Post-Covid MISC pada anak menjadi topik meresahkan yang belakangan ini ramai beredar di masyarakat. Cerita ini bermula dari kisah seorang ibu di media sosial yang anaknya mengalami Post-Covid MISC.
Sang anak sampai menderita keluhan yang sangat berat, bahkan hingga tidak bisa menggerakkan organ motorik, seperti kepala, tangan, dan kaki akibat Post-Covid MISC. Apa yang dialami oleh ibu tersebut pun menimbulkan kecemasan di kalangan orangtua, karena takut anaknya sewaktu-waktu mengalami hal serupa.
Lantas, apa yang perlu Parents ketahui tentang Post-Covid MISC ini? Seberapa berbahayakah kondisi Post-Covid MISC pada anak? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, Parents!
Artikel Terkait: Waspada! Kasus COVID-19 pada Anak Meningkat, Banyak di Rentang Usia SD
Awalnya Anak Demam Tinggi, Ruam Merah, Muntah, dan Diare
Seorang ibu keturunan Indonesia yang saat ini berdomisili di Jerman menceritakan kisahnya saat mengetahui salah satu anaknya mengalami Post-Covid MISC. Ia membagikan kisah tersebut melalui akun Instagram pribadinya @ibuhaniyaa.
Ini merupakan cobaan terberat di hidupnya. Sang Bunda membagikan kisah perjuangan buah hatinya yang sampai mengalami kritis karena Post-Covid MISC.
“Jadi pada tanggal 4 Januari 2021, si kecil demam 38-39 derajat celcius, muntah, dan diare. Kami ke spesialis anak dan diagnosisnya infeksi virus musim dingin biasa. Akan sembuh sendiri. Hanya diberi ibuprofen,” tulis akun @ibuhaniyaa mengawali ceritanya.
Akan tetapi, demam yang diderita sang anak semakin tinggi. Bahkan, muncul gejala baru berupa ruam merah di beberapa bagian tubuh, seperti tangan dan pipi.
“Keesokan harinya kami ke spesialis anak lagi karena demam makin naik dan tambah gejala baru yaitu ruam merah di tangan dan pipi,” tulis Bunda @ibuhaniyaa melalui unggahan Instagram story pribadi miliknya.
Sang Anak Pernah Terinfeksi COVID-19 Tanpa Gejala
Akan tetapi, keluhan dan gejala yang dialami sang anak semakin parah. Pada tanggal 6 Januari 2021, Bunda pemilik akun @ibuhaniyaa membawa buah hatinya ke klinik darurat Elisenhof di Jerman.
“Gejala-gejala makin parah. Demam sampai 40 derajat celcius. Tidak ada cairan apalagi makanan yang bisa masuk ke perut. Akhirnya pagi hari sekali tanggal 6 januari 2021 saya bawa si kecil ke Elisenhof (klinik darurat) karena hari itu tanggal merah di Jerman, tempat-tempat praktek Sp.A tutup,” ungkapnya.
Dari pemeriksaan dokter di klinik tersebut, sang anak ternyata juga mengalami dehidrasi yang sangat parah hingga akhirnya diberi rujukan ke Klinikum (rumah sakit) guna menjalani tes darah.
“Sesampainya di klinikum, dokter langsung melakukan pemeriksaan, lalu memberikan infus, tes swab, dan tes darah. Dalam waktu kurang lebih 1 jam, gejala memburuk sangat drastis. Leher si kecil sakit tidak bisa untuk menunduk, ruam merah sudah bertambah hingga ke perut dan punggung,” tulis @ibuhaniyaa bercerita.
Sang ibu mengatakan bahwa dokter mengira anaknya mengalami herpes dan meningitis. Namun, diperlukan sampel cairan dari dalam tulang belakang untuk memastikannya.
Sejak itu, sang anak harus dipindahkan ke ruang ICU. Dari sampel cairan tulang belakang diketahui bahwa ada zat asing (bukan bakteri) yang masuk ke tubuh sang anak.
“Dari sampel cairan tulang belakang diketahui ada zat asing tapi bukan bakteri (si kecil pun sudah vaksin meningitis),” ujarnya.
Hasil tes darah menunjukkan sang anak pernah terkena COVID-19, tetapi sudah sembuh dan tidak diketahui kapan terkenanya.
“Hasil swabnya negatif, tapi… hasil tes darahnya tadi pagi menunjukkan kalau si kecil punya antibodi Covid. Artinya, si kecil pernah kena Covid dan sudah sembuh. Kapan kenanya? Wallahu a’lam. Karena selama ini si kecil ga pernah dites juga,” sambung @ibuhaniyaa.
Artikel Terkait: Ada 3 Gejala Baru COVID-19 yang Muncul pada Anak, Parents Harus Waspada!
Post-Covid MISC: Efek Mengerikan Jangka Panjang dari COVID-19
Dari hasil pemeriksaan juga diketahui bahwa sang anak ternyata tidak terkena herpes maupun meningitis, melainkan gejala dari penyakit lain.
“Ruam merah di sekujur tubuhnya ini ternyata bukan herpes, tapi menyerupai Kawasaki Syndrome. Menyerupai, ya. Termasuk gejala lain yang menyebabkan si kecil enggak bisa nunduk. Dokter menyebutnya menyerupai meningitis,” jelas @ibuhaniyaa di Instagram.
Bunda @ibuhaniyaa pun menambahkan bahwa pada akhirnya, sang anak dinyatakan mengalami Post-Covid MISC (Post-Covid Multisystem Inflammatory Syndrome).
“Fungsi paru menurun, fungsi jantung menurun, fungsi ginjal menurun. Si kecil mengalami inflamasi pada multiorgannya, termasuk pada kulitnya. Kesemuanya itu disebabkan oleh PERNAH SEMBUH dari COVID. Atau istilahnya, Post-Covid Multisystem Inflammatory Syndrome (Post-Covid MISC). Virus Covidnya sendiri sudah enggak ada dalam tubuhnya. Dia sudah sembuh dari Covid. Jadi semacam efek jangka panjang dari Covid,” lanjutnya menjelaskan.
Sang buah hati mengalami kondisi yang kritis, bahkan, harus dirawat di ruangan ICU selama beberapa hari. Kondisinya kian memburuk.
“Kondisi si kecil kritis. Tanggal 7 Januari 2021 dini hari sekitar pukul 01.30, pihak Klinikum mempersilakan saya pulang karena kebijakan mereka saat pandemi corona tidak mengizinkan orangtua menginap di ICU,” kenangnya.
Lebih lanjut, Bunda @ibuhaniyaa menceritakan kesedihannya melihat sang anak harus dipasangi berbagai selang selama perwatan.
“Sekembalinya ke ICU, saya kaget lagi. Catheter di leher sudah terpasang, di samping infus di tangan kanan dan kiri. Kalau saya hitung ada 13 macam cairan yang terhubung dengan selang-selang catheter itu. Empat hari pertama di ICU adalah yang terberat. Kondisinya kritis. Dia lebih banyak ditidurkan. Pernah saya tungguin dari pagi dan dia baru bangun pukul 18.30,” ungkap sang Bunda.
Pesan untuk Para Orangtua
Meskipun sempat mengalami kondisi yang kritis, akhirnya sang anak bisa melewati semua hal itu. Namun, tentu saja tidak ada orangtua yang menginginkan buah hatinya merasakan sakit.
Oleh karena itu, Bunda @ibuhaniyaa mengingatkan para orangtua agar dapat mencegah anggota keluarga dari COVID-19 jika tak ingin sang anak terkena Post-Covid MISC.
“Sakit corona bisa jadi tidak parah bahkan tanpa gejala, tapi setelah sembuh bisa jadi separah buah hati kami. The best way to prevent Post-Covid MISC is by preventing to contract Covid,” pesan Bunda @ibuhaniyaa untuk Parents.
Artikel Terkait: Hati-hati! Anak Pengidap TBC Rentan Tertular COVID-19
Parents, itulah kisah Post-Covid MISC pada anak yang sempat marak diperbincangkan beberapa waktu belakangan ini. Cegah buah hati dan anggota keluarga dari infeksi COVID-19 agar efek mengerikan Post-Covid MISC dapat dihindari. Semoga buah hati Bunda @ibuhaniyaa pun bisa lekas pulih total, ya. Aamiin.
Baca Juga:
Ini Perbedaan Gejala COVID-19 dan Flu Pada Anak Menurut Ahli, Parents Wajib Tahu!