Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Pepatah ini bisa menjadi gambaran yang tepat untuk Prita Hapsari Ghozie, sosok yang malang melintang di dunia keuangan dan investasi.
Tak banyak yang tahu bahwa sejak remaja, perempuan kelahiran Jakarta 40 tahun lalu ini sudah berkecimpung di dunia reksa dana. Ya, kiprah sang ayah Iwan Pontjowinoto di dunia pasar modal mengenalkannya pada dunia investasi sejak dini.
Pintar mencari uang sejak masih duduk di bangku sekolah, Prita mencari tambahan uang jajan dengan hobi menari balet yang digelutinya sejak berusia 5 tahun. Selain itu, Prita juga kerap mendapat honor dari tawaran foto sebagai model di deretan majalah remaja. Dari sinilah jumlah tabungannya terus bertambah.
Tidak ingin setengah-setengah, Prita memutuskan mengambil jurusan Fakultas Ekonomi untuk mengetahui sisi ekonomi lebih luas. Setelahnya, ia mengambil program master di University of Sydney, Australia, tahun 2002.
Saat sedang menempuh studi itulah, sang ayah mendorong Prita untuk mengambil kuliah tambahan yakni financial planning. Bidang ini akan booming di masa mendatang, begitu ucapan sang ayah. ‘Ramalan sakti’ ayah nampaknya terbukti, Prita berhasil memiliki gelar resmi Certified Financial Planner Professional.
Prita kini menjadi salah satu perencana keuangan independen, nasihatnya banyak diterapkan masyarakat yang masih bingung perihal perencanaan keuangan. Hingga berita ini ditulis Prita telah menelurkan sederet buku antara lain Make It Happen!, Pension Ready Pension Happy, Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya.
Tak lama setelahnya, Prita terlibat dalam penulisan buku MoneySmart Parent berkolaborasi dengan Nadia Mulya. Selain buku, Prita juga rutin mengedukasi masyarakat tentang mengatur keuangan melalui kanal YouTube nya ZAPFinance TV.
Artikel terkait: 10 Pengingat Penting Betapa Hebatnya Peran Ibu untuk Anak dan Keluarga
Tak Hanya Seputar Uang Bersama Prita Ghozie
Dalam momen peringatan Hari Ibu 22 Desember, saya berkesempatan mewawancarai Prita Ghozie secara virtual. Sisi lain dan pendapatnya mengenai bisnis tak ketinggalan kami coba gali lebih dalam. Berikut kutipan saya dengan perempuan berhijab ini.
Mba Prita, sharing dong seperti apa sih perjalanan Mba merintis ZAPFinance sejak awal hingga bisa seperti sekarang ini dan apa yang mendorong Mba untuk merintis bisnis di bidang keuangan?
Lebih tepatnya bisnis keluarga, saya mendapat amanah untuk menjadi leader ZAPFinance memimpin bisnis ini sejak 2009.
Saya memulai karier sebagai karyawan di perusahaan teknologi multinasional asing terbesar di dunia. Setelah berkiprah selama 5.5 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk membantu menjalankan bisnis keluarga.
Kebetulan, minat dan kemampuan saya sangat mendukung di bidang perencanaan keuangan. Saat masuk bangku universitas, saya mengambil jurusan akuntansi dari FEUI lalu lanjut mengambil studi master of commerce di University of Sydney.
Saya juga memiliki gelar sarjana S2 untuk bidang financial planning yaitu Graduate Certificate in Financial Planning dari Melbourne. Jadi, dari awal lahirnya ZAP Finance tahun 2009 kami fokus di peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Banyak orang yang bilang, memertahankan bisnis lebih sulit dibandingkan jalan merintis. Pandangan Mbak Prita mengenai hal ini?
Pasti! Merintis itu baru awal, paling bahaya adalah jika kita terlena kesuksesan di awal, kita sering ga lihat ada bahaya di depan mata. Award, penghargaan, meskipun itu kehormatan, namun bahaya.
Mengingat saya berkecimpung di dunia keuangan, sesuatu yang riil adalah laporan keuangan. Sebagai orang keuangan, saya berpegang teguh pada itu.
Apa kekuatan Mbak Prita hingga akhirnya bisa membangun ZAPFin sampai sebesar sekarang?
Saya beruntung karena disiapkan secara akademis oleh orangtua dari mulai sarjana Akuntansi, Master of Commerce in Accounting, hingga Master in Graduate Certificate in Financial Planning. Setelahnya adalah disiplin, konsisten, hati, dan kuasa Tuhan.
Dari yang saya baca, Mba Prita menikah di usia yang tergolong muda. Tantangan jadi seorang istri, ibu, sekaligus ibu bekerja di usia muda apa saja, sih, Mbak?
Banyak! Pastinya waktu 24 jam rasanya gak cukup ya. Time management seolah kayak jadi teori aja karena 24 jam sayangnya gak bisa ditambah lagi. Sebagai seorang istri, ibu, sekaligus sibuk karir saya belajar menerapkan hal ini:
- Tahu skala prioritas >> manakah yang sedang membutuhkan perhatian lebih?
- Learn to say no >> rasanya semua kerjaan ingin diambil, tapi saat keluarga sedang butuh prioritas tentu saja harus berani untuk ambil keputusan. Di sinilah saya didorong untuk bernai bilang tidak
- Learn to delegate >> belajar untuk paham bahwa kita butuh bantuan orang lain
Artikel terkait: Tak Bisa Hidup Sendiri, Ini 15 Alasan Ibu Tetap Butuh Teman atau Sahabat
Prita Ghozie dikenal masyarakat sebagai financial planner, kalau untuk keluarga seperti apa pola asuh yang mbak terapkan pada anak-anak?
Sebagai pasangan, pastinya saya dan suami mengasuh anak bersama. Mengingat anak saya ada yang laki-laki, jujur suka bingung apa ya yang ada di benak anak laki-laki?
Nggak heran saya sering salah paham apa yang dibutuhkan oleh anak pertama saya itu (Mas Arzie). Beruntung peran suami sangat luar biasa dalam keluarga.
Berbeda dengan kakaknya, Nizieta (anak perempuan saya) lebih mudah karena dia punya kesukaan yang serupa waktu saya masih kecil dulu.
Sebagai orangtua, kami memberikan kebebasan untuk anak-anak mengeksplorasi minat dan bakat sesuai keinginan mereka. Buat kami, les di bidang pelajaran hanya diperlukan jika memang nilai sekolahnya under KKM (standar yang diharuskan). Di luar itu, kami encourage untuk anak-anak kami develop skill mereka.
Misalnya Mas Arzie suka bermusik main drum, sementara anak perempuan kami hobi menari balet. Ini mungkin karena suami sejak SMA sudah sekolah di luar negeri, jadi mulai sekarang kami juga sudah menyiapkan anak-anak untuk melakukan hal yang sama. Yang kami tekankan bukan akademisnya, tetapi bagaimana untuk survive di negeri orang.
Mba Prita menikah dengan pria asal Negeri Sakura. Ngalamin shock culture nggak, sih, Mba, dan nilai moral apa yang Mba bisa petik dari nilai kehidupan keluarga Jepang?
Sebenarnya suamiku hanya 25% Japanese, tapi memang dia dibesarkan dengan values Jepang karena sejak kecil tinggal bersama neneknya yang asli Jepang. Menurut saya ada beberapa hal yang bisa saya pelajari dan saya rasakan manfaatnya:
- Selalu disiplin untuk mencapai goals,
- Hidup minimalis berbeda dengan hidup sengsara,
- Biasakan teratur,
- Melakukan sesuatu sepenuh hati. Contoh simpel kalau beli produk asal Jepang, kemasannya aja udah sempurna apalagi isinya?
Dengan budaya adat ketimuran yang kental di Indonesia, seperti apa komunikasi Mba Prita dengan suami agar karier dan pernikahan tetap berjalan seimbang tanpa mengorbankan salah satunya?
Kami sudah saling terbuka sejak awal pacaran, bahwa saya sebagai perempuan tuh butuh ini dan itu. Sama, suami pun juga demikian. Kalau dibilang adakah yang dikorbanin gak mungkin ya.
Saya dulu tidak bisa berkarir pesat karena jika iya, maka saat itu tidak bisa mengatur waktu untuk keluarga. Akhirnya kami sepakat bahwa saya tetap bisa berkarya, namun dengan porsi effort yang lebih sedikit.
Suami saya selalu bilang apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati. Dengan kata lain kita akan selalu upgrade skills, penuh integritas, dll, pasti akan berbuah manis. ITU PASTI! Terbukti memang setelah 11 tahun menjalankan profesi ini ucapan suamiku terbukti. Nggak perlu ngoyo, tapi konsisten.
Artikel terkait: Psikiater: “Seorang Ibu Perlu Utamakan Mencintai Diri Sendirinya Lebih Dulu”
Sebagai Mompreneur, apa yang menjadi goals Mbak Prita dan apa tantangan yang dihadapi?
Bisa lebih baik dari kemarin saja sudah suatu pencapaian. I don’t want to look at other people. Terlalu banyak melihat orang lain itu bisa buat stress dan akhirnya kita jadi sulit bersyukur.
Kata yang bisa menggambarkan sosok Mbak Prita sebagai mompreneur, istri sekaligus ibu?
Hahahaha….harusnya nanya ini ke suami, anak, dan tim ZAP Finance nggak?
Hahahaha…. ok, kalau begitu, menurut Mbak Prita, gambaran sosok ibu yang kuat seperti apa, sih?
Perempuan kuat itu yang mampu bangkit dari segala ujian kehidupan dan bisa memberikan manfaat bagi keluarga serta orang sekitarnya.
****
Parents, itu dia deretan pertanyaan yang berhasil kami rangkum dari seorang Prita Ghozie. Semoga bisa menginspirasi Anda!
Baca juga:
Jadi Istri, Ibu & Pengusaha, Zhafira Loebis Alami Burnout, Bagaimana Mengatasinya?
id.theasianparent.com/ibu-yang-hebat-menurut-suami
Dukung Istri Berkarier, 3 Suami Ini Rela Jadi Bapak Rumah Tangga