Pengakuan ibu bernama Nalika ini begitu menggugah perasaan. Susahnya mengurus dua anak membuat dia berharap agar kedua puteranya segera tumbuh dewasa.
Akan tetapi, kemudian ia menyadari bahwa mengharapkan anak tumbuh dewasa dengan cepat adalah sebuah kesalahan. Nalika membagikan kisahnya dengan theAsianparent dalam sebuah surat pengakuan ibu yang menggugah hati.
Aku adalah seorang ibu dari dua anak yang sangat enerjik, mereka berumur 5 tahun dan 7 tahun. Terkadang, perasaanku membuncah dengan cinta untuk mereka.
Tak jarang pula aku ingin berteriak dan bersembunyi di tempat yang jauh, supaya bisa tidur nyenyak selama seminggu tanpa terganggu.
Wahai para ibu dari anak yang masih kecil, tentunya kalian mengerti apa yang sedang kukatakan. Anak-anak kita adalah cinta dalam hidup kita, seperti udara yang kita hirup setiap saat.
Akan tetapi, kadang kita hanya ingin mengenggam pecahan kecil dari diri kita yang dulu. Sebagai pengingat siapa diri kita sebelum menjadi ibu.
Ketika kita tidak perlu terjaga hingga larut malam untuk bekerja, hanya untuk kembali bangun di pagi buta guna menyiapkan anak pergi sekolah.
Waktu yang tenang di kamar mandi tanpa ada suara anak kecil yang memanggil namamu. Berdandan dengan santai tanpa harus menjadi yang terakhir masuk ke kamar mandi, setelah dengan susah payah memakaikan baju pada anak-anak.
Sebuah kesempatan untuk makan dengan benar, menikmati kelezatan makananmu, tanpa harus terburu-buru menelan, sehingga tidak bisa menikmati rasa makanan.
Inilah kehidupan seorang ibu yang kita semua tahu. Tetapi, kita tetap tak bisa menghentikan kita untuk curhat, merengek, ataupun mengeluh. Kepada teman sesama ibu, yang akan mengerti susahnya menjadi orangtua.
Pengakuan ibu yang menyesal
Pengakuan ibu Nalika ini tentunya bisa dipahami oleh para Bunda yang juga mengalami, kerepotan mengurus anak setiap hari. Hingga tak jarang berharap agar anak cepat dewasa, sehingga Bunda tidak perlu lagi repot mengurusnya.
Tetapi, ada hal yang membuat Nalika menyadari bahwa berharap anak cepat tumbuh dewasa adalah hal yang salah.
Pengakuan ibu Nalika yang menyadari kesalahan karena berharap kedua putranya cepat dewasa.
Suatu hari semua berubah
Aku sedang menghadiri acara keluarga, kedua puteraku berlarian menghampiri sepupu-sepupu mereka. Meloncati perabotan rumah, berteriak kegirangan, berlari menghampiriku untuk bertanya secara acak tentang hal-hal yang tidak bisa dijawab.
Pada satu titik, anak bungsuku jatuh dengan lutut membentur lantai. Dia mendatangiku sambil menangis keras, memintaku agar membuat rasa sakit yang ia alami menghilang.
Aku melakukan apa yang dia minta. Dan dia kembali berlarian sambil mengusap airmata, rasa sakit yang ia alami terlupakan sama sekali saat dia kembali bergabung dengan keriuhan anak-anak di sana.
Dia hanya meminta ciuman ajaib dari ibu, agar semua sakitnya menghilang
Aku menghela napas, memutar mata dan berpaling pada kakak iparku yang duduk di sebelahku. Dia memiliki anak-anak yang sudah remaja.
Aku berkata padanya, “Aku yakin kamu tidak merindukan hal ini.”
Dia menatapku dan berkata, “Sebenarnya, aku merindukan hal itu.”
“Benarkah? Tapi kenapa?” tanyaku.
Kemudian dia memberitahuku, akan ada saat dimana semua hal menjengkelkan yang dilakukan anak-anak berhenti, ketika mereka tumbuh dewasa. Namun ketika hal itu terjadi, tidak akan membawa kelegaan, kedamaian, atau pun perasaan rileks seperti yang selama ini ia kira.
Sebaliknya, justru membawa nostalgia, kesepian dan kerinduan.
Dia memberitahuku, hanya dalam semalam anak-anaknya dengan sopan menolak pelukan sebelum tidur. Bagaimana mereka berhenti berlarian di rumah memecahkan barang dan membuat seisi rumah berantakan.
Tetapi, bersamaan dengan ini, cekikikan dan teriakan yang menyertai kegilaan mereka juga berhenti. Suasana hidup di dalam rumah karena ada anak-anak kecil juga berhenti.
Sekarang, dibandingkan jawaban panjang lebar saat orangtua bertanya tentang sekolah, mereka hanya menjawab dengan satu kata, membuat orangtua ingin tahu lebih banyak.
Anak-anaknya tumbuh besar. Dan rumahnya menjadi lebih sepi.
Mendengar cerita saudaranya, Nalika pun menyadari bahwa masa kecil akan berlalu dengan cepat tanpa disadari. Dan orangtua pastinya akan merindukan hal tersebut ketika anaknya tumbuh dewasa.
Ini yang kupelajari hari itu.
Ketika jutaan pertanyaan tak terjawab berhenti datang, begitu pula dengan jawaban aneh nan panjang yang diberikan anak. Jawaban yang terkadang sangat lucu hingga kau ingin tertawa dan memeluknya di saat bersamaan.
Mereka berhenti.
Ketika akhirnya kau bisa mendapatkan tidur yang layak setelah bertahun-tahun, kemudian meminta anak memelukmu sebelum ia tidur. Dia akan menolak, karena dia sudah terlalu besar untuk melakukannya.
Semua berhenti.
Anak yang terus-menerus menempel pada ibu seperti perangko, kebutuhan mereka untuk ciuman dan pelukan ibu yang tak pernah terpuaskan, penghiburan dalam setiap waktu, yang membuat ibu menginginkan 5 menit untuk diri sendiri. Semua itu akan berhenti.
Lalu, ciuman dan pelukan dari mereka akan semakin jarang kau dapatkan dan semakin tak ternilai layaknya permata berharga. Hari-hari penuh kerepotan berisi cinta, tawa, airmata dan tantrum akan berhenti.
Pengakuan ibu yang menyadari bahwa akan tiba masa di mana anak-anak tak lagi menempel pada orangtuanya
Akan datang hari, ketika rumah menjadi sunyi dan sepi. Tidak ada lagi celotehan lucu atau cekikikan liar yang mengisi gendang telingamu, tidak ada lagi mainan berserakan yang melukai kakimu.
Akan tiba masanya tidak ada lagi pelukan penuh cinta dan kehangatan yang hanya bisa diberikan oleh anak kecil. Pelukan sepenuh jiwa raga, dan tatapan memuja dari sang anak. Pelukan, ucapan dan ciuman ibu tidak lagi memiliki kekuatan penyembuh bagi mereka.
Ketika hari itu datang, kau akan berharap sepenuh hatimu bahwa hari-hari ketika anakmu masih kecil akan terulang kembali, meski hanya untuk satu hari.
Satu jam yang dihabiskan menghadapi anak tantrum, berusaha menenangkannya, kemudian memeluknya hingga kepercayaan kembali tercapai, bukanlah hal yang sia-sia.
Artikel terkait: Efek Pelukan Bagi Anak Tantrum
Itu adalah momen berharga penuh pelajaran hidup, di mana kesabaran dan cinta terlibat di dalamnya. Kau tidak akan pernah bisa mengulang momen itu.
Akan datang hari ketika kau tidak keberatan menghabiskan malam tanpa tidur, hanya demi bisa memeluk anakmu.
Jadi sekarang, ketika aku menidurkan anak-anakku, dan bertanya pada mereka ‘Bagaimana harimu?’ aku tidak buru-buru menghentikan jawaban panjang lebar mereka.
Aku biarkan mereka bicara, melihat wajah mereka bersinar bahagia ketika mereka menceritakan hal yang menyenangkan. Aku tahu tidak lama lagi mereka akan berhenti berbicara seperti ini ketika mereka tumbuh dewasa.
Sekarang, aku tidak lagi berharap mereka tumbuh dewasa dengan cepat, ketika aku menghadapi kesulitan dalam mengasuh. Aku mengingatkan diri sendiri, bahwa mereka tumbuh dewasa di depan mataku, saat itu juga.
Hargai masa kecil anak wahai para ayah dan ibu. Mereka tidak akan menjadi anak kecil selamanya dan tanpa sadar tiba-tiba mereka sudah dewasa.
Berhentilah berharap mereka tumbuh dengan cepat karena dalam setiap detik yang terlewati, mereka tumbuh lebih besar hari ini dibanding hari kemarin.
Pengakuan ibu Nalika ini seharusnya bisa menyadarkan kita bahwa masa kecil anak sangatlah berharga. Masa di mana orangtua membuat kenangan yang akan terbawa hingga anak-anak tumbuh dewasa.
Apakah pengakuan ibu ini juga menggugah perasaan Anda? Atau Bunda mengalami hal yang sama persis seperti dialami oleh Nalika? Silakan bagi opini Bunda di kolom komentar ya…
Baca juga:
Pengakuan mengharukan ibu yang kini berhenti bermain HP saat menyusui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.