‘Meliburkan’ anak dari paparan gadget menjadi hal yang cukup sulit dilakukan di era modern seperti saat ini ya, Parents. Padahal penggunaan gadget yang berlebihan berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Kondisi ini berpotensi membuat anak malas beraktivitas fisik dan minim interaksi dengan lingkungan sekitar. Bila Parents sedang merasakan hal serupa maka bisa mencoba menerapkan organic parenting atau pola asuh organik di tengah keluarga.
Apa itu pola asuh organik?
Apa itu pola asuh organik?
Mendengar kata organik, makanan mungkin akan menjadi hal utama yang terbersit dalam benak Anda. Padahal organik lebih luas dari itu dan bisa diterapkan dalam konteks apa pun, termasuk pola asuh untuk anak.
Organik merupakan sebuah kata yang mewakilkan perkembangan atau alam. Dengan kata lain, pola asuh organik mengedepankan gaya mengasuh anak secara alami dan lebih dekat dengan alam.
Artikel terkait: Jangan keburu kesal Parents, ini 5 keuntungan memiliki anak yang gemar memilih makanan
“Jangan salah, pola asuh organik nggak selalu berkaitan dengan makanan. Dalam hal ini seluruh aspek tumbuh kembang diarahkan agar lebih natural. Seperti konsumsi, aktivitas, dan interaksi dengan anak agar tidak ragu dekat dengan alam,” ungkap Ayoe Soetomo, psikolog klinis saat ditemui dalam acara Media Briefing Organic Parenting Semakin Tinggi Minat di Plataran Hutan Kota, Jakarta Pusat pada Kamis (23/1).
Ayoe mengungkapkan pola asuh seperti ini berpengaruh positif karena anak sudah terbiasa menjalani pola hidup sehat. Bahkan, Ayoe menyarankan agar pengasuhan seperti ini dimulai sejak calon ibu masih mengandung sehingga nantinya anak sudah terbiasa.
“Pengaruhnya akan baik karena anak sudah terbiasa menjalani pola hidup sehat. Walaupun anak sedang tidak bersama orangtua, ia sudah tahu bahwa hidup yang sehat adalah bagian dari lifestyle keluarga,” jelasnya.
Bagaimana cara memulai pola asuh organik?
Cara memulai pola asuh organik, bagaimana ya?
Kendati masih terbilang asing di telinga, nyatanya organic parenting semakin tinggi minat. Ayoe mengakui, hal ini tidak bisa dicapai secara instan dan membutuhkan proses.
Apalagi, jika sejak awal orangtua tidak terlalu memerhatikan seperti apa gaya hidup sehat di tengah keluarga. Ayoe pun kemudian membagikan tips bagi Parents yang ingin mengadaptasi pola asuh satu ini.
1. Jadilah contoh yang baik
Tak bisa dipungkiri, orangtua adalah pintu gerbang utama anak mendapatkan nilai kehidupan tidak terkecuali hidup yang sehat.
“Misalnya, coba deh Bunda mulai lebih banyak mengonsumsi sayuran dibandingkan makanan manis bergula. Makanlah sayuran dengan semangat, nanti perlahan anak akan tertarik mencoba dan akhirnya menjadi kebiasaan,” tutur Ayoe.
Tunjukkan bahwa mengonsumsi makanan sehat adalah aktivitas yang menyenangkan, bukan paksaan. Bersabar dan melakukannya secara konsisten akan membuahkan hasil yang diharapkan.
2. Pola asuh organik: Mulai beradaptasi dengan pilihan sehat
Menjauhi makanan favorit tinggi gula memang tidak mudah, tetapi perlu diingat bahwa transisi diperlukan. Mulailah bertransformasi dengan meninggalkan hidangan siap saji ke menu yang lebih bernutrisi.
“Misalnya yang tadinya nasi putih, Parents bisa mulai mengalihkannya jadi nasi merah. Jangan langsung, coba kombinasikan dengan nasi putih dulu sebelum diganti sepenuhnya dengan produk nasi merah yang organik,” tutur Ayoe. Biarkan anak merasakan proses yang terjadi dalam keluarga agar ia perlahan terbiasa.
3. Beri penjelasan yang rasional
“Jangan makan ini, nggak sehat,” seolah menjadi kalimat penutup tanpa kompromi saat anak ingin makan sesuatu.
Pernahkah Parents melakukannya? Bukannya menurut, anak hanya bisa melongo dan tak menutup kemungkinan akan makan makanan yang tidak menyehatkan di lain waktu tanpa sepengetahuan orangtua. Oleh karena itu, menjadi tugas orangtua untuk memberi penjelasan yang sederhana dan masuk akal mengenai makanan yang tidak sehat.
“Misalnya makanan yang berwarna cerah kita udah tahu nih mengandung pewarna. Jelaskan sama anak pewarnanya apa saja, bahan kimia apa yang ada di dalamnya dan apa efeknya untuk tubuh kalau dikonsumsi berlebihan,” lanjut Ayoe.
Artikel terkait: “Anakku tidak harus selalu berbagi mainan dengan anak lain,” curahan hati seorang ibu
4. Adakan sesi belajar dengan cara yang menyenangkan
Mengemas cara belajar dengan cara menarik juga bisa menjadi pilihan, seperti membacakan buku ensiklopedia berwarna mengenai hidup sehat atau makanan sehat.
“Biarkan anak melihat dan menanyakan banyak hal. Sembari orangtua menjelaskan gambar yang ada di buku: ini lho manfaat wortel itu bisa menyehatkan mata,” tegas Ayoe.
5. Pola asuh organik bisa diterapkan dengan mengubah pola pikir
Tak kalah penting adalah ubah dahulu pola pikir Parents terkait pola hidup sehat, namun tetap fleksibel.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pola asuh organik adalah pengasuhan anak agar mereka menyelaraskan diri dengan lingkungan. Namun, tidak sedikit orangtua yang cenderung tidak mau ambil pusing dan khawatir jika anak bersinggungan dengan alam.
“Misal, orangtua tuh takut kalau anaknya main kotor-kotoran. Sebelum melarang, ada baiknya edukasi diri apa sih manfaat yang didapat anak dengan stimulasi di alam. Cari informasi yang mumpuni sehingga bisa menjadi pertimbangan bijak sebelum mengambil keputusan,” tegas Ayoe.
***
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Parents.
Baca juga :
"Mertua memberi makanan pemicu alergi, anakku menanggung akibatnya,"keluh seorang ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.