Bila Cinta Berlalu, Haruskah Perceraian Terjadi?
Kata “perceraian” pastilah tabu untuk diucapkan oleh setiap pasangan yang baru saja menikah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kesibukan yang menggunung, ternyata perasaan cinta dan pandangan pun mulai tak sejalan. Tanpa disadari, muncul pertanyaan, akankah perceraian menjadi jalan terbaik untuk kebahagian masing-masing?
Penyebab hilangnya rasa cinta yang dapat memicu perceraian
Mencintai dan dicintai memang sudah menjadi fitrah manusia. Dan memang rasa cinta pula yang menjadi salah satu perekat dalam kehidupan berumah tangga.
Sayangnya, cinta membutuhkan dua hati untuk tetap dapat bersemi dan terus bertahan. Dan bukanlah hal yang mudah ketika mengetahui pasangan ternyata sudah tidak melabuhkan cintanya di hati kita. Perceraian mudah terjadi karenanya.
Baca juga : Beberapa Alasan Suami Selingkuh
Penyebabnya berkurangnya perasaan bahkan perceraian bisa jadi bermacam-macam. Namun dapat digolongkan dalam dua hal besar, yaitu:
1. Perceraian dapat terjadi ketika salah satu pasangan menemukan tujuan atau keinginan baru
Saat seseorang menemukan hal baru atau malah mencapai mimpi lama yang terpendam, fokusnya akan berubah. Ia akan menghabiskan seluruh perhatian dan waktunya pada hal baru yang ia capai.
Misalkan jika biasanya seusai bekerja berbincang bersama, dikarenakan ada keinginan baru dalam karir, maka kebiasaan itu pun mulai menghilang. Awalnya semua masih dapat selaras, namun dengan dalih kesibukan, perlahan perhatian kepada pasangan mulai berkurang.
Dulu memberikan perhatian adalah sebagai usaha untuk merebut dan memiliki pasangan, hingga segala cara pun diusahakan. “Tapi ketika kemudian pernikahan terjadi, maka tantangan itu pun telah usai. Hadiah sudah di tangan, mau apa lagi?” begitu alasan yang sering terdengar bila seseorang ditanya mengapa perhatian mulai berkurang.
Sayangnya, hal ini juga merasuki pada hubungan seksual. Padahal sesungguhnya, wanita butuh suasana romantis untuk dapat menikmati seksualitas, dan pria butuh seks utuk dapat menjadi romantis.
Baca juga: Alasan Suami tak Bergairah
Dalih “Anak-anak membutuhkan saya”, “Sekarang sudah tidak ada lagi uang untuk sekedar jalan-jalan”, “Dia sudah tahu betapa saya mencintainya, jadi untuk apa menjaga keromantisan. Tahu sama tahu sajalah,” kadang terlontar di benak kita.
Kita lupa untuk selalu memprioritaskan cinta sebab terlalu percaya bahwa pasangan kita akan selalu setia dan tetap sama seperti dulu. Hingga akhirnya pasangan pria akan kehilangan keromantisannya, sementara wanita akan kehilangan seksualitasnya.
Wajar jika kemudian muncul perasaan seolah tinggal serumah dengan orang asing. Dan kemudian kata “perceraian” terlihat sebagai alternatif menuju kebahagiaan.
2. Perbedaan keyakinan, nilai-nilai hidup dan harapan
Saat memasuki kehidupan berumah tangga, setiap orang membawa keyakinan, kepercayaan dan harapan tentang pernikahan juga tentang suami/istrinya . Dan itu akan terus terbawa meski mereka telah hidup bersama dalam kurun waktu yang lama.
Pengaruh keluarga masing-masing biasanya memiliki andil besar dalam menentukan nilai dan harapan yang masing-masing pasangan pegang. Misalkan si Istri yang datang dari keluarga terbuka, tidak akan canggung untuk mengungkapkan perasaan.
Sementara suami yang dibesarkan di keluarga introvert, mungkin akan merasa jengah jika harus mengirimkan bunga atau menggandeng tangan di depan umum.
Di awal pernikahan mungkin si Istri mencoba menahan dengan harapan suami akan berubah, namun ternyata harapan tersebut hanya tinggal harapan saja. Tak ayal perasaan “Kok dia ga bisa ngertiin aku, si?”
Perbedaan yang sangat jauh dari ketiga hal di atas sangatlah berbahaya, si Istri bisa jadi merasa tidak dicintai sehinga kehilangan seksualitasnya untuk menyenangkan dan menarik di mata suaminya.
Sebagian dari Anda mungkin kemudian bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi setelah pernikahan? Mengapa tidak muncul sebelum pernikahan terjadi?
Alasannya sebetulnya simpel, karena harapan, nilai, dan keyakinan yang Anda pegang tidak pernah Anda tanyakan kepada calon pasangan Anda. Anda terlalu percaya bahwa memang kehidupan pernikahan ya, harus demikian adanya. Anda tidak sadar bahwa pasangan Anda bisa jadi punya pandangan yang berbeda.
Jadi, perceraian adalah jalan terbaik untuk memulai hidup baru?
Tidak ada yang bisa memastikan bahwa Anda tidak akan mengalami hal yang sama dengan pernikahan baru Anda.
Memperbaiki apa yang telah menjadi komitmen Anda berdua akan lebih baik, terlebih bila ada satu dua orang anak di tengah Anda berdua.
Anda pastilah sudah paham dampak perceraian pada anak
Anda yang menyadari adanya masalah dalam pernikahan haruslah menjadi pihak pertama yang mengambil langkah perbaikan. Ya, memang dibutuhkan keikhlasan dan keberanian yang besar dalam hati Anda.
Keberanian untuk introspeksi dan komunikasi
Keengganan kita untuk bicara biasanya lebih karena kita tidak berani menanggung resiko yang mungkin timbul setelah pembicaraan tersebut.
Namun, sadari bahwa pasangan Anda bukan seorang dengan kekuatan Tuhan yang mampu membaca hati dan pikiran Anda. Jangan mengeluh tentang apa yang biasa pasangan lakukan atau tidak lakukan. Ingat kembali apa yang biasanya menjadi perekat Anda berdua dulu.
Kita semua sesungguhnya memiliki dua sisi pandang untuk memandang kejadian di dunia. Saat Anda memandang pasangan dengan marah dan frustasi, maka apapun yang pasangan lakukan akan salah.
Sebaliknya, jika Anda memandangnya dengan penuh penghargaan, rasa cinta itu akan muncul dengan sendirinya. Jadi, sisi pandang mana yang akan Anda pakai sekarang?
Seperti pepatah, selalu banyak jalan ke Roma; maka akan selalu ada jalan untuk perbaikan cinta selain dengan kata “perceraian”.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Tips Menjaga Keutuhan Rumah Tangga
Alasan Mengapa Anda Harus Cerai
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.