Saat merasakan adanya cairan yang keluar dari vagina, Bunda mungkin pernah bertanya-tanya: Apakah cairan tersebut air ketuban atau keputihan? Untuk dapat membedakan kedua hal tersebut, yuk, kenali perbedaan air ketuban dan keputihan saat hamil berikut ini!
Artikel Terkait: Keputihan Saat Hamil, Manakah yang Normal dan Berbahaya?
Apa Saja Perbedaan Air Ketuban dan Keputihan Saat Hamil?
Air ketuban dan keputihan pada umumnya memiliki karakter yang sama, yakni berwarna bening dan tidak berbau.
Namun, menurut dr. Pratiwi R.A Natsir dari laman Alodokter, ada beberapa tanda perbedaan air ketuban dan keputihan saat hamil.
Bila cairan yang keluar dari vagina adalah air ketuban, maka tanda-tanda yang akan terjadi adalah:
- Air menetes sedikit demi sedikit atau langsung banyak
- Air mengalir kecil ke area paha dan terasa hangat.
- Celana dalam yang tiba-tiba basah.
- Ada perasaan seperti letupan dan basah di pakaian dalam ataupun celana.
- Saat keluar, rasanya seperti darah menstruasi yang mengalir di area vagina.
- Rasa mulas atau tidak merasakan apa-apa sama sekali.
Tanda-tanda ini akan berbeda ketika cairan yang keluar dari vagina adalah keputihan.
Selain berwarna bening, beberapa keputihan bisa berwarna putih, memiliki lendir, dan berbau ringan.
Keputihan juga memiliki tanda yang khas berupa noda kekuningan ketika mengering di atas pakaian dalam.
Beberapa tanda inilah yang bisa membedakan air ketuban dan keputihan saat hamil.
Artikel terkait: Kenali 6 Jenis Keputihan Saat Hamil, Mana yang Berbahaya?
Apa Saja Fungsi Air Ketuban Saat Hamil?
Supaya makin paham perbedaannya, Bunda juga bisa mencari tahu fungsi air ketuban dan keputihan.
Untuk air ketuban atau amnion, ini adalah cairan yang berguna untuk melindungi janin di dalam rahim.
Cairan ini juga berguna untuk menjaga suhu di sekeliling janin tetap hangat dan stabil, Bun.
Umumnya, volume air ketuban yang normal sekitar 60 mL di usia 12 minggu kehamilan, 175 mL di usia 16 minggu kehamilan, dan 400-1200 mL di usia 34-38 minggu kehamilan.
Ketuban akan pecah dan keluar dari kantungnya bila persalinan semakin dekat.
Namun, tak jarang pula, kasus ketuban pecah dini atau KPD. Ini adalah kondisi ketika ketuban pecah sebelum hari perkiraan lahir atau HPL datang.
Ada dua jenis KPD yakni PPROM (Preterm premature rupture of membranes) yang terjadi jika ketuban pecah sebelum usia kandungan 37 minggu.
Serta PROM (Premature rupture of membranes) jika ketuban pecah setelah usia kandungan 37 minggu.
Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini akan merasakan keluar cairan dari vagina secara terus menerus tanpa henti.
Cairan ini berwarna bening dan tidak berbau. Keluarnya cairan ini biasanya disertai rasa mulas di perut.
Artikel Terkait: Waspada air ketuban pecah dini sebelum HPL, ini bahayanya!
Keputihan Saat Hamil
Sementara itu, keputihan adalah satu salah keluhan yang seringkali terjadi selama kehamilan.
Ada beberapa hal penyebab keputihan selama kehamilan. Misalnya, tekanan emosi, hormon, kekurangan nutrisi, dan efek obat-obatan.
Keputihan saat hamil dapat dikatakan aman apabila keputihan berbentuk lendir tipis, berwarna bening atau putih susu, dan berbau ringan.
Keputihan dikatakan berbahaya dan butuh penanganan medis bila berwarna hijau atau kekuningan, berbau kuat, gatal, dan meninggalkan rasa gatal.
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Untuk keselamatan ibu hamil dan janin, dr Pratiwi menegaskan agar memeriksakan kandungan ketika merasa adanya cairan yang keluar dari vagina.
Sebab, kondisi ini membutuhkan permeriksaan langsung oleh dokter kandungan atau bidan.
Selain itu, jangan memegang atau memasukan benda ke dalam vagina dalam kondisi ini untuk menghindari infeksi.
***
Demikianlah perbedaan cairan ketuban dan keputihan.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda!
Baca juga:
7 Tanda Air Ketuban Rembes Sebelum Waktu Bersalin, Apakah Berbahaya?
Bumil Wajib Waspada Sindrom Aspirasi Mekonium, Saat Air Ketuban Bercampur Feses Bayi
Kenali Tanda Keputihan saat Hamil yang Aman dan Tidak Aman Berikut ini