Hanya saja, para wisatawan perlu waspada jika ingin berlibur di pantai, peringatan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ) juga perlu diketahui akan bahayanya berlibur di pantai.
Dikutip dari @infobmkg mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi mulai 24-27 Desember 2018. Diprediksi, gelombang tinggi dengan kecepatan angin sekitar 5-25 knot, serta tinggi gelombang 1,25-5 meter itu akan terjadi di perairan timur Lampung, Laut Jawa bagian barat, Laut Sulawesi, perairan utara Halmahera, hingga Papua.
Untuk itu, dalam peringatan BMKG para nelayan maupun awak kapal ferry, kapal kargo, dan kapal pesiar untuk memperhatikan risiko gelombang tinggi tersebut. BMKG juga menyarankan agar masyarakat yang tengah beraktivitas di sekitar area pesisir yang berpotensi diterpa gelombang tinggi agar waspada.
Bagi Anda yang berlibur ke pantai atau berencana melakukan perjalanan menggunakan transportasi laut atau tengah liburan di pantai lebih baik berhati-hati atau menunda mempertimbangkan kondisi cuaca dan peringatan gelombang tinggi dari BMKG ini.
Gelombang tinggi masih terjadi
Peringatan BMKG bahwa gelombang tinggi mulai 24 Desember 2018 hingga 27 Desember 2018. Diprediksi, gelombang tinggi tersebut akan terjadi di perairan timur Lampung, Laut Jawa bagian barat, Laut Sulawesi, perairan utara Halmahera, hingga Papua.
Gelombang tersebut disebabkan oleh kecepatan angin yang tinggi, yaitu sekitar 5-25 knot. Tinggi gelombang yang diprediksi akan melanda adalah sekitar 1,25 – 2,5 meter dan 2,5 hingga 4 meter.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika tsunami terjadi saat kita sedang berlibur
– Usahakan pergi ke tempat yang lebih tinggi dari permukaan dan sejauh mungkin dari lokasi. Jika kita bisa melihat gelombang tsunami artinya jarak kita sudah terlalu dekat dan sangat tidak aman.
– Jika berada di dalam mobil dan dekat dengan pantai, keluarlah dan lari ke tempat tinggi. Berada di dalam mobil tidak aman karena pintu mobil susah dibuka akibat tekanan air yang besar. Air juga bisa masuk ke dalam mobil dan membuat kita tenggelam.
– Jika berada di atas kapal, menghadaplah ke arah gelombang dan mengarah ke laut. Sebab ketika kita berada di laut, tsunami akan lebih jinak. Gerakan ombak akan lebih cenderung horizontal. Bergerak ke kiri dan kanan namun tidak dominan vertikal. Gelombang akan lebih ganas ketika tiba di daratan. Artinya, berada di laut akan cenderung lebih aman. Kerusakan baru akan terjadi jika kapal menabrak permukaan pantai.
– Ketika tsunami berakhir, kita mungkin akan berada pada situasi porak poranda dan banjir. Jauhi infrastruktur yang rusak, terutama listrik karena akan berbahaya jika tergenang air.
– Koneksi telepon juga mungkin saja terganggu. Jadi, pastikan kamu hanya menggunakannya pada kondisi darurat. Jangan kembali ke zona bahaya kecuali pemerintah setempat sudah menyebutnya aman.
Antisipasi adalah kunci
Reaksi kita ketika terjadi bencana bisa jadi tidak maksimal. Oleh karena itu, persiapan atau antisipasi adalah kunci.
- Ketika hendak bepergian, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang daerah yang akan dikunjungi.
- Apakah daerah tersebut rawan bencana tertentu atau tidak. Jika iya, persiapkan segala hal yang akan membantumu jika bencana terjadi. Misalnya, ketahuilah rute evakuasi dan pahami gejala alam yang mungkin terjadi sebelum bencana tiba.
- Ketika bepergian bersama keluarga, buatlah kesepakatan titik bertemu jika kita dan anggota keluargamu terpencar. Ketika tsunami diawali dengan gempa bumi, pahamilah kemungkinan adanya gempa susulan. Gempa susulan tersebut bisa lebih lemah maupun kuat.
- Idealnya, siapkan kantong peralatan yang berisi obat-obatan, pencahayaan atau korek api, baterao cadangan, selimut atau kantong tidur, tisu, masker wajah, hingga air minum.
- Cara ini bisa membantu kita untuk menyelamatkan diri jika bencana terjadi dan sudah dilakukan oleh banyak pihak dalam skala global.
Sumber : Kumparan, Kompas
Baca juga :
Musim liburan datang, simak tips agar liburan tidak mengganggu jam tidur anak
Kalendar libur 2019, cek tanggal merah dan rencanakan liburan keluarga yuk, Bun!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.