Maasyaa Allah tabaarokallaah. Ini kisah perjuangan kehamilanku, Ummah dan Bilal, disertai semangat dari Abba yang luar biasa.
Kisah Perjuangan Kehamilanku dan Berbagai Tantangannya
9 Oktober 2019
Ummah tespek dan hasilnya garis dua dengan perjuangan yang luar biasa setelahnya. Sini duduk, siapkan kopi atau teh hangat untuk baca sepenggal kisah Ummah dalam perjuangan kehamilanku pertama kali.
Pas tahu kalau hamil gimana rasanya? Seneng? Bahagia? Jingkrak jingkrak? Atau biasa aja?
Jujur, rasanya biasa aja. Tapi tetap bersyukur Allah kasih amanah yang luar biasa. Kenapa kok biasa aja?
Karena, saat itu punya planning mau mendaki sebelum hamil. Qoddarullaah hamil lebih cepat sebelum jadi mendaki. Jadi sempat yaaa, gagal deh mendaki.
Tapi pas masuk usia kandungan 9 minggu, ummah USG, untuk memastikan kondisi janin berkembang dengan baik. Alhamdulillaah, ini pertama kalinya Ummah bahagia merasakan hamil.
Sebab apa? Sebab ada detak jantung yang terdengar indah dari dalam perut, keluar terdengar lewat alat ultrasonografi. Melihat layar, dengan bentuk yang belum sempurna, sungguh Ummah bahagia dan tak henti mengucap syukur atas rizki dari-Nya
Dari waktu ke waktu, masih tetap menikmati apa yang dirasa. Ibu hamil pasti merasakan setiap sensasi yang berbeda, karena perubahan hormon yang berbeda pula. Bagaimana dengan Ummah?
Ummah lebih sensitif, mood swing parah, dan kondisi tubuh yang gak kuat capek. Bahkan, untuk masak dan mencium minyak goreng panas pun Ummah tak sanggup. Mencium detergen, sabun cuci piring, serta pewangi lantai pun ummah sudah mual dan menyerah untuk tidak mengerjakan sedikit pun kerjaan rumah.
Artikel Terkait: Gejala PMS atau Tanda Kehamilan? Ini 8 Cara Membedakannya, Bun!
Suami Begitu Siap Siaga sehingga Perjuangan Kehamilanku Terasa Lebih Mudah
Jadi siapa yang mengerjakan? Ummah cukup tenang, karena ada superhero yang membantu, siap, dan sigap. Abu Bilal.
Jujur saja, hampir setengah umur hamil, kerjaan Ummah cuma nangkring di kasur, pemalas ya? Bisa disebut begitu, karena setiap merasa badan capek, Ummah bisa nangis tanpa sebab, hampir tiap malam ketika merasa tubuh lelah, Ummah nangis. Mood swing, bisa bercanda dan ketawa, lalu menangis. Yah begitulah kondisinya.
Kehamilan 9 bulan bukan waktu yang singkat. Ummah merasakan layaknya ibu hamil, ada susah makan, ada mual cium bau bauan, ada ada saja pokoknya yang dirasa.
Perut berasa begah, napas ngos-ngosan, lagi jalan tiba tiba oleng, kaki sakit setiap bangun tidur, sampai susah tidur saat saat menjelang persalinan.
Artikel Terkait: Simak! 11 Tanda Melahirkan Sudah Dekat yang Bakal Ibu Hamil Alami
Saat Hari Kelahiran Semakin Dekat…..
38 Minggu 4 Hari.
Ummah mulai keluar flek menandakan lahiran sudah semakin dekat, tapi tak kunjung ada kontraksi yang datang. Sedari awal hamil, Ummah berjuang untuk bisa lahir secara normal.
Senin malam, Ummah mulai rutin merasakan kontraksi, alami begitu saja. Tapi sungguh, semaleman Ummah tak bisa tidur, karena kontraksi yang sangat stabil.
Selasa pagi, jam 6 pagi Ummah pergi ke bidan, perjalanan sekitar 45 menit sekali jalan, sampai sana cek VT hanya bukaan satu, bukan ummah tak sabar, tapi mulas dari kontraksi rasanya nikmat sekali.
Di hari yang sama, sorenya Ummah kembali ke bidan, bukan untuk cek lagi, tapi untuk USG terakhir kali, kata dokter semuanya normal. Alhamdulillaah
Hari rabu, ba’da isya Ummah sengaja cek lagi, sudah positive thinking kalo bukaan pasti sudah nambah lebih banyak, qoddarullaah masih di bukaan dua.
Artikel Terkait: Mengasuh Anak Sambil Kuliah, Bahagia dan Bersyukur Saya Bisa Melakukannya
Malam makin tak bisa tidur, lagi-lagi karena merasakan kontraksi yang begitu nikmat. Tengah malam, Ummah makin sakit dan tak kuat berdiri. Katanya, kalau sampai sudah tidak kuat jalan, itu tandanya sudah mendekati lahir.
Kamis pagi, cek lagi dan qoddarullaah masih di bukaan 3. Sudah berjalan sekian hari menikmati mulesnya kontraksi, tapi Bilal tak kunjung lahir.
Kamis malam, ba’da isya ketuban mulai rembes, gak pecah hanya saja keluar sedikit-sedikit. Karena sedari pagi sudah disuruh stay untuk terus dievaluasi.
Lagi-lagi qoddarullaah dengan kondisi pandemi seperti ini, harus merasakan kontraksi seorang diri tanpa didampingi suami, tengah malam harus nangis karena menahan sakit dan gak bisa tidur.
Izin pulang pun tak boleh, karena jam 2 malam dicek bukaan sudah naik, Alhamdulillaah sudah masuk bukaan 6.
Jumat pagi. Jam 8 masih dengan bukaan yang sama. Bukaan 6, ketuban rembes, kepala bayi masih tinggi.
Jam 10 pagi dibawa ke RSIA, dengan rujukan bidan dan syaratnya harus rapid tes. Baik, pikiran sudah mulai kacau dan pasrah saja akan seperti apa nantinya.
Dokter Memutuskan untuk Caesar
Jumat siang sampai di IGD dan tanpa kompromi dokter jaga langsung memutuskan caesar, sedang Ummah dan Abba masih mau berjuang untuk normal. Dari senin sampai jumat, Ummah kontraksi, terus kenapa harus operasi juga ujungnya? Pikiran yang entah kenapa muncul.
Cek VT bukaan nambah udah 8 Alhamdulillaah, Abba masih minta untuk bisa normal dengan bantuan induksi, karena tinggal 2 bukaan lagi.
Tapi, semua perlu dicek, rekam jantung bayi, Ummah harus pasang oksigen, kontraksi makin tak beraturan rasanya. Masih terus berdiskusi, keputusan final kami.
”Baik dok, sebelum telat, kami putuskan untuk operasi saja,”
Tak ada yang salah kan mau normal ataupun SC? Semua ibu punya cara berjuang masing masing dalam melahirkan dan setelahnya.
Itulah kisah perjuangan kehamilanku, Ummah dari Bilal. Yang merasakan sakit kontraksi namun akhirnya tetap memilih operasi. Semua demi keselamatan buah hatiku tercinta.
****
Artikel ini ditulis oleh Bunda Putri Azhary
Baca Juga :
Tanda-tanda melahirkan prematur yang harus diwaspadai Bumil!
Proses Melahirkan Normal, dari Pembukaan hingga Pengeluaran Plasenta