Artis muda berbakat Prilly Latuconsina baru saja membuat pengakuan bahwa dia mengidap gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Hal itu diungkapkan Prilly saat menerima kunjungan Aurel Hermansyah di rumahnya untuk syuting video YouTube.
Ketika bertandang ke rumah Prilly, kekasih Atta Halilintar itu terkagum-kagum mendapati kamar temannya itu sangat bersih dan rapi.
“Tuh lihat guys, ya Allah. Kamu itu benar-benar rapi banget ditatanya kayak gini (ruangan tas),” kata Aurelia Hermansyah di channel YouTubenya.
Mendengar pujian itu, Prilly menjelaskan alasan mengapa dirinya sampai menyediakan ruangan tersendiri untuk koleksi tas dan sepatunya.
Idap OCD, Prilly Latuconsina tidak tenang kalau letak sepatunya miring
Foto: Instagram/prillylatuconsina96
“Nah aku itu OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Aku misalnya lagi make up nih, terus tiba-tiba kayak ‘Sepatu aku miring geserin dong, kalau nggak aku nggak tenang’ gitu. Sampai papa aku gini ‘Kamu berhenti dong jadi OCD’ kata papa aku gitu,” kata Prilly Latuconsina menjelaskan.
Mendengar alasan itu, Aurel Hermansyah kaget. Putri sulung Anang Hermansyah tersebut tidak menyangka Prilly bisa sedetail itu.
“Astagfirullahaladzim. Sampai sepatu pun juga nggak boleh?” tanya Aurel Hermansyah.
Menurut Prilly Latuconsina, OCD sudah lama diidapnya. Oleh karena itu, ia membuat walk-in closet untuk menyimpan pakaian, tas, sepatu dan aksesoris lainnya.
“Jadi kayak segede gini kenapa karena aku OCD, jadi tas aku nggak boleh miring tumpuk-tumpuk gitu. Iya, sepatu aja aku yang susun sendiri semua, karena biar aku puas” ungkapnya.
Foto: Instagram/prillylatuconsina96
Aurel Hermansyah pun semakin penasaran dengan OCD yang diidap Prilly Latuconsina, “Kalau baju harus putih sama putih gitu?”
“Kalau baju nggak terlalu, karena kan ribet ya. Tapi kalau tas sama sepatu yang kelihatan mata itu harus benar-benar rapi,” ungkap bintang film Danur tersebut.
Apa itu penyakit OCD?
Sebenarnya apa sih penyakit OCD yang diderita Prilly Latuconsina? Apakah berbahaya bagi pengidapnya?
Mengutip Mayo Clinic, OCD adalah kondisi di mana pola pikiran dan ketakutan yang tidak diinginkan (obsesi) yang membuat Anda melakukan perilaku secara berulang (kompulsi). Obsesi dan kompulsi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan tekanan yang signifikan.
Semakin diabaikan atau mencoba dihentikan, gangguan kecemasan semakin meningkat dan membuat penderitanya semakin terdorong untuk melakukan tindakan kompulsif
Gejala OCD
Gejala OCD adalah gangguan pikiran yang menimbulkan rasa cemas atau takut terus menerus, dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut. Beberapa tanda atau gejala OCD antara lain:
- Takut akan kontaminasi atau kotoran, misalnya takut benda miliknya disentuh orang lain.
- Keraguan dan kesulitan mentolerir ketidakpastian, misalnya bolak-balik mengecek apakah pintu sudah dikunci/kompor sudah dimatikan.
- Membutuhkan hal-hal yang teratur dan simetris
- Pikiran agresif atau mengerikan tentang kehilangan kendali dan melukai diri sendiri atau orang lain
- Pikiran yang tidak diinginkan, termasuk agresi, atau subjek seksual atau agama
Penyebab OCD
Penyebab OCD belum sepenuhnya dipahami namun beberapa teori menyebutkan tiga hal ini dapat menjadi penyebabnya:
- Biologi. OCD mungkin merupakan hasil dari perubahan kimia alami atau fungsi otak tubuh sendiri.
- Genetika. OCD mungkin memiliki komponen genetik, tetapi gen spesifik belum dapat diidentifikasi.
- Pengetahuan. Ketakutan obsesif dan perilaku kompulsif dapat dipelajari dari melihat anggota keluarga atau secara bertahap belajar dari waktu ke waktu.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko OCD
- Sejarah keluarga. Memiliki orang tua atau anggota keluarga lain yang menderita kelainan ini dapat meningkatkan risiko terkena OCD.
- Peristiwa hidup yang penuh tekanan. Jika Anda pernah mengalami peristiwa traumatis atau stres, risiko Anda dapat meningkat. Reaksi ini untuk beberapa alasan dapat memicu pemikiran, perilaku dan karakteristik tekanan emosional OCD yang mengganggu.
- Gangguan kesehatan mental lainnya. OCD mungkin terkait dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan obat.
Kapan harus ke dokter?
Ada perbedaan antara menjadi perfeksionis – seseorang yang membutuhkan hasil atau kinerja sempurna – dan memiliki OCD. Pikiran OCD bukan hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah nyata dalam hidup atau keinginan untuk membersihkan atau mengatur sesuatu dengan cara tertentu.
Jika seorang penderita merasa obsesi dan kompulsinya memengaruhi kualitas hidup, sebaiknya segera kunjungi dokter atau tenaga kesehatan mental untuk mendapatkan pertolongan profesional.
Tampaknya gejala OCD yang dialami Prilly Latuconsina masih cenderung ringan dan belum berbahaya sehingga membuatnya bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal. Semoga kondisi OCD Prilly tidak berubah menjadi lebih parah ya!
Sumber: Detik, Mayo Clinic
Baca juga:
Pernah cemas hingga berbulan-bulan? Waspada alami gangguan kesehatan mental ini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.