Setiap Orangtua memiliki pengalaman dan cara yang unik tersendiri untuk menerapkan pola asuh pada buah hati. Jadi ayah dari satu orang anak, Rayi RAN pun bercerita mengenai pengalamannya mengasuh anaknya.
Seperti apa ya, pengalaman penyanyi dengan nama lengkap Rayi Putra Rahardjo ini?
Cerita Rayi RAN Menjalani Peran Jadi Ayah
Banyak yang menyangka, laki-laki kelahiran 26 Juni 1987 ini masih single. Ya, Rayi yang juga vokalis grup band RAN ini sudah menikah dengan Ria Zhafarina Hadju pada 18 Desember 2011.
Sekitar 6 tahun kemudian, tepatnya 27 September 2016, lahirlah putra pertama mereka yang diberi nama Budi Abdulkadir Putra. Kini, si kecil sudah berusia 4 tahun.
Dibanding teman seumurannya, Rayi dan Dilla sang istri terbilang cepat menikah. Saat itu, usia Rayi masih 24 tahun.
Memiliki anak di usia jelang 30 tahun, inilah beberapa cerita pola asuh yang diterapkan Rayi dan sang istri.
Artikel Terkait : 4 jenis pola asuh anak yang populer di kalangan keluarga Indonesia, mana yang Parents terapkan?
1. Belajar dari Banyak Hal
Pengalaman perjuangan mengurus anak pertama tiap orang tua berbeda-beda. Hal yang pasti, Rayi dan Dilla selalu berusaha belajar ilmu pengasuhan dari banyak hal dan orang-orang yang ada di sekitar mereka. Rayi sendiri mengaku tidak memiliki panutan dalam mengasuh dan membesarkan Budi.
“Panutan dalam menjadi seorang ayah… enggak ada satu orang yang spesifik, sih. Saya selalu berusaha belajar dari pengalaman dan observasi melalui orang tua sendiri, orang tua istri, teman-teman yang punya anak, dari om, tante, masih banyak, deh,” tuturnya saat berbincang bersama TheAsianparent Indonesia.
2. Mencontoh Hal Baik dan Menyesuaikan dengan Style
Menurut Rayi, pada dasarnya tidak ada ilmu pengasuhan yang sepenuhnya benar atau salah. “Kalau ada hal-hal yang cocok pada style kami, ya kami ambil dan menjadikan itu sebagai contoh. Kalau ada yang kami rasa kurang tepat buat style kami, ya enggak kita ambil atau tidak dilakukan,” katanya lagi.
Rayi dan Dilla termasuk orang tua yang mandiri dalam menerapkan aturan dalam rumah tangga dan pola pengasuhan Budi. Mandiri seperti konteks memiliki pemikiran sendiri seperti yang dijelaskan Rayi tadi di atas.
‘Kemandirian’ mereka acapkali menimbulkan pro-kontra dengan orang sekitarnya. Dalam hal pengasuhan, keluargalah yang khususnya sering menyampaikan ‘keberatan’ jika menemukan perbedaan gaya pengasuhan.
3. “Berbeda Pola Pengasuhan Itu Hal yang Biasa”
Baginya, setiap keluarga memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Tak dipungkirinya juga, kalau memang ada beberapa style parenting yang berbeda dengan kakak-kakak dan adik-adiknya.
“Saya dan istri pada dasarnya orang yang cukup prinsipil. Kalau kami meyakini sesuatu yang benar dan insya Allah baik, ya kita yakini dan berusaha menjalani saja karena toh kan niatnya baik tidak menyakiti siapa-siapa. Jadi, ya, santai aja!” ujarnya kembali.
Artikel Terkait : Penelitian: Kemiripan bayi dengan ayah pengaruhi kesehatan anak, ini alasannya!
4. Menanggapi Dad Shaming dengan Santai
Salah satu contoh, Rayi dan Dilla sangat membatasi Budi mengkonsumsi makanan yang manis-manis.
“Ya kami memang cukup strict mengenai makanan-makanan manis yang kami kasih ke Budi. Bukannya melarang, cukup membatasi saja,” ujarnya kembali.
Menyoal ini beberapa kali Rayi mendengar komentar seperti ‘Ih, kok, kayak gitu amat, sih. Kasian tau anaknya…’ dari orang sekitarnya. Namun bagi Rayi, komentar itu biasa saja dan tak ditanggapi serius. Ia tak sampai sakit hati mendengarnya.
Pada umumnya, sesuatu yang manis memang sangat disukai anak-anak. dan secara emosional, sesuatu yang menyenangkan itu pasti membuat bahagia. Namun Rayi dan Dilla pasti sudah menghitung baik-buruk dan pertimbangan lain saat memutuskan tidak terlalu sering memberi Budi makanan manis.
Sikap Rayi ini selaras dengan apa yang dikatakan penulis dan peneliti asal Inggris Sarah Clark di laman Parents.com. Ia mengatakan bahwa dibandingkan ibu, lebih banyak ayah menanggapi kritik secara positif.
“Sebagian besar ayah mengatakan bahwa mereka mencari informasi atau mengubah perilaku mereka sebagai tanggapan atas kritik. Itu sangat positif. Itu cara yang kerap dilakukan para ayah, memahami dampak kritik terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak dengan tidak menjadi defensif atau menarik diri,” jelas Sarah.
Dalam hasil penelitiannya juga disebutkan, 90% ayah percaya diri mereka baik dalam merawat anak-anak mereka. Wow!
5. Berbagi Peran dengan Istri
Sejauh ini Rayi dan istri selalu terbuka dan berdiskusi mengenai penerapan-penerapan parenting yang akan diberikan kepada putera mereka. Dalam hal mengasuh sehari-hari pun mereka selalu berusaha adil dan seimbang.
Biar bagaimana pun, selain berperan sebagai ibu rumah tangga, Dilla juga bekerja.
“Bisa dibilang 60 persen istri yang mengurus keseharian Budi. Tapi setiap ada kesempatan atau waktu, bisa dibilang saya merupakan bapak yang dalam tanda kutip ‘hands on’,” terang Rayi.
Di rumah, Rayi juga dikenal sebagai bapak yang sangat tegas juga penyayang. Baginya, ketegasan diperlukan dalam pendidikan dasar agar anak tumbuh menjadi disiplin dan bertanggung jawab di masa dewasanya nanti.
Di sisi lain, ia juga masih terus belajar untuk peka kapan anak membutuhkan kasih sayang seperti pelukan atau sekadar mendengarkan ceritanya.
Nah, itulah Parents pengalaman Rayi dan sang istri dalam mengasuh anak semata wayangnya. Parents punya pengalaman serupa?
Baca juga:
Mindful Parenting : Pentingnya perhatian orangtua untuk menjadikan anak bahagia
Parents, Tinggalkan 5 Pola Pengasuhan Anak yang Ketinggalan Jaman ini
Dampak mom shaming hanya bikin Bunda depresi, Baca 10 tips ini untuk mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.