Mungkin Anda berpikir pasangan atau anak akan merasa kurang nyaman jika Anda membahasnya. Apa pun masalahnya, sesulit apa pun membahasnya, pasti ada cara yang baik yang bisa dilakukan.
Misalnya, Anda tahu anak membuka situs porno dari histori pencarian ponselnya. Pekalah terhadap kondisi mental anak. Jika Anda merasa itu waktu yang tepat untuk berbicara dengannya, lakukan segera. Jangan tunda, karena jika dibiarkan terlalu lama, kebiasaan anak bisa menjadi lebih buruk.
Diskusikan dengan cinta serta tunjukkan bahwa Anda memedulikan masa depannya.
8. Praktikkan Konflik Sehat Mampu Ciptakan Rumah yang Sehat secara Emosi
Perbedaan pendapat bukanlah hal yang buruk. Cara menyampaikannya yang membuat situasi menjadi lebih buruk. Misalnya dengan berteriak, mengancam, atau marah yang kemudian berdampak pada kesehatan emosional rumah.
Lakukanlah kompromi, tetapkan batasan yang sehat, dan selesaikan masalah bersama di waktu itu juga agar konflik tidak berkepanjangan.
Artikel terkait: Pentingnya Rumah Tangga Setara di Mata Kalis Mardiasih: “Supaya Sehat Mental”
9. Lakukan Kegiatan yang Sehat di Rumah
Image: Unsplash
Masalah di kantor atau dengan seseorang di keluarga besar bikin Anda stres. Cobalah alihkan stres dengan melakukan apa yang Anda sukai. Misalnya dengan berkebun, membaca buku, atau berolahraga. Atau juga, melakukan hal-hal yang hampir tidak pernah Anda lakukan, seperti merapikan rak sepatu atau menjahit semua lubang di pakaian semua anggota keluarga.
Kegiatan-kegiatan ini secara tidak langsung membantu merelaksasi pikiran dan membuat Anda merasa lebih baik. Sekaligus mengelola tekanan emosional dengan cara yang lebih sehat. Capek mungkin, tapi kepuasan setelah menyelesaikan satu pekerjaan itu yang mahal harganya.
10. Ciptakan Rumah yang Sehat secara Emosi dengan Diskusi Kesehatan Mental
Selain seks, kesehatan mental mungkin topik yang paling jarang didiskusikan dalam keluarga. Bicaralah hal ini secara terbuka, dan jelaskan bahwa setiap orang dapat mengalaminya melalui depresi atau kecemasan yang dirasakan sehari-hari.
Katakan -kepada anak terutama- bahwa menemui psikolog bukanlah hal yang tabu. Itu sama halnya menemui dokter gigi ketika Anda sakit gigi atau dokter umum ketika mengalami diare.
Demikianlah 10 cara membangun rumah yang sehat secara emosi. Sekiranya poin-poin ini belum Anda diterapkan di rumah, yuk ajak semua anggota keluarga melakukannya!
Baca juga:
FOGO: Cemas dan Takut Keluar Rumah Saat Pandemi, Normalkah?
Mengenal Kepribadian Dark Triad yang Perlu Diwaspadai, Jangan Mau Dimanipulasi!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.