Mata minus adalah kondisi ketika penglihatan kita bisa melihat dengan jelas objek yang berada di dekat kita, tetapi menjadi blur ketika objek tersebut berada di lokasi yang agak jauh. Kondisi ini tergolong umum dan dapat menimpa siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Lalu, apa penyebab mata minus dan bagaimana cara pencegahannya? Ketahui selengkapnya berikut ini.
Penyebab Mata Minus
Mata minus atau sering disebut juga rabun jauh adalah kondisi yang sangat umum kita jumpai. Mereka yang menderita rabun jauh biasanya akan menggunakan kacamata atau lensa kontak agar penglihatannya menjadi lebih jelas. Ada pula yang melakukan operasi untuk mengembalikan penglihatannya.
Meski umum dijumpai, tetapi kondisi rabun jauh bisa berkembang secara bertahap dan menjadi lebih buruk apabila tidak ditangani dengan tepat. Oleh sebab itu, untuk memperoleh penanganan yang tepat, Parents perlu mengetahui apa yang menyebabkan kondisi ini.
Pada mata yang normal, cahaya yang ditangkap oleh mata akan jatuh tepat pada retina sehingga bisa melihat dengan jelas. Akan tetapi, pada orang yang menderita rabun jauh, sinar cahaya dapat membelok sehingga membuat letak objek jatuh di depan retina. Akibatnya, penglihatan pun menjadi buram.
Pembelokan cahaya ini bisa terjadi ketika bola mata Anda lebih panjang dari biasanya atau kornea Anda melengkung terlalu tajam. Jika kornea atau lensa mata Anda tidak melengkung secara merata dan mulus, maka sinar cahaya pun dapat tidak dibiaskan dengan benar sehingga pandangan menjadi kabur.
Artikel terkait: Pengalaman Melahirkan dengan Mata Minus, Bisa Persalinan Normal, Kok!
Gejala Mata Minus
Rabun jauh atau mata minus bisa dialami oleh anak-anak hingga orang dewasa. Gejalanya pun sering kali tidak disadari ketika pertama kali muncul. Adapun gejala mata minus yang umumnya sering dialami orang dewasa:
-
Sering mendekatkan objek yang ingin dilihat,
-
Sering memicingkan mata agar bisa fokus melihat pada jarak tertentu,
-
Mata mudah lelah,
Loading...You got lucky! We have no ad to show to you! -
Sering sakit kepala,
- Pandangan kabur jika mengendarai kendaraan di malam hari,
-
Sering mengedipkan mata atau menggosok mata,
-
Sering tidak sadar dengan keberadaan objek yang jauh.
Selain orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami mata minus. Kondisi mata minus pada anak bahkan bisa lebih rumit pendeteksiannya. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui gejalanya pada anak berikut ini:
-
Sering tidak menyadari keberadaan benda yang jauh,
-
Sering mengedipkan mata,
- Menonton televisi terlalu dekat,
-
Sering menggosok mata,
-
Sering menyipitkan mata saat melihat sesuatu.
Artikel terkait: 10 Rekomendasi Vitamin Mata untuk Penglihatan yang Sehat
Kapan Harus ke Dokter?
Mata minus pada umumnya tidak berbahaya dan dapat diatasi dengan penggunaan kacamata, lensa kontak, ataupun tindakan operasi. Walau demikian, terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan. Adapun kondisi tersebut adalah:
- Munculnya banyak bintik-bintik kecil secara tiba-tiba di dalam penglihatan Anda.
- Melihat kilatan cahaya di salah satu atau kedua mata.
- Melihat bayangan seperti tirai dalam penglihatan Anda.
Jika Parents atau si kecil mengalami salah satu dari ketiga gejala di atas, segera cari bantuan medis. Sebab, kondisi tersebut adalah pertanda ablasio retina. Ablasio retina adalah komplikasi rabun jauh yang sebetulnya jarang terjadi. Namun, kondisi tersebut tergolong keadaan darurat medis dan penanganan secara cepat sangat dibutuhkan.
Kalaupun Anda tidak mengalami gejala di atas, tetapi penglihatan Anda menjadi semakin tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas, segera hubungi dokter mata. Dokter mata akan membantu menentukan tingkat rabun jauh Anda dan memberi tahu pilihan terbaik untuk memperbaiki penglihatan Anda.
Artikel terkait: Parents Perlu Hati-Hati! Ini 9 Dampak jika Screen Time Anak Berlebihan
Setelah Tahu Penyebab dan Gejala Mata Minus, Apakah Kondisi Ini Dapat Disembuhkan?
Kondisi ini walau relatif tidak berbahaya, memang dapat menganggu kenyamanan. Oleh sebab itu, Parents mungkin pernah bertanya apakah kondisi ini dapat berangsur membaik seiring waktu.
Rabun jauh sering kali disebabkan oleh faktor genetik dan telah menunjukkan gejala sejak masih usia anak-anak. Pemakaian kacamata, lensa kontak, dan obat tetes mata seperti atropin, gel pirenzepin, atau siklopentolat dapat membantu memperlambat perkembangan gejalanya dan menekannya agar tidak semakin memburuk.
Selain itu, kondisi mata Anda biasanya berhenti berubah setelah masa remaja sehingga jika rabun jauh yang Anda alami telah bermula sejak masih kecil maka kondisi tersebut akan berlanjut di usia dewasa.
Nah, Parents, demikian informasi seputar penyebab mata minus, gejalanya, dan penanganannya. Penanganan yang tepat dalam hal ini berperan sangat besar dalam mencegah kondisi tersebut semakin memburuk. Segera berkonsultasi dengan dokter mata untuk penanganan yang cepat dan akurat.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Risiko rabun jauh pada anak makin meningkat, cegah dengan cara sederhana ini
Waspada rabun mata pada anak, kenali gejala dan pencegahannya di sini!
Makin Banyak Anak Pakai Kacamata atau Myopia Boom, Bagaimana Mencegahnya?