Ruba Bibi bersemangat sekali untuk menjadi seorang ibu, pada awalnya. Namun setelah kehilangan tiga anak dan enam kali keguguran sebagai hasil dari cacat karena perkawinan sedarah, kini ia ragu untuk melanjutkan lagi.
Tiga anak Ruba meninggal karena penyakit I-cell, dikenal juga dengan nama Mucolipidosis II. Penyakit ini berarti anak-anak memiliki risiko meninggal saat masih bayi 1:4 dan tidak bisa disembuhkan.
Salah satu saran kepada Ruba dan suaminya, Saqib Mehmood, adalah untuk bercerai dan menikah dengan orang lain. Alasannya adalah karena mereka sepupu. Mereka berdua membawa penyakit I-cell resesif dan memiliki anak bersama ternyata berisiko tinggi memiliki kondisi I-cell.
Perkawinan sedarah menyebabkan kematian tiga anak
Ruba masih berumu 17 dan suaminya, Saqib, berumur 27 ketika mereka menikah. Tiga bulan setelah resepsi pernikahan, Ruba hamil.
Anak pertamanya yang diberi nama Hassam lahir pada tahun 2007 dan awalnya Ruba mengira ia anak yang normal. Sampai kemudian ketika dokter melihat pinggul anaknya yang kaku yang mengindikasikan masalah yang lebih serius.
Setelah melalui berbagai tes, ditemukan bahwa Hassam memiliki kondisi langka di mana ia tidak mengalami tumbuh kembang yang normal. Ruba menyadari perbedaan antara perkembangan dan fisik anaknya dengan anak-anak lain seusianya.
Hassam tumbuh dengan lambat dan bolak-balik rumah sakit karena infeksi di dadanya. Hal yang paling terlihat dari fisiknya adalah kepalanya yang tumbuh tidak proporsional. Hassam meninggal pada tahun 2012.
Anak kedua mereka, Alishbah, lahir pada tahun 2010 dengan kelainan genetis serupa. Pada tahun 2013, ia juga meninggal pada umur 3 tahun.
Perkawinan sedarah: Membuat keputusan sulit
Ruba berkonsultasi pada seorang pemuka agama Islam, Mufti Zubair Butt, di Leeds Teaching Hospital, apakah skrining kehamilan dan aborsi jika terkonfirmasi adanya I-cell dapat diterima menurut ajaran agamanya.
Pemuka agama tersebut mengatakan meskipun hal tersebut diperbolehkan, ia perlu memikirkannya baik-baik sebelum melakukannya.
“Jika Anda memiliki kondisi di mana si anak akan meninggal, atau memiliki penyakit fatal, alasan tersebut cukup kuat untuk mengaborsinya sebelum nyawa memasuki badannya, begitu menurut ajaran Nabi,” ujar Mufti.
Meskipun begitu, ia mengingatkan pada Ruba untuk memikirkan pendapat masyarakat lain mengenai keputusannya. Dan ia akan menghabiskan seumur hidup menanggung keputusannya itu.
Pada akhirnya, Ruba hamil anak ketiga, Inara, pada tahun 2015 dan tidak melakukan skrining kehamilan untuk mengecek kelainan I-cell. “Saya ingin memperlakukannya sebagai kehamilan yang normal. Saya tidak ingin dilema apakah harus mengaborsinya atau tidak, saya hanya ingin menikmati kehamilan ini,” Ruba menjelaskan.
Sayangnya, Inara juga lahir dengan kelainan I-cell. Ia meninggal pada tahun 2017.
Perkawinan sedarah: Haruskah diakhiri?
Ruba akhirnya menerima bahwa memang ada hubungan antara kelainan genetis anak-anaknya dengan perkawinan sedarah dengan suaminya. Namun, Saqib tidak setuju dengan Ruba dan tetap memiliki keyakinan bahwa Allah akan mengaruniai mereka anak-anak yang sehat.
Keluarga Ruba meyakinkannya untuk berpisah dengan Saqib dan menikah dengan orang lain untuk mendapatkan anak-anak yang sehat.
Namun Ruba dan Saqib menolak ide tersebut. Setelah menikah 10 tahun, ia merasa tidak akan mendapatkan pernikahan bahagia dengan orang lain, meskipun bersama orang lain ia bisa mendapatkan anak yang sehat.
Lalu bagaimana sekarang?
Ruba ingin mencoba IVF, di mana dokter bisa menyeleksi embrio yang bebas dari kelainan I-cell dan memilih embrio sehat untuk ditempatkan di rahim Ruba. Namun, daftar tunggunya sangat panjang dan Ruba mengatakan, “jika Anda menunggu sesuatu untuk waktu yang sangat lama, Anda tergoda untuk melakukannya secara natural.”
Bagaimana Ruba bisa mengatasi kehilangan 3 anak dan 6 kali keguguran dalam jangka waktu 10 tahun memang tidak bisa dimengerti. Ia mengatakan semua berkat dukungan orangtuanya dan agamanya yang membuatnya bertahan sampai sekarang.
3 Cara untuk menghindari cacat bawaan
Penelitian menunjukkan bahwa cacat bawaan karena perkawinan sedarah berisiko dua kali lipat dibanding pernikahan antara dua orang yang tidak memiliki hubungan saudara. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah cacat bawaan pada anak-anak.
1. Melakukan USG saat kehamilan
Tujuan USG adalah untuk mendeteksi sedini mungkin apakah janin dalam kandungan Bunda tumbuh dengan normal dan apakah ada kelainan. Jika terdeteksi ada kelainan genetis, misalnya Trisomi 13, Anda bisa berkonsultasi pada dokter solusi terbaik yang bisa dilakukan.
2. Perawatan fertilitas
Banyak pasangan yang ingin memiliki anak seringkali mempertimbangkan solusi alternatif. Perawatan fertilitas seperti In-Vitro Fertilization (IVF) bisa meningkatkan kemungkinan sukses kehamilan sampai 2 kali leapt, terutama untuk wanita di bawah umur 35 tahun. Dengan perawatan fertilitas ini, dokter bisa mengecek kemungkinan kelainan pada embrio.
3. Pola makan sehat
Ketika Bunda hamil, Anda makan untuk dua orang! Janin Anda mendapatkan nutrisinya dari apa yang Anda makan, jadi sangat penting untuk memberinya nutrisi yang tepat. Selain itu pola makan sehat bisa mencegah cacat bawaan.
Mengonsumsi makanan kaya folat pada 28 hari pertama kehamilan mengurangi risiko kelainan otak dan tulang belakang pada bayi. Makanan-makanan kaya DHA bagus untuk otak bayi. Tingkatkan asupan kalsium pada trimester ketiga, waktunya tulang sedang berkembang pesat. Tergantung kondisi kesehatan Anda, dokter Anda akan meresepkan obat atau suplemen.
Baca juga:
Kakak Nikahi Adik Kandung dan Punya 2 Anak tanpa Sadari Risiko Pernikahan Sedarah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.