Kasus jenazah yang ditolak untuk dimakamkan karena terinfeksi Covid-19 semakin banyak terjadi di Indonesia. Alasan utama dari warga sekitar, penolakan jenazah korban corona ini tidak terlepas lantaran jika virus tersebut menyebar di lingkungan mereka.
Tak hanya itu, penolakan jenazah ini tentu saja bisa disebabkan dari kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai cara penyebaran virus tersebut. Sensitivitas masyarakat yang terlalu tinggi ini juga mengakibatkan munculnya stigma yang kurang baik akan jenazah korban Covid-19 tersebut.
Pemakaman jenazah korban Corona. Sumber: 5News
Saat ini, virus Corona memang sudah merenggut nyawa banyak orang. Wabah ini tidak memandang status ataupun profesi. Tidak hanya rakyat sipil, banyak sekali tokoh penting dunia yang sudah terinfeksi Covid-19.
Begitu pula para tenaga medis yang gugur setelah sehari-harinya terpapar virus dari pasien yang mereka rawat. Profesi yang mengharuskannya menjadi di garda depan merawat pasien-pasien Covid-19, menyebabkan rentan terinfeksi virus.
Termasuk Nuria Kurniasih, perawat RSUP dr. Kariadi Semarang yang akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Kamis, 9 April 2020 lalu.
Pemakaman jenazah perawat korban Corona ditolak warga sekitar
Cuplikan video saat penolakan pemakaman jenazah
Rencananya, Nuria akan dimakamkan di TPU Siwarak, Sewakul Semarang. TPU tersebut menjadi tempat di mana sanak keluarga Nuria dimakamkan.
Jenazah sudah siap dipindahkan ke pemakaman dengan menggunakan ambulans, namun sekitar 500 meter sebelum sampai ke pemakaman, muncul sekelompok orang yang menghalangi ambulans tersebut. Warga menolak jenazah Nuria untuk dimakamankan di Sewakul.
Jenazah Nuria pun dikembalikan ke RS Kariadi. Pihak RS kemudian menghubungi pemerintah kota Semarang agar Nuria bisa dikebumikan di TPU Bergota, Semarang. Akhirnya Nuria dimakamkan di komplek pemakaman rumah sakit tersebut.
Ada beberapa video yang beredar mengenai kasus penolakan jenazah tersebut. Pada video pertama, terlihat keluarga dari yang bersangkutan menangis karena jenazah tidak bisa dimakamkan di tempat tersebut.
Video lainnya yang diunggah akun instagram @lambe_turah menunjukkan suasana ambulans yang mengangkut jenazah meninggalkan Sewakul. Tampak juga beberapa polisi yang mengamankan jalan.
Sementara, pria yang merekam video tersebut justru berkata, “Alhamdulillah tidak jadi dimakamkan di Sewakul.”
Perisitiwa ini mendapatkan kecaman dari masyarakat setelah viral di media sosial. TPU Siwarak pun dipenuhi karangan bunga yang menyatakan duka atas penolakan jenazah Nuria.
Tetap bekerja meski sedang sakit
karangan bunga memenuhi TPU Sewakul. Sumber: Tribun News
Perawat berusia 38 tahun tersebut sudah menjalankan profesinya sejak tahun 2005. Di mata keluarga dan rekan sejawatnya, almarhum adalah perawat yang gigih dan bekerja seoptimal mungkin. Hal ini juga diungkapkan suaminya, Joko Wibowo melalui teleconference di acara Mata Najwa yang tayang pada hari Rabu, 15 April 2020.
“Dia (Nuria) dirawat di rumah sakit pun dalam kondisi dia masih bekerja. Saat itu kondisinya sebenarnya sudah panas. Tapi dia memaksakan diri untuk tetap bekerja,” ujar Joko.
Joko tidak tahu menahu bagaimana Nuria bisa tertular virus tersebut. Yang ia ketahui istrinya itu masuk di ruang rawat inap biasa pada tanggal 16 Maret. Keluhan yang dirasakan adalah demam dan pusing, namun setelah dirawat selama empat hari Nuria merasakan sesak dan kesulitan untuk bernapas.
“Dibawa ke isolasi UGD, kemudian diperiksa, di-swab, foto rontgen, dan diambil darah, Istri sudah mulai sesak napas, diberi oksigen. Malam itu juga ditempatkan di ruang isolasi,” ceritanya.
Selang satu hari Nuria dipindahkan ke ruang ICU. Joko tidak bisa menengok ataupun menemani istrinya karena harus masuk ruang isolasi. Joko mengaku kecewa karena ia sudah lama tidak bertemu istrinya dan masih harus berhadapan dengan penolakan jenazah yang dilakukan oleh warga.
“Saya rasanya perih. Sudah habis rasanya saat ini, Hanya satu keinginan supaya istri itu cepat mendapatkan tempat namun ada beberapa orang yang menolak, itu rasanya sungguh sakit sekali,” ungkap Joko sambil sesekali mengusap air matanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berharap tidak ada lagi penolakan jenazah korban Corona
Melalui akun Instagramnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunggah video untuk memohon agar tidak ada lagi penolakan jenazah tenaga medis korban Covid-19.
“Jangan tolak jenazah, Saya minta maaf… semoga almarhum/almarhumah husnul khotimah,” tulis Ganjar sebagai caption video tersebut.
Ia juga mengungkapkan bahwa pengurusan jenazah korban Covid-19 sudah melalui prosedur yang aman baik dari segi agama maupun medis. Jenazah juga sudah dibungkus dengan kantung plastik yang tidak tembus air hingga dimasukkan peti.
“Ketika jenazah sudah dikubur, secara otomatis virusnya akan mati karena inangnya juga mati. Saya tegaskan sekali lagi, kalau jenazah itu sudah dikubur virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar kemudian menjangkiti warga,” jelasnya dalam video berdurasi 2 menit tersebut.
Ganjar pun berharap kejadian di Ungaran ini adalah kejadian yang terakhir kali.
“Para perawat, dokter, dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien. Kenapa kita tega menolak jenazah mereka yang telah berkorban untuk menyelamatkan mereka?” Ganjar berucap sambil memohon maaf mewakili seluruh warga Jawa Tengah.
Sumber: cnnindonesia, narasitv, suara.com, suarajawatengah.id, Instagram, Youtube
Baca juga:
Seorang dokter di Medan meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.