Sering Disebut Sama, Ini 6 Perbedaan Down Syndrome dan Autisme

Kondisi anak berkebutuhan khusus berbeda, sayangnya banyak yang menyamaratakannya. Contohnya, down syndrome tidaklah sama dengan autis. Berikut adalah perbedaan di antara keduanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Masing-masing orang dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Anak berkebutuhan khusus atau sering disebut ABK juga ada di antara kita dengan tingkat kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Sayangnya, banyak yang menganggap bahwa kondisi seperti down syndrome dan autis adalah dua hal yang sama, padahal faktanya ada banyak perbedaan down syndrome dan autis yang cukup signifikan.

Setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai Down Syndrome, serta mensejahterakan hak-hak para penderita down syndrome.

Banyak yang menyamaratakan berbagai kondisi keterbelakangan atau kebutuhan khusus seseorang. Padahal jika ditelusuri, kondisi-kondisi tersebut sebenarnya berbeda.

Artikel Terkait: Hamil di Atas 35 Tahun Tingkatkan Risiko Bayi Down Syndrome? Cek Faktanya di Sini!

6 Perbedaan Down Syndrome dan Autis

Perbedaan down syndrome dan autis yang penting untuk diketahui.

Sering dianggap sama, tetapi sebenarnya Down Syndrome dan autisme adalah dua hal yang berbeda. Meskipun begitu, seseorang bisa saja mengalami Down Syndrome dan autisme secara bersamaan.

Ada beberapa perbedaan yang mencolok di antara keduanya jika diperhatikan dengan seksama. Berikut adalah penjelasannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Down Syndrome adalah Kondisi Kelainan Kromosom

Seorang anak akan mewarisi kedua gen dari orangtuanya. Gen-gen ini dibawa dalam kromosom. Ketika sel yang membentuk janin berkembang, seharusnya setiap sel menerima 23 pasang kromosom dengan total 46 kromosom yang separuhnya berasal dari ibu dan separuh lagi dari ayah.

Jika salah satu kromosom tidak terpisah dengan baik, maka seorang anak akan dilahirkan dengan salinan tambahan dari kromosom ke-21 mereka. Kondisi ini disebut dengan down syndrome dan menyebabkan keterlambatan dan kecacatan perkembangan fisik dan mental.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ada 3 tipe down syndrome yang berbeda, yaitu:

  • Trisomy 21, adanya salinan ekstra kromosom 21 di setiap sel.
  • Mosaikisme, ketika seorang anak lahir dengan kromosom ekstra di beberapa tapi tidak di semua sel nya.
  • Translokasi, hanya memiliki bagian ekstra dari kromosom 21. Totalnya ada 46 kromosom namun salah satunya memiliki tambahan potongan kromosom 21.

Down syndrome juga pada umumnya membawa beberapa komplikasi kesehatan seperti kelainan jantung kongenital, kemampuan pendengaran dan penglihatan yang rendah, leukemia, hipotiroid, dan lain-lainnya. Mereka pun rentan terhadap berbagai macam infeksi.

2. Autisme adalah Gangguan Perkembangan Saraf

Mengutip dari Healthline, gangguan spektrum autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gangguan perkembangan saraf. Gangguan ini ditandai dengan masalah komunikasi dan interaksi sosial.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab dari autisme hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Namun faktor seperti genetik dan lingkungan seperti paparan zat kimia berbahaya, asap rokok, obat-obatan ketika ibu sedang hamil dan lain sebagainya dapat berpengaruh.

Ada beberapa jenis spektrum autism dengan penentu yang berbeda, misalnya mereka yang dengan atau tanpa gangguan intelektual, gangguan bahasa, perkembangan saraf, dan kondisi medis atau lainnya.

Artikel Terkait: Kisah Sukses Orang-Orang Down Syndrome yang Menjalankan Bisnis Mereka Sendiri

3. Perbedaan Diagnosis Down Syndrome dan Autis

Jika mereka yang mengidap down syndrome dapat didiagnosis sejak bayi atau baru lahir karena penampilan fisiknya yang khas, gejala autisme biasanya dapat dilihat pada masa kanak-kanak di antara usia 12 hingga 24 bulan. Namun gejala tersebut bisa saja muncul lebih awal atau lebih lambat.

Skrining untuk down syndrome dapat dilakukan sejak bayi masih di dalam kandungan. Evaluasi ultrasound, tes darah, tes amniosentesis, dan pengambilan sampel darah pusar dapat dilakukan untuk memeriksa adanya kelainan atau kecacatan kromosom.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sedangkan untuk mengidentifikasi anak yang berisiko mengalami spektrum autism dapat melalui evaluasi perilaku, skrining terapi okupasi, dan kuisioner perkembangan dari psikolog anak atau terapis.

4. Perbedaan Down Syndrome dan Autis dari Penampilan Fisik

Mereka yang mengidap down syndrome memiliki ciri fisik dan intelektual yang khas. Pada umumnya, pengidap down syndrome memiliki ciri fisik sebagai berikut:

  • Wajah yang datar
  • Telinga yang lebih kecil
  • Bagian belakang kepala yang datar
  • Mata yang miring ke atas
  • Lidah yang menonjol
  • Tangan lebar dengan satu lipatan di telapak tangan
  • Perawakan yang kecil

Sedangkan autisme yang merupakan gangguan perilaku biasanya tidak memiliki ciri fisik yang khusus. Namun menurut penelitian di University of Missouri, ada beberapa perbedaan bentuk wajah pada penyandang autis, yaitu:

  • Memiliki jarak yang lebih lebar antara kedua mata
  • Bagian tengah wajah, terutama di daerah pipi dan hidung, lebih sempit
  • Bibir dan philtrum (daerah antara hidung dan bibir) yang lebih lebar

5. Karakter dan Kepribadian

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Down syndrome menyebabkan anak mengalami keterlambatan perkembangan mental dan sosial, sehingga mengakibatkan anak memiliki ciri-ciri karakteristik seperti perilaku impulsif, kemampuan penilaian yang buruk, kemampuan belajar yang lamban, dan rentang perhatian yang pendek (short attention span).

Sementara penyandang autisme umumnya mengalami masalah komunikasi seperti sulit berinteraksi dengan orang lain, tak bisa berbagi emosi, kesulitan mempertahankan kontak mata, dan susah mengembangkan atau memelihara hubungan.

Salah satu ciri khas autisme adalah melakukan gerakan atau pola bicara yang berulang-ulang, reaksi negatif terhadap suara tertentu karena kepekaan terhadap informasi sensorik tertentu, dan minat yang terlalu terpaku.

Anak autis bisa saja mengalami kesulitan untuk tidur, gangguan kecemasan, masalah pencernaan, dan makan makanan yang tidak wajar (benda asing yang bukan makanan) secara kompulsif. Mereka akan sulit untuk berkembang dengan baik tanpa lingkungan yang terstruktur atau rutinitas yang konsisten.

Artikel Terkait: Cegah Hamil Anak Down Syndrome, Kenali Penyebab dan Cara Mendiagnosisnya

6. Terapi yang Diberikan

Dua kondisi ini memang bukanlah penyakit yang ada obatnya. Namun ada beberapa cara atau terapi yang dapat diberikan guna mendukung perkembangan baik mereka yang mengidap down syndrome atau autis.

Pengidap down syndrome dapat diberikan berbagai terapi seperti keterampilan sensorik, motorik, bahasa, kognitif, dan sosial, serta belajar cara membantu diri sendiri. Sekolah berperan penting dalam kehidupan anak down syndrome untuk membangun keterampilan hidup yang diperlukannya terlepas dari kemampuan intelektualnya yang rendah.

Sedangkan latihan tertentu dapat berperan dalam mengurangi frustasi dan meningkatkan kesejahteraan penyandang autis secara keseluruhan. Olahraga dan aktivitas fisik lainnya adalah kegiatan yang ideal bagi anak autis.

Aktivitas bermain sensorik juga sangat disarankan untuk orang dengan autisme yang mengalami kesulitan untuk memproses sinyal dari indera mereka.

Para ahli juga ada yang menyarankan pola makan tertentu untuk pengidap autis seperti menghindari zat aditif dalam makanan seperti pengawet, pewarna, dan pemanis buatan.

***
Meski mengalami disabilitas dan berbeda dengan anak yang tumbuh dan kembangnya sehat seperti umumnya, bukan berarti anak pengidap down syndrome dan penyandang autis tak bisa hidup normal seperti orang pada umumnya. Akan tetapi, melalui dukungan serta pola asuh yang tepat, keduanya bisa mandiri jika sudah dewasa kelak.

Itulah pembahasan mengenai perbedaan down syndrome dan autis yang perlu Parents ketahui. Jika Parents mencurigai ada yang tidak normal pada pertumbuhan dan perkembangan si kecil, baiknya segera berkonsultasi kepada profesional untuk mendapatkan intervensi sejak dini dan penanganan yang benar.

Baca Juga: