"Cobaan saat Pandemi: Suami Menggangur, Hamil Anak Kedua, dan Ibu Meninggal karena Kanker"

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketika Parents masih bekerja dan memiliki anak pasti mengalami dilema apakah akan meninggalkan karir yang sudah dibangun lama atau masih bertahan dengan konsekuensi anak akan ditinggal bekerja. Perjuangan menjadi ibu setiap keluarga pasti berbeda-beda, semua tergantung kondisi masing-masing. Namun, ketika Parents memilih akan melepaskan karir pasti itu bukanlah hal yang mudah. 

Seperti cerita Bunda berikut ini yang akhirnya melepaskan karir yang sudah dijalaninya untuk menghidupi keluarga selama ini. Tertarik untuk mengetahui keputusan apa yang diambil akhirnya? Berikut cerita perjuangan menjadi Ibu dari Bunda MI Yambao Adesna.

Siapa tahu bisa menginspirasi Parents untuk mengambil keputusan, bekerja atau di rumah saja. Apapun pilihannya, Bunda tetap seorang Ibu.

Saya Sudah Lama Menjadi Wanita Karir

Sejak masih muda saya sudah mencari nafkah dengan menjadi wanita karir dan pelaut. Saya biasanya menghabiskan waktu delapan bulan berlayar lalu pulang kembali ke rumah. Tidak heran kalau saya sering bepergian kemana-mana dan setiap pulang selalu membawa souvenir bagi keluarga. 

Artikel Terkait : Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja, Sudahkah Anda jadi Wanita Bahagia?

Saya membiayai keluarga walau tidak rutin dan ini sangat membantu kehidupan mereka setiap bulannya. Karena keberadaan saya sangat dibutuhkan oleh keluarga, tidak heran kalau saya mendedikasikan perjalanan hidup untuk terus semangat mencari nafkah.

Saya Bertemu Dengan Suami Dan Semua Menjadi Berubah Total

Sumber : Foto Bunda Bunda MI Yambao Adesna

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lalu saya bertemu suami kemudian menikah dengannya. Tidak lama saya pun hamil dan akhirnya semua mulai berubah. Saya akhirnya keluar dari pekerjaan dan tinggal di rumah demi kehidupan baru dalam perut. Perjalanan yang sering saya banggakan pun berakhir sudah. Saya di rumah saja saat ini. 

Hasil uang yang sudah saya dapatkan selama ini kami gunakan demi bayi. Awalnya semua baik-baik saja dan saya menyukai kegiatan baru mengurus bayi. Suami yang berlayar pun tetap pulang walau beberapa bulan, tapi karena saya sudah pernah menjadi pelaut hal itu adalah perkara biasa. 

Setelah saya melahirkan, rencananya saya dan suami akan berlayar menjadi pelaut kembali bersama-sama. Namun, tiba-tiba pandemi datang dan saya hamil lagi. Mau tidak mau saya kembali fokus pada kehamilan seperti anak pertama dulu. Walau jujur, kami lebih butuh banyak pendapatan untuk membiayai keluarga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ibu Saya Terkena Sakit Kanker Stadium Tiga

Ternyata Ibu saya didiagnosa menderita kanker stadium 3. Jujur saya sangat kaget. Apalagi kebetulan saya dan suami tidak punya apa-apa. Saat pandemi, semua kegiatan pelaut mati total dan kami harus bisa mulai dari nol lagi. Tidak ada kontrak, tidak ada penghasilan apapun. Kami kebingungan. 

Artikel Terkait : Bisa Cegah Kanker! Ini Kandungan Gizi Brokoli yang Kaya Protein dan Antioksidan

Untunglah, pemerintah ada program untuk membantu pasien kanker. Selain itu saya dibantu juga oleh para kerabat dan keluarga lain yang mendukung kami untuk kebutuhan sehari. Jadi Ibu saya dapat kiriman popok, obat-obatan, tisu, dan semuanya.

Saya sangat sedih, padahal kalau saya masih menjadi wanita karir pasti bisa menolongnya. Ibu saya saat ini membutuhkan bantuan keuangan dan saya merasa sedih karena tidak punya apa-apa yang bisa diberikan bahkan satu sen pun. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beberapa bulan kemudian ibu saya meninggal dunia. Dan saya sangat sedih sekaligus sakit, mengapa saya tidak bisa memberikan yang terbaik pada Ibu yang sudah melahirkan saya. 

Perjuangan Menjadi Ibu Kembali,  Saya Melahirkan Anak Kedua

Saat ibu saya meninggal dunia, ternyata saya juga sudah waktunya untuk melahirkan anak yang kedua. Ini merupakan perjalanan sebagai Ibu yang paling menyakitkan bagi saya. Ibu kandung saya meninggal dan beliau tidak memiliki kesempatan untuk melihat anak saya langsung seperti yang dulu. Saya sangat tertekan saat itu dan merasakan kesedihan yang amat dalam.

Artikel Terkait : #CurhatBunda: “Pengalaman Baby Blues setelah melahirkan Anak Pertama”

Tapi saya tahu, saya tidak boleh depresi di depan kedua anak laki-laki saya. Saya harus berusaha kuat, apalagi saat itu sedang menyusui. Saya tidak ingin mereka menjadi terpengaruh dengan kesedihan yang saya alami. 

Semangat! Perjuangan Menjadi Ibu Harus Bisa Bangkit Kembali

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak adalah semangat saya untuk bisa kembali seperti dulu. Saya harus bangkit, walau saya tahu betapa berat hidup yang harus dijalani ke depannya. Waktu itu, tidak mudah melepaskan karir saya di tengah pandemi. Apalagi saat Ibu saya sedang sakit dan saya harus membiayai keluarga. Dan saya harus bisa menerimanya karena hidup harus berjalan. 

Kehidupan baru saya sebagai ibu rumah tangga dan ibu dua anak laki-laki yang lucu memberikan pengalaman baru yang sangat bermanfaat. Dan saya berusaha menikmati peran baru saya saat ini. 

Artikel Terkait : Tips Ibu Bekerja, Lakukan 13 Hal Ini untuk Menyeimbangkan Karier dan Keluarga

Sebenarnya saya sudah mencoba untuk mencari karir baru dengan melamar di beberapa tempat. Tapi begitu saya jalani, ternyata saya lebih memikirkan anak-anak saya. Padahal saya masih ingin menjadi pelaut yang berlayar, tapi ketika akan memulainya lagi anak-anak menjadi hal yang saya ragukan untuk bisa berpisah dengan mereka. 

Menghormati Ibu Bekerja Maupun Ibu yang di Rumah Saja

Karena pengalaman pribadi saya ini, saya akhirnya tahu bagaimana seorang ibu memutuskan untuk bekerja atau mengasuh anak di rumah. Saya yakin setiap ibu sebenarnya menginginkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang selalu berada di rumah saja. Namun ada banyak hal yang menjadi latar belakang yang mengharuskan seorang Ibu harus bekerja.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bunda, jangan meremehkan perjalanan menjadi Ibu apapun pilihannya. Mau menjadi seorang ibu yang berkarir bekerja di luar rumah atau di rumah saja itu adalah hal yang sama semua untuk keluarga tercinta. Walau penyebutan dan situasinya berbeda, tapi Bunda tetap seorang Ibu. Ibu anak-anak dan suami tercinta kita. Karena itu, sekarang saya berusaha untuk mencintai peran dan status ibu yang saya lakukan sekarang. Jangan meremehkan apapun peran ibu dalam keluarga. 

Bagaimanapun, saya adalah ibu. Dan saya mencintai saya menjadi status seorang Ibu. 

Perjuangan menjadi Ibu memang tidak mudah ya Parents. Seperti cerita Bunda MI Yambao Adesna tadi. Bunda tersebut berusaha melepaskan karir demi menjaga anak-anaknya. Dan ketika Ibunya sakit, dia terus menjaganya dengan tetap merawat anak-anaknya. Hal ini memang tidak gampang, termasuk melepas karir yang sudah lama dia bangun.

Namun, hidup harus terus berjalan. Semangat perjuangan menjadi Ibu masih sangat panjang untuk menemani anak-anak. Dan Parents semua pasti bisa melakukannya demi anak-anak tercinta. Apapun pilihannya menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga, semua tetaplah seorang ibu yang harus dihormati keputusannya. Dan yang paling penting, jadilah ibu yang bahagia. Semangat ya Parents!

Bunda memiliki cerita yang sama atau punya kisah menarik lainnya mengenai kehidupan keluarga, kehamilan, atau seputar Parenting lainnya? Yuk share cerita Bunda di aplikasi TheAsianparent.

Artikel ini diterjemahkan dari tulisan MI Yambao Adesna TheAsianParent Filipina.

Baca Juga :