Ada berbagai penyebab janin meninggal dalam kandungan atau bayi lahir mati (stillbirth). Namun, secara lebih rinci, sebenarnya ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dan bisa menjadi kemungkinan menyebabkan kondisi ini
Lalu, apa sajakah 3 faktor tersebut?
Artikel terkait: Jangan salah! Keguguran dan stillbirth tidak sama, ini perbedaan dan cara mencegahnya
3 Faktor penyebab bayi meninggal dalam kandungan yang perlu diperhatikan
Bayi lahir mati (stillbirth) merupakan kondisi bayi meninggal di dalam kandungan saat kehamilan sudah mencapai usia di atas 28 minggu. Penyebab terjadinya kondisi stillbirth ini sebenarnya beragam dan cenderung kompleks.
Untuk mengetahui faktor penyebab tersebut, theAsianparent pun melakukan wawancara dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Kanadi Sumapraja, SpOG (K) dari Rumah Sakit Pondok Indah Pondok Indah.
Menurutnya, untuk mencari tahu atau memahami penyebab janin meninggal dalam kandungan, ada 3 kompartemen atau faktor yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor tersebut di antaranya adalah keadaan janin, plasenta, dan juga kondisi ibu.
“Sejatinya, kalau kita melihat kejadian kehamilan, maka kita perlu melihat hubungan ketiga faktor tersebut. Hal ini karena, bayi merupakan individu yang sangat bergantung pada eksistensi plasenta dan ibu. Maka, untuk mengetahui penyebab stillbirth, biasanya dokter melihat ketiga kompartemen tersebut,” ujar dokter Kandani.
Faktor penting yang perlu dipahami
-
Kondisi janin
Faktor pertama yang perlu diperhatikan adalah kondisi janin itu sendiri. Pasalnya, keadaan janin juga bisa menjadi penyebab atau menimbulkan kematian bagi si janin di dalam kandungan.
Menurut Kanadi, beberapa kondisi janin yang rentan menyebabkan stillbirth adalah adanya kelainan berat yang membuat ia tidak dapat bertahan di dalam kandungan.
“Kelainan berat tersebut bisa berhubungan dengan fungsi organ-organ tertentu yang sangat dibutuhkan oleh janin. Atau mungkin, adanya cacat bawaan yang sangat berat sehingga hal tersebut bisa menyebabkan janin itu meninggal dalam kandungan,” ungkap dokter yang juga seorang dosen tersebut.
-
Plasenta
Kedua, adalah faktor plasenta. Faktor yang satu ini juga penting untuk dipahami. Pasalnya, plasenta ini merupakan konektor atau penghubung antara ibu dan janin.
Sebagai individu yang masih dependent atau berketergantungan, maka bayi akan membutuhkan banyak hal dari ibunya yang diberikan melalui plasenta. Misalnya, kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi janin dalam kandungan.
Oleh karena itu, keadaan stillbirth ini sering kali dikaitkan dengan masalah plasenta yang tidak bekerja dengan baik. Saat plasenta ini mengalami masalah atau gangguan, maka perkembangan bayi pun akan terhambat.
Kanadi menjelaskan, “Apabila ada kelainan pada plasenta, misalnya plasenta tidak menempel dengan baik atau pun lepas sebelum waktunya, ini akan menyebabkan gangguan pengiriman bahan yang dibutuhan oleh janin. Nah, faktor ini pun berpotensi menyebabkan stillbirth.”
-
Kondisi kesehatan ibu
Faktor berikutnya yang menjadi sumber utama adalah kondisi ibu yang mengandung. Ketika ibu hamil mengalami kondisi yang membuat dia tidak bisa memberikan apa yang dibutuhkan janin, tentu hal ini akan berdampak pada kesehatan janin.
“Penyebab terjadinya stillbirth juga dilihat dari kondisi ibu saat hamil dan melahirkan. Misalnya, apakah ada peningkatan darah tinggi atau hipertensi yang berujung pada preeclampsia. Atau, adanya kelainan darah yang menyebabkan mudahnya terjadi pembekuan darah. Infeksi juga bisa terjadi pada kasus tertentu.”
Artikel terkait: Cegah stillbirth hingga stunting, ini alasan wajib melakukan pemeriksaan kehamilan!
Ketiga faktor di ataslah yang menjadi dasar dan penting untuk melihat penyebab stillbirth. Saat akan mencari tahu mengapa stillbirth bisa dialami, maka dokter biasanya akan melihat tiga faktor tersebut.
Tidak hanya itu, pada usia berapa stillbirth terjadi pun bisa sangat berpengaruh dan memberikan arti mengapa bayi bisa meninggal dalam kandungan.
“Timing dari stillbirth ini juga dapat memberikan arti. Saat plasenta semakin tua, maka fungsi plasenta akan semakin berkurang. Di satu sisi, semakin janin bertumbuh, ukurannya semakin besar sehingga kebutuhannya juga akan semakin meningkat. Artinya, kalau kita melihat konsepnya, kalau stillbirth terjadi di masa tua atau kehamilan besar, maka ini kemungkinan disebabkan oleh plasenta bermasalah,” jelas Kanadi.
Ia juga menjelaskan, “Stillbirth ini juga masih dalam kategori unexplained. Ada beberapa hal yang tidak dilakukan secara rutin oleh dokter, seperti pemeriksakan kromosom. Kami juga biasanya tidak rutin memeriksakan langsung plasenta dan tali pusat. Karena untuk melakukannya, harus melalui pemeriksaan makroskopik.”
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan
Seperti yang dijelaskan Kanadi, stillbirth sebenarya masih dalam kategori unexplained. Artinya, belum ada yang tahu apa penyebab pasti bayi bisa meninggal dalam kandungan.
Oleh karena itu, langkah pencegahan yang perlu dilakukan adalah menjaga kesehatan dari ketiga faktor kemungkinan penyebab; janin, plasenta, dan kondisi ibu.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stillbirth di antaranya:
- Sebelum merencanakan kehamilan, pastikan kondisi kesehatan Bunda stabil. Bila menderita diabetes atau hipertensi, ada baiknya untuk memastikan agar kondisi tersebut terkendali sebelum kehamilan.
- Jalani pola hidup sehat. Selalu konsumsi makanan bernutrisi dengan gizi seimbang agar kesehatan janin dan Bumil tetap terjaga.
- Hindari merorok, asap rokok, dan mengonsumsi minuman beralkohol. Pola hidup tidak sehat dan penyalahgunaan zat akan memengaruhi kesehatan plasenta, janin, serta ibu hamil.
- Perhatikan pergerakan bayi dalam kandungan yang bisa mulai dirasakan pada minggu 26 – 28 kehamilan.
- Rutin memeriksakan diri ke dokter.
Artikel terkait: 5 Infeksi kehamilan yang bisa sebabkan bayi lahir mati atau stillbirth, hati-hati!
Itulah tiga faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mengetahui kemungkinan penyebab janin meninggal dalam kandungan.
Agar kondisi ini dapat dicegah, maka tidak ada salahnya untuk selalu berkonsultasi ke dokter untuk memantau kondisi kehamilan. Sehingga apabila terjadi masalah, bisa dideteksi sejak dini dan segera melakukan upaya penanganan tepat sesuai kondisi kesehatan.
Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Cegah stillbirth, ini posisi tidur saat hamil tua yang aman untuk Bumil