Menikah dan memiliki anak, sudahkah Parents memiliki rencana yang ingin dicapai dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang? Mulai dari memiliki rumah, dana pendidikan yang matang, atau mungkin memiliki keinginan untuk pensiun dini? Hal ini tentu saja bisa dicapai jika telah mengetahui pentingnya perencanaan keuangan.
Walaupun pengetahuan masyarakat Indonesia tentang produk keuangan konvensional sudah cukup tinggi, faktanya kesadaran terkait pentingnya perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Apa faktor penyebab dan bagaimana cara mengatasinya?
Perencanaan Keuangan di Indonesia Masih Rendah, Ini Penyebabnya!
Beberapa waktu lalu, saya mewakili theAsianparent Indonesia berkesempatan menghadiri acara keuangan, bertajuk Media Conference Peluncuran Studi GoBear Financial Health Index (FHI). Lewat event ini, saya kembali disadarkan pentingnya merencanakan keuangan.
GoBear sendiri merupakan supermarket keuangan terkemuka di Asia yang memiliki misi untuk mendorong masyarakat agar menyadari bahwa kesehatan keuangan merupakan hal krusial masa depan yang mapan.
Acara ini memaparkan sejumlah fakta yang membuat saya bahagia sekaligus sedih. Salah satunya data yang menyebutkan kalau orang Indonesia secara umum sudah merasa aman secara keuangan (meraih nilai 7,5 dari skala 1-10). Namun, hanya 37% yang memiliki tabungan yang dapat mencukupi pengeluaran lebih dari 6 bulan jika suatu hari nanti mereka kehilangan pekerjaan!
Lebih mencengangkan, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang belum memulai perencanaan keuangan sama sekali meskipun telah menginjak usia 35 tahun. Sementara di usia 41 tahun baru mulai sibuk menyiapkan perencanaan dana pensiun.
“Ini sebenarnya tidak terlepas dari faktor budaya. Riset yang kita lakukan dengan FHI menunjukkan kebanyakan orang Indonesia menganggap masih bisa mendapatkan dukungan materiil dari keluarga dan kerabat ketika suatu saat mereka kehilangan sumber penghasilan,” jelas Tris Rasika, Country Director GoBear Indonesia.
Hal ini terbukti dengan rincian 43% akan mendapat dukungan untuk kebutuhan kecil, 35% akan didukung saat tidak memiliki pekerjaan dan membutuhkan kebutuhan sedang dan besar dan sisanya akan disupport keuangan oleh keluarga besar jika membutuhkan sesuatu di lingkup yang ekstrim. Sementara itu, 14% masyarakat tidak mendapat dukungan dari keluarga jika kehilangan sumber pemasukan rutin.
Faktor lain yang juga memengaruhi yaitu masih minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia akan prosuk keuangan yang dinilai sulit dicerna. Hal ini membuat kebanyakan orang cenderung memilih sesuatu yang tradisional di saat ada pilihan lain yang sebenarnya lebih menguntungkan.
“Sebanyak 88% orang Indonesia itu lebih memilih menyimpan uangnya di Bank daripada mengalokasikannya untuk investasi. Investasi yang berwujud seperti properti dan emas masih diminati, dibandingkan reksa dana atau saham,” lanjut Tris.
Artikel terkait: Penting untuk disiapkan, ini 5 trik menyusun dana darurat yang ideal
Perencanaan Keuangan untuk Pensiun, Kapan Sebaiknya Dilakukan?
“Usia saya masih muda, masih lama juga tuanya. Ya sudahlah mikirin dana pensiun nanti saja juga bisa….”
Apakah pikiran seperti di atas sempat terbersit?
Jika Parents ingin menjalani masa pensiun dengan aman, nyaman dan bebas kesusahan bukan, menunda untuk melakukan investasi dana pensiun termasuk menyiapkan dana darurat tentu saja perlu segera dihilangkan.
Hal ini juga ditekankan Tejasari, selaku financial consultant yang saya temui usai acara. Ia menjelaskan dengan gamblang urgensi merencanakan keuangan dengan matang termasuk mempersiapkan dana pensiun.
“Sebaiknya memang kita sudah mengalokasikan dana pensiun sedini mungkin, jadi alokasi dananya masih bisa dirancang seminim mungkin. Semakin ditunda yang ada dananya semakin besar jadinya malas untuk menganggarkan dana pensiun,” ungkap Teja.
Tak bisa dipungkiri, generasi milenial masa kini mungkin belum terpikirkan dana pensiun. Terbukti, 45% orang Indonesia termotivasi menabung untuk pendidikan. Ada juga yang ingin bersenang-senang dan traveling ke destinasi impian dengan uang hasil jerih payah bekerja keras.
Kendati demikian, bukan berarti tidak melakukan perencanaan keuangan, bukan? Lantas, kapan ya timing ideal merencanakan dana pensiun?
“Usia 25-30 saat mulai bekerja itu paling pas. Maksimalnya 30 lah. Soalnya kalau udah menginjak usia 40 yang ada semakin berat karena waktu untuk investasi semakin pendek dan uangnya pasti sudah banyak terpakai untuk kebutuhan keluarga,” jelas Teja.
Oleh karena itu, ia pun menyarakan agar Parents mulai memikirkan seberapa banyak dana yang ingin dimiliki saat pensiun nanti.
Apakah Parents ingin menjalani masa pensiun layaknya gaya hidup saat ini atau malah lebih tinggi? Menetapkan usia pensiun juga bisa menjadi parameter untuk menentukan alokasi dana juga instrumen investasi yang tepat.
Artikel terkait: Ibu rumah tangga juga perlu investasi, ini 3 cara mudah yang bisa dilakukan!
“Misalnya ingin pensiun usia 55 tahun dan Anda mulai merancang dana pensiun di usia 30 tahun, berarti masih ada waktu 25 tahun untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Jangka panjang seperti ini idealnya memilih reksa dana saham atau saham agar keuntungannya maksimal. Semakin dini maka bisa merancang dengan anggaran yang lebih minim, berkisar 10% dari penghasilan yang masuk setiap bulan,” urai Teja.
Agar semakin semangat, tidak ada salahnya jika Parents mulai membahas hal ini dengan pasangan. Tentukan tujuan keuangan yang ingin dicapai, misalnya mempersiapkan dana pensiun.
“Bicarakan dengan pasangan apa sih hal yang ingin dilakukan saat pensiun nanti, terus juga biaya untuk kesehatan bagaimana. Gaya hidup ingin seperti apa. Ini akan membuat pembahasan keuangan nggak jadi hal yang tabu lagi, komunikasi semakin transparan,” tutup Teja.
Jadi, apakah Anda sudah mulai menyadari pentingnya perencanaan keuangan dan dana pensiun?
Baca juga :
Sandwich Generation, dilema Parents milenial, Andakah salah satunya?
Kakeibo, Cara Atur Keuangan Ala Jepang Ini Bikin Parents Tidak Boros
Ingin Mulai Investasi Reksadana? Ini Hal yang Perlu Dipahami Lebih Dulu