Belakangan istilah Quiet Quitting sedang tren di media sosial terutama dalam perbincangan para pekerja. Istilah tersebut bukan ajakan untuk berhenti kerja diam-diam. Kata tersebut mengarah pada sebuah konsep untuk bekerja secukupnya. Tak perlu berusaha keras untuk meraih promosi dan fokus saja untuk work life balance.
Dipopulerkan oleh TikTokers
Kepopuleran istilah ini bermula saat seorang konten kreator TikTok Zaid Khan membahas tentang konsep tersebut dalam dunia kerja. Video yang diunggah melalui akun Tiktok @zaidleppelin pada Juli 2022 itu telah ditonton lebih dari 3 juta kali.
Khan mempopulerkan istilah ini saat pandemi covid-19. Maksud istilah ini bukan berhenti dari pekerjaan. Ia menegaskan tak perlu terlalu keras bekerja lagi pula nilai seseorang tidak ditentukan oleh hasil produktivitasnya.
“Kamu masih melakukan tugasmu, tetapi kamu tidak lagi menganut mentalitas budaya bahwa pekerjaan harus menjadi hidup. Kenyataannya tidak demikian dan nilaimu sebagai pribadi tidak ditentukan oleh produktivitasmu,” ujarnya lagi.
Artikel terkait : Mengenal Karoshi, Fenomena Bekerja Berlebihan dan Tanpa Cuti Sampai Meninggal
Apa itu Istilah Quiet Quitting?
Meski terdengar seperti ajakan untuk berhenti kerja diam-diam, istilah Quiet Quitting digambarkan sebagai perlawanan dari hustle culture, yakni tekanan untuk bekerja lebih keras dan lebih sibuk dari orang lain. Konsep ini mematahkan budaya tersebut dan menetapkan standar pada pekerjaan.
Istilah tersebut mungkin terdengar baru tetapi gagasan ini sudah ada sejak lama. Mengutio BBC, Anthony Klotz, profesor di School of Management University of College London mengungkapkan fenomenan ini telah telah muncul sejak beberapa dekade lalu meski dikenal dengan nama yang berbeda.
“Meskipun ini berasal dari generasi yang lebih muda dan dalam kemasan baru, tren ini telah dipelajari dengan nama yang berbeda selama beberapa dekade: pelepasan, pengabaian, penarikan,” ujar Anthony Klotz.
Klotz menambahkan penyebabnya pekerja seringkali mempertahankan pekerjaan karena alasan tertentu. Kadangkala mereka juga tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bekerja melampaui standar juga memberikan tekanan yang menyebabkan stress. Pada akhirnya, mereka tidak lagi memprioritaskan karier mereka.
Sama seperti dekade lalu, banyak pekerja milenial dan Gen Z merasakan hal serupa sehingga muncul istilah baru. Singkatnya, quiet quitting adalah sebutan bekerja secukupnya saja atau kerja sesuai standar. Termasuk juga bekerja sesuai gaji dan menolak pekerjaan tambahan tanpa bayaran yang sepadan.
Artikel terkait : Studi WHO: Jam Kerja yang Panjang Bisa Meningkatkan Risiko Kematian
Bagaimana Praktiknya Dalam Dunia Kerja?
Mengutip Tech Target, Quiet Quitting bukan berarti berhenti kerja melainkan seorang karyawan membatasi tanggung jawab hanya pada tugas-tugas yang berada dalam deskripsi pekerjaan mereka untuk menghindari jam kerja yang lebih lama.
Para karyawan masih memenuhi tugas pekerjaan mereka tetapi tidak menganut budaya “Work is life” dalam karier mereka. Mereka juga tidak ingin menonjol di hadapan atasan demi kenaikan jabatan atau manfaat lainnya. Berikut praktik-praktik yang sering terjadi di tempat kerja:
- Bekerja keras seminimal mungkin untuk menyelesaikan tugas dan menetapkan batasan serta fokus pada work life balance.
- Menghilangkan pola pikir untuk dipromosikan atau dinaikkan gaji.
- Menolak pekerjaan lembur atau kerja tambahan
- Benar-benar tidak memikirkan pekerjaan saat jam kantor berakhir dan fokus mengurusi hal di luar pekerjaan.
Alasan Menerapkan Gagasan “Bekerja Secukupnya”
Gagasan untuk bekerja secukupnya ditengarai muncul akibat jam kerja pada masa pandemi yang tidak teratur dan berantakan. Work from Home (WFH) juga telah mengubah dinamika tempat kerja.
Sebuah survei tahun 2021 dari Gallup menemukan bahwa hanya 36% orang yang dilaporkan antusias dengan pekerjaan mereka. Menurut survei LinkedIn, beberapa orang tetap di pekerjaan mereka tetapi tetap mencari pekerjaan lain sambil mengumpulkan gaji, asuransi kesehatan atau tunjangan lainnya. Selain itu, gaji yang kecil membuat mereka bertanya-tanya mengapa mereka harus bekerja begitu keras.
Beberapa hal lain yang menjadi alasan pekerja menerapkan quiet quiting antara lain:
- Pandemi covid-19 yang mengubah perspektif dalam bekerja.
- Keinginan untuk meraih work-life balance.
- Burnout dengan pekerjaan yang sudah mengganggu kesehatan mental.
- Tempat kerja yang tidak aman dan kurang apresiasi.
- Mementingkan kebahagiaan daripada karier.
Artikel terkait : 5 Pekerjaan yang Terancam Digantikan oleh Robot, Apakah Pekerjaan Parents Termasuk?
Beberapa Dampaknya Bagi Pekerja
Saat menerapkan, quiet quitting para pekerja tidak mengabaikan pekerjaan merek dan masih melaksanakan tanggung jawab hanya saja cukup sesuai kapasitasnya. Ini juga bisa menjadi langkah untuk mempertahankan kesehatan mental saat bekerja. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga menjadi bumerang bagi para pekerja.
Produktivitas pekerja telah menjadi perhatian perusahaan selama beberapa tahun terakhir untuj mencegah perlambatan ekonomi. Mengutip Time, perusahaan saat ini melihat skala produktivitas sebagai metrik untuk keunggulan dan memoderasi aktivitas karyawan.
Perusahaan teknologi besar seperti Google memberi sinyal bahwa mereka memperlambat perekrutan dan dapat memberhentikan staf di tengah kekhawatiran tentang produktivitas.
Bagaimana bila perusahaan justru temandang quiet quitting sebagai penurunan produktivitas? Bisa jadi orang-orang yang menerapkan konsep ini berada dalam urutan pertama dalam daftar pekerja yang di-PHK. Sebab, bekerja alakadarnya dianggap tidak memenuhi ekspektasi perusahaan.
Jadi, boleh saja bekerja secukupnya, tapi hati-hati juga, jangan sampai hal ini menurunkan produktivitas yang berujung pada PHK.
Employees Say ‘Quiet Quitting’ Is Just Setting Boundaries. Companies Fear Long-Term Effects
https://time.com/6208115/quiet-quitting-companies-response/
Why ‘quiet quitting’ is nothing new
https://www.techtarget.com/whatis/feature/Quiet-quitting-explained-Everything-you-need-to-know
Quiet quitting explained: Everything you need to know
https://www.bbc.com/worklife/article/20220825-why-quiet-quitting-is-nothing-new
***
Baca juga :
Berencana Berhenti Kerja? Pertimbangkan Dulu 7 Hal Berikut sebelum Memutuskan Resign
Posisi Meja Kerja yang Baik Menurut Feng Shui Supaya Karier Moncer