Parents pasti pernah dong menemukan penjual mainan anak keliling yang suka lewat di depan rumah? Selain murah, anak pasti senang punya mainan baru tanpa harus menunggu Si Ayah punya waktu mengantarkan ke toko mainan besar.
Namun, kesenangan itu tak berlaku di Desa Karanganyar, Sambungmacan, Sragen. Sebab penjual mainan anak keliling malah dilarang masuk desa ini jika menjual dagangannya di atas harga Rp 5 ribu.
Penjual mainan anak keliling dilarang masuk desa Karanganyar
Dilansir dari Solopos, pelarangan itu telah dikonfirmasi oleh Ketua RT setempat. Awalnya warga memberikan larangan lisan penjual mainan anak untuk masuk ke desanya jika menjual mainan dengan harga di atas Rp 5 ribu.
Setelah larangan lisan beredar di kalangan warga desa, kemudian pihak karang taruna juga membuat kesepakatan dan menuliskan larangan tersebut di lokasi hajatan warga desa Karanganyar.
Persoalan utama yang diungkapkan oleh warga desa tersebut ialah keberatan dengan harga jualnya jika di atas Rp 5 ribu. Harga tersebut dianggap sangat memberatkan, apalagi jika anak memintanya sampai menangis karena orangtuanya tak membelikan lantaran tak ada uang.
Beberapa orangtua juga menceritakan beberapa kali mereka harus berutang demi membelikan anak-anaknya mainan karena tak mengerti bahwa orangtuanya tak memiliki dana untuk membelikan mainan baru.
Desa-desa lainnya juga turut melarang penjual mainan anak keliling
Larangan penjual mainan anak keliling ternyata tak hanya diberlakukan di satu desa. Beberapa desa sekitar juga membuat larangan serupa, salah satunya ialah desa Plumbon.
Pelarangan ini juga dikonfirmasi oleh Siswodiyono (60) warga desa Plumbon. Menurutnya warga desa sudah cukup terbebani dengan iuran warga ketika ada hajatan warga.
“Bagi yang mampu tidak masalah, bagi yang tidak mampu malah jadi persoalan,” ungkapnya.
Selain Plumbon, ada juga desa Bayan Mahbang yang memiliki peraturan serupa untuk melarang penjual mainan keliling masuk jika menjual mainannya dengan harga di atas Rp 5 ribu. Anak-anak seringkali merengek agar dibelikan mainan, padahal jatah harian jajan mereka tidak sebesar itu.
Meskipun kesepakatan larangan itu terus berkembang di antara warga desa, Kepala Desa Karanganyar malah mengaku tidak mengetahui adanya larangan tersebut. Jadi mungkin hal itu menjadi kesepakatan warga tanpa perlu dilaporkan ke desa.
Persoalan ini menyisakan iba di kedua belah pihak. Dari sisi penjual, tentu ia juga harus mencari untung agar keluarganya di rumah tetap bisa makan untuk melanjutkan hidup. Sementara dari sisi warga desa, mereka keberatan jika anaknya terus-terusan meminta dibelikan mainan dengan harga yang cukup mahal.
Kira-kira, apa sih yang akan Parents lakukan jika anak merengek meminta mainan setiap kali penjual mainan anak lewat? Apakah Parents setuju dengan kebijakan warga desa yang diberlakukan di Karanganyar di atas?
Mengatasi Anak yang Bersikeras Minta Mainan
Anak terkadang tidak bisa diberi kata “tidak” ketika ia meminta mainan. Salah satu cara untuk menolak permintaan mereka adalah mengajarkan bagaimana mengelola uangnya sendiri dan menjadi lebih bertanggung jawab atas keputusan berbelanjanya.
Salah satu ulasan yang diumat Playful Notes menyebutkan, Parents bisa membuat kesepakatan dengan anak, yaitu dia hanya akan dapat memiliki mainan baru. Pertama, iabisa mendapat mainan saat ada acara-acara khusus (seperti ulang tahunnya, Natal, dan lain-lain, ketika ia akan menerima hadiah dari Anda atau orang lain) atau dengan menggunakan uang jajannya sendiri.
Berikut ini cara bernegosiasi dengan anak ketika ia meminta mainan:
1. Jika dia melihat mainan yang disukainya, dia dapat memutuskan apakah dia ingin membelinya (jika dia memiliki cukup uang untuk itu dari uang saku) atau jika dia ingin menambahkannya ke daftar keinginan yang bisa dia dapatkan saat acara-acara khusus.
2. Jika dia ingin membeli mainan itu, bantu dia memahami dengan tepat berapa banyak uang yang akan dia habiskan.
3. Jika dia ingin menambahkan mainan ke wishlist-nya, ambil foto mainan itu dengan ponsel Anda atau mencarinya di Amazon dan menambahkannya ke wishlist catatan anak Anda.
Metode ini bisa diterapkan pada anak usia 5 tahun, tetapi bisa juga untuk anak berusia 4 tahun juga atau lebih besar.
Baca juga:
17 mainan anak jaman dulu yang sering bikin keasyikan hingga lupa waktu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.