Rencana sekolah tatap muka Juli 2021 sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan ini ditetapkan setelah keputusan SKB 4 Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 dikeluarkan.
Image: Freepik
Padahal hingga saat ini, dilansir dari laman instagram @pandemictalks, vaksinasi di Indonesia baru mencapai 0,4 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Sementara di negara lain yang intensitas vaksinasinya sudah lebih masif seperti Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Inggris Raya, hingga Turki masih mempertimbangkan rencana pembukaan sekolah tatap muka di negaranya.
Lalu, bagaimana tanggapan para orangtua serta tenaga pendidik mengenai rencana sekolah tatap muka Juli 2021 ini?
Mendikbud Tegaskan Semua Sekolah Sudah Belajar Tatap Muka pada Juli 2021
Sesuai keputusan SKB 4 Menteri, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan semua sekolah harus sudah membuka belajar tatap muka pada bulan Juli 2021. Penegasan ini disampaikan oleh Nadim dalam jumpa pers yang digelar secara daring pada Selasa (30/3/2021).
“Jadi bukan diterapkan di Juli 2021, tapi aspirasinya semua sekolah sudah belajar tatap muka di Juli 2021. Itu sesuai keputusan SKB 4 Menteri,” ujar Nadiem.
Image: Freepik
Lebih lanjut, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa belajar tatap muka di sekolah juga sudah bisa dimulai saat ini. Hal tersebut sejalan dengan program vaksinasi bagi guru, dosen, dan tenaga kependidikan. Nadim juga pernah mengungkapkan bahwa guru, dosen, dan tenaga kependidikan menjadi prioritas vaksinasi tahap kedua. Program vaksinasi guru, dosen, dan tenaga kependidikan sendiri ditargetkan bisa selesai di akhir Juni 2021 ini.
“Jadi bukan di Juli mulai dibuka, tapi mulai hari ini. Jadi bagi guru dan tenaga kependidikan sudah divaksinasi, maka bisa belajar tatap muka,” ucap Nadiem.
Nadiem menegaskan juga bagi sekolah yang saat ini sudah membuka belajar tatap muka, dipersilakan untuk melanjutkannya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dan, bagi sekolah yang nantinya baru akan memulai belajar tatap muka, maka wajib pula memenuhi daftar periksa serta menerapkan protokol kesehatan.
“Jadi 22 persen sekolah yang sudah belajar tatap muka, itu silahkan lanjut. Tapi tetap dengan protokol kesehatan yang sudah jelas,” tegas Nadiem.
Kapasitas Belajar Tatap Muka
Mengenai kebijakan belajar tatap muka di sekolah, Mendikbud juga menambahkan bahwa kapasitas belajar tatap muka hanya sebesar 50 persen saja. Oleh karena itu, pihak sekolah masih harus membuka sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah masing-masing siswa seperti yang selama ini dilakukan di masa pandemi Covid-19. Semua ketentuan ini dikembalikan lagi ke tangan orangtua siswa.
Rencana sekolah tatap muka Juli 2021. Image: Freepik
“Jadi orangtua yang bisa memilih, apakah anaknya belajar tatap muka atau tetap PJJ dari rumah,” ucap Nadiem.
Dengan kebijakan seperti itu, maka belajar tatap muka di sekolah tidak 100 persen dilakukan. Dengan kata lain, akan dilakukan sekolah tatap muka terbatas. Terkait dengan teknis waktu pelaksanaan tatap muka, kemendikbud menyerahkannya ke masing-masing sekolah. Misalnya, bisa dua atau tiga kali pelaksanaan tatap muka dalam seminggu.
“Sekolah boleh bebas memilih kalau dia mau melaksanakan tatap muka dua kali seminggu itu diperbolehkan, kita memberikan kebebasan sekolah untuk menentukan,” ujar Nadiem.
Bagaimana Tanggapan Orangtua dan Guru Mengenai Rencana Sekolah Tatap Muka Juli 2021?
Pro-kontra terkait pembukaan sekolah tatap muka juga hadir di kalangan orangtua dan para guru. Beragam komentar mengenai kebijakan ini pun ditemukan. Berdasarkan penuturan beberapa ornagtua dan tenaga pendidik kepada theAsianparent Indonesia, sebagian ada yang menyetujui sekolah tatap muka, namun sebagian yang lainnya juga masih memilih PJJ bagi anak-anaknya.
Tanggapan Orangtua
Para orangtua cenderung lebih memilih PJJ karena masih merasa khawatir terhadap penularan Covid-19 yang rentan di kalangan anak-anak di sekolah.
“Begitu denger kabar keputusan Pak Nadiem, sebenernya dilema banget, sih. Seneng banget dengan kabar rencana menteri pendidikan yang mengusulkan untuk sekolah tatap muka. Soalnya setahun belakangan ini, anak-anak memang susah sekali berinteraksi sama temen-temen. Paling saat zoom class, atau ujung-ujungnya mabar games.
Tapi mengingat banyaknya cluster sekolah yang muncul, di beberapa daerah yang lebih dulu melakukan tatap muka, jelas ini bikin was-was. Tapi pada intinya, menurut saya orangtua punya wewenang penuh untuk mengizinkan anaknya untuk sekolah tatap muka, atau memilih untuk tetap melakukan proses pemberlajaran dari rumah aja,” ujar Bunda Adisty, orangtua dari Bumi, Kelas 5 SD.
Senada dengan Adisty, Ester yang memilik anak usia 7 dan 9 tahun pun lebih memilih PJJ sampai kasus Covid-19 di Indonesia benar-benar bisa ditangani dengan lebih baik.
“Kalau diberlakukan ‘tatap muka’, aku sebagai orangtua engga setuju dan belum mau menjalankannya. Usia anakku 7 & 9 tahun. Meski udah mandiri cuci tangan dan sadar untuk selalu pakai masker, cuma gak ada jaminan mereka akan begitu ketika berada di sekolah.
Lagipula, perhatian guru juga kan gak bisa fokus ke anakku aja, juga ke banyak anak lain. Daripada aku parno dan demi menghindari hal-hal yang gak kuinginkan, aku prefer sekolah ‘jarak jauh’ aja seperti sekarang ini sampe korban covid bener-bener turun ke level aman,” ujar Bunda Ester.
Tanggapan Guru
Beberapa guru justru lebih menyetujui pembukaan sekolah tatap muka ini. Bukan tanpa alasan, sebab selama ini siswa sudah terlalu lama ‘menikmati’ PJJ. Ditambah lagi, banyak anak-anak yang mengalami kesulitan fasilitas atau sarana teknologi untuk mendukung PJJ.
Seperti apa yang diungkapkan oleh beberapa orang guru berikut ini.
“Sebagai guru sekaligus orangtua dari anak yang masih duduk di bangku SMP, saya menyambut senang bila pembelajaran tatap muka dilaksanakan. Karena tidak semua siswa mampu mengikuti program sekolah online, terutama siswa yang punya keterbatasan media teknologi.
Mereka ketinggalan informasi dengan teman-teman yang punya fasilitas teknologi. Dengan pembelajaran tatap muka, guru dan siswa bisa berkomunikasi secara langsung dalam memecahkan masalah pembelajaran tanpa harus takut habis kuota. Sehingga, masalah pembelajaran terutama bidang-bidang studi praktik akan dapat diatasi,” ujar Dra. Paima Tampubolon, guru SMK Negeri 1 Siantar, Sumatera Utara.
Menurut pandangan beberapa guru, PJJ selama pandemi Covid-19 ini memang tidak efekif. Anak-anak sudah mulai merasa bosan, bahkan cenderung menunda-nunda penyelesaian tugas sekolah yang diberikan secara daring.
“Pastinya sangat setuju dengan wacana belajar tatap muka, karena menurut saya, sebagai salah satu tenaga pengajar di suatu instansi pendidikan, pembelajaran daring/online tidak efektif. Mengapa? Siswa cenderung bosan dan mereka punya segala macam trik untuk menghindari pelajaran. Jadi, alangkah lebih baiknya wacana ini segera direalisasikan.
Sisi positifnya ya agar siswa bisa belajar normal lagi seperti biasa, para guru pun bisa menyampaikan materi dengan baik (tanpa terhalang sinyal) dan bisa dipastikan siswa bisa menyerap bahan pelajaran dengan sangat baik. Kalau dari segi negatifnya, siswa akan kembali beradaptasi ke lingkungan sekolah, selain itu karena sudah terlalu lama di rumah, mereka mungkin akan sedikit malas saat berada di sekolah,” ujar Rizka Fatihah, seorang tenaga pendidik bahasa asing di Medan.
“Dampak positif tatap muka tuh lebih ke pendekatan siswa aja. Soalnya kita bisa tau kondisi siswa gimana. Maksudnya, bisa keliatan siswa yang paham sama engga saat dikasih materi pembelajaran. Soalnya kalau daring cukup rumit, ternyata banyak banget orangtua yang berperan ngebantu siswa pada saat pembelajaran dari rumah.
Kalau dampak negatif ya balik lagi ke khawatiran kesehatan anak-anak sih, apalagi anak umur SMP kan rentan ya. Terus juga takutnya pas mereka masuk tiba-tiba kaget soalnya udah biasa santai belajarnya. Tapi sangat amat senang kalau kebijakan dibuka lagi sih sekolahnya. Mall aja dibuka, masa sekolah mau tutup aja ya,” ujar Tiara Anjani, guru SMP di Cirebon.
Itulah kebijakan pemerintah mengenai pembukaan sekolah tatap muka pada Juli 2021 mendatang. Bagaimana dengan Parents, apakah setuju terhadap keputusan pemerintah? Atau justru senada dengan para orangtua yang lebih memilih PJJ hingga Covid di Indonesia benar-benar bisa terkendali? Apapun itu, kita doakan semoga Covid ini cepat berlalu, sehingga kita bisa bebas beraktivitas kembali ya, Parents.
Baca Juga:
Waspada! Kasus COVID-19 pada Anak Meningkat, Banyak di Rentang Usia SD
Sekolah di Perancis Dibuka Muncul 70 Kasus Baru, Bagaimana Rencana Indonesia?
Psikolog Sarankan Tunda Rencana Belajar Tatap Muka Januari 2021, Parents Setuju?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.