Bun, adanya bisul berisi nanah atau abses payudara merupakan satu kondisi yang harus diwaspadai perempuan utamanya ibu menyusui. Merujuk pada literatur sains yang dipublikasikan baru-baru ini, penyakit abses payudara menyerang sebanyak 2-3% ibu menyusui dengan kondisi yang beragam.
Penyebab Penyakit Abses Payudara
Secara sederhana, abses merupakan komplikasi dari peradangan jaringan payudara atau mastitis yang tidak segera diobati. Hal ini disebabkan beberapa hal, namun infeksi menjadi dasar utama terjadinya kondisi ini.
Salah satunya adalah masuknya bakteri dari mulut bayi ke saluran susu melalui retakan di puting payudara, yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Streptococcal. Kendati lebih sering menyerang ibu menyusui, sebagian kecil pria nyatanya bisa mengalami abses pada payudaranya.
Berikut beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita abses payudara, antara lain:
- Memiliki tindikan di puting susu
- Ibu menyusui yang merokok
- Menderita diabetes
- Menderita HIV/AIDS
- Pernah menjalani operasi payudara dalam 2 bulan terakhir
- Riwayat infeksi payudara
- Lansia
Gejala Abses Payudara
Sebagai informasi, abses berbentuk seperti benjolan yang ada di bawah kulit yang apabila disentuh terasa lunak dan dapat digerakkan. Namun, benjolan ini tidak teraba bila pertumbuhannya sudah lebih dalam di payudara. Abses biasanya juga disertai bisul di area payudara.
Berbicara mengenai gejala, sinyal yang muncul pada penderita bisa berbeda tergantung tingkat keparahannya. Melansir Medical News Today, seseorang akan merasakan tanda berikut bila terserang abses payudara:
- Produksi ASI sedikit
- Payudara kemerahan, bengkak, dan sensasi hangat atau terbakar
- Muncul gumpalan yang tidak hilang setelah menyusui
- Keluar nanah dari area puting
- Demam selama lebih dari 3 hari
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Gejala seperti pilek dan flu
- Kelelahan
Dalam mendiagnosis abses, dokter biasanya terlebih dulu akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap payudara pasien. Setelah itu, dokter akan meminta pasien menjalani USG payudara (USG mammae). USG dilakukan untuk memeriksa kedalaman infeksi di payudara, serta memastikan apakah benjolan yang ada termasuk abses atau bahkan tumor.
Selain USG, dokter juga akan mengambil sampel ASI atau nanah menggunakan suntikan dan berikutnya diperiksakan ke laboratorium. Nantinya, dokter dapat mengetahui penyebab infeksi dan menentukan jenis pengobatan yang tepat.
Bagiaman Cara Mengatasi Abses Payudara?
Ya, abses pada payudara dapat diobati. Sebagai langkah awal, dokter akan memberikan antibiotik seperti cephalexin. Cephalexin dikonsumsi selama 10-14 hari dengan dosis 500 mg setiap 6 jam sekali. Kabar gembira, seorang ibu tetap dapat menyusui kendati tengah mengonsumsi obat jenis ini.
Sedangkan untuk ibu yang tidak sedang menyusui dan terserang abses, dokter akan memberikan variasi obat yaitu Clindamycin 300 mg yang diminum setiap 6 jam sekali dan Amoxicillin/clavulanate 500 mg yang diminum 3 kali sehari.
Selain melalui antibiotik, prosedur lain akan dilakukan dokter dalam mengatasi abses berkembang lebih parah yaitu:
- Mengeluarkan nanah dengan jarum suntik
- Mengalirkan nanah dengan bantuan kateter
- Melakukan tindakan khusus yaitu vacuum assisted biopsy
- Konsumsi paracetamol dan mengompres payudara dengan handuk yang telah direndam air hangat atau air dingin untuk mengusir nyeri yang ada
- Mengosongkan ASI setiap 2 jam dari payudara yang terinfeksi, dalam hal ini anak tidak diperbolehkan menyusui
Perlu diingat bahwa bukan berarti penyakit abses payudara tidak dapat dicegah. Beberapa langkah dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
- Rutin mencuci tangan sebelum menyusui untuk menghindari kemungkinan penyebaran bakteri
- Menyusui anak dengan posisi yang pas, serta memastikan puting dan areola melekat sempurna
- Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian dan tidak menggunakan posisi menyusui yang sama terus-menerus
- Jangan lupa menyusui secara rutin, hindari jeda yang lama saat menyusui
- Mengenakan bra yang ukurannya pas dan tidak ketat
- Tidak menggunakan krim dan obat oles pada puting susu
- Tidak menggunakan bantalan (breast pad) dalam jangka panjang
- Minum banyak air putih dan mengonsumsi makanan bergizi
Seorang perempuan juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sendiri (SADARI) setiap 7 hari setelah menstruasi untuk menemukan jika ada keanehan pada payudara. Pemeriksaan payudara secara klinis juga patut dilakukan mulai usia 20 tahun setiap 1-3 tahun.
Setelah usia 40 tahun, SADANIS (pemeriksaan payudara secara klinis) perlu dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam setahun. Tambah intensitas pemeriksaan bilamana ada riwayat penyakit kanker dalam keluarga.
Baca juga:
6 Langkah Pemeriksaan SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.