Setelah perjuangan memperkenalkan makanan padat pada anak, Bunda harus siap menghadapi jika anak tidak mau makan. Supaya anak tidak kelaparan, Anda harus mengatur pola makan anak dan membuat strategi agar anak mau makan.
Seorang ibu mengeluhkan bahwa anak laki-lakiny yang berusia 2 tahun berubah menjadi picky eater alias pilih-pilih soal makanan. Kadang-kadang anak itu mau makanan yang ibunya berikan, namun lebih sering tidak makan tiga kali sehari seperti orang dewasa.
Hal ini pun mendorong sang ibu untuk mengatur pola makan anak yang unik baginya. Dengan cara ini, kebutuhan nutrisi anak tetap terpennuhi meski ia tidak makan tiga kali sehari.
Percayalah, cara ini akan membantu saat anak menolak menghabiskan makanannya.
Pola makan anak: Semua hal yang wajib Parents ketahui
Kabar baik tentang balita adalah bahwa sejak usia 1 – 3 tahun, mereka akan makan hampir semuanya, dari mulai buah-buahan, sayuran, sereal, roti, nasi. Oleh karena itu, pola makan anak bisa mencakup berbagai jenis makanan.
Kabar buruknya, sebagian besar balita adalah picku eater yang selalu pilih-pilih makanan. Nafsu makan mereka juga berubah setiap harinya.
Jadi, ide terbaik dalam memberi makan balita adalah dengan tiga kali makanan utama dan dua kali camilan di antara makanan utama tersebut.
Selain itu, Parents tak hanya memastikan anak menghabiskan makanannya saja, tetapi juga memastikan anak memiliki kebiasaan makan sehat.
Apa yang harus diingat saat mengatur pola makan anak?
1. Makanan utama dan camilan
Tawarkan balita Anda makanan utama dan camilannya di saat yang bersamaan. Jadi, jika ia sedang tak ingin makan yang satu, ia tetap bisa mengunyah yang lainnya.
Cara ini juga bisa membantu Parents menganalisis jenis makanan yang ia sukai dan berapa banyak kebutuhannya.
2. Makanan rumahan
Tak perlu diingatkan lagi bahwa makanan terbaik untuk anak yang sedang tumbuh kembang adalah makanan yang dibuat sendiri di rumah. Daripada meperkenalkannya dengan makanan cepat saji atau junk food, lebih baik siapkan sendiri makanan untuknya.
Parents bisa memberinya yogurt dengan strawberry, sayuran kukus, hingga roti dengan selai buah.
3. Perhatikan asupan permen dan makanan manis lainnya
Saat Parents akan menawari anak hidangan pencuci mulut, cobalah hindari makanan atau minuman berbasis gula. Makanan yang mengandung gula tinggi biasanya rendah nutrisi dan mineral.
Sebagai gantinya, tawarkan ia buah-buahan seperti mangga atau stroberi.
4. Tawari anak minum di sela-sela makan
Memberi anak terlalu banyak camilan dan minuman dapat merusak nafsu makannya. Perutnya akan kekenyangan makanan ringan yang tak memiliki nutrisi dan mineral yang dibutuhkan untuk perkembangannya.
Sebaiknya tawarkan air putih di sela waktu makan. Jika Parents memberinya jus, pastikan alami tanpa gula dan susu tambahan.
5. Berikan anak susu penuh lemak
Paling baik adalah memberinya ASI hingga anak berusia 2 tahun. Namun, jika Bunda sudah memperkenalkan susu sapi padanya, letakkan di cangkir sembari anak belajar minum.
Berikan susu penuh lemak (full-fat milk) hingga usianya dua tahun. Setelah mencapai 2 tahun, Parents bisa memberinya susu skim dengan lemak 1 – 2%.
Hal ini untuk memastikan pertumbuhannya didukung nutrisi tepat. Pastikan ia minum tidak lebih dari 350 ml susu per hari agar ia tidak kekenyangan dan mau makan makanannya.
6. Biarkan anak yang memutuskan
Banyak ibu yang merasa melakukan kesalahan karena memaksa anak makan. Saran kami, jangan lakukan hal sama.
Wajar bagi balita untuk mengukur berapa banyak yang ingin mereka makan dan kapan mereka akan makan. Terkadang mereka menolak makanan baru atau berubah pikiran sebelum menggigitnya.
Di lain waktu, mereka ternyata menginginkan makanan yang sama. Jadi, cara terbaik adalah dengan menguji apa yang sedang ia sukai dan apa yang tidak disukai.
7. Jauhi makanan yang difortifikasi
Sebagian besar perusahaan makanan bayi mengemas kembali produk mereka dengan kata ‘difortifikasi’ atau ‘diperkaya’. Bagi Anda yang belum paham, makanan yang difortifikasi berarti diperkaya dengan nutrisi tambahan.
Tapi banyak makanan difortifikasi ini sebenarnya tak sehat bagi balita. Jadi, hindari bahan makanan fortifikasi seperti kedelai, beras, susu almond maupun minuman lainnya.
Jangan pernah menjadikannya sebagai menu sarapan utama anak. Sebagai gantinya, berikan ia susu sapi murni atau ASI jika ia masih berada di bawah 2 tahun.
Artikel terkait: Waspada 9 bahan tambahan pangan berbahaya dalam makanan anak-anak
8. Awasi balita Anda
Saat menghidangkan makanan, pastikan semua sudah dipotong kecil-kecil. Bila Parents menyajikan buah, potong-potong sehingga memudahkan anak makan.
Selalu awasi anak saat makan sehingga ia terhindar dari bahaya tersedak. Waktu makan adalah saat-saat yang tepat untuk melakukan bonding dengan anak.
Dengan mempraktekkan poin-poin di atas, anak akan memiliki perencanaan makan yang baik dan ia akan memiliki kebiasaan makan sehat. Selain itu, pola makan anak jadi teratur sehingga Bunda tak perlu khawatir lagi apakah kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
Baca juga:
Trik dan Resep Makanan Anak Balita yang Praktis dan Menyehatkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.