Mencegah stunting adalah tugas dan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya pemerintah. Namun, untuk bisa melaksanakan tanggung jawab tersebut, tiap orang tua harus memiliki edukasi mengenai cara pencegahan stunting. Salah satunya dengan memahami pemberian MPASI yang benar. Begini cara mencegah stunting dan pemberian MPASI yang benar menurut para ahli.
Daftar isi
Apa Itu Stunting?
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) menjelaskan stunting sebagai masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, kata dr. Harun Albar M.Kes Sp.A., Dokter Spesialis Anak IPDA, dalam acara “Bantu Ibu Menyediakan MPASI Lebih Mudah” yang diadakan Mothercare, Senin (21/6/2022), keterlambatan tumbuh ini dimulai sejak usia anak 2 tahun –dilihat dari standar WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study).
Banyak orang tua yang beranggapan tubuh kecil pada anak ini berkaitan dengan genetika. “Wajarlah, ibu/neneknya juga pendek, kok.”
Padahal menurut Kemkes, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Seperti perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Artinya, stunting bisa dicegah.
Artikel terkait: Feeding Rules MPASI untuk Cegah Bayi Mogok Makan atau GTM
Penyebab Anak Stunting
Seribu hari pertama kehidupan (golden period) merupakan momen terpenting bagi anak dalam menerima asupan nutrisi. Seribu hari ini dimulai sejak anak berada di dalam kandungan hingga ia berusia 2 tahun. Dengan kata lain, bila kebutuhan nutrisi anak sejak masih berada dalam kandungan hingga 2 tahun tidak tercukupi, maka ia berisiko mengalami stunting.
“Stunting terjadi pada saat bayi masih di dalam kandungan. Jadi masalah ini juga mencakup ibunya, bukan hanya sang bayi,” terang dr. Harun.
Berikut ini faktor penyebab dari stunting:
- Kurangnya asupan nutrisi selama berada di dalam kandungan.
- Tidak ASI eksklusif mulai dari usia 0 hingga 6 bulan.
- Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang buruk.
- Sanitasi buruk.
- Infeksi yang berulang. “Adanya gangguan proses tumbuh kembang dari asupan gizi yang kurang dan infeksi fisik yang berulang. Keduanya menyebabkan pertumbuhan terlambat. Akhirnya tinggi badan tidak seperti anak-anak yang lain,” jelas dr. Harun.
- Kurang stimulasi dan kasih sayang, dikarenakan ibu mengalami depresi atau trauma pascapersalinan.
Dampak Pemberian MPASI yang Tidak Benar
Hal yang paling utama adalah anak akan mengalami malnutrisi kronik. Mengapa malnutrisi bisa menyebabkan anak stunting?
“Energi yang masuk dibagi menjadi dua. Energi yang seharusnya digunakan untuk tumbuh kembang, jadi dipakai untuk membentuk antibodi melawan kuman/bakteri,” jelas dr. Harun.
Setelah itu masih ada dampak jangka pendek dan panjang pada kesehatan anak.
- Dampak jangka pendek: Peningkatan mortilitas dan morbilitas
- Dampak jangka panjang: Nutrisi menyebabkan obesitas, diabetes, dan gangguan reproduksi.
“(Nutrisi yang masuk sudah tidak bisa ‘naik’ ke atas (menambah tinggi anak), makanya ke samping (dan menyebabkan obesitas),” kata dr. Harun. Obesitas ini kemudian yang menjadi pemicu penyakit lainnya, seperti diabetes dan gangguan reproduksi.
Artikel terkait: Panduan Lengkap Tekstur MPASI 11 Bulan yang Tepat
Cara Mencegah Stunting
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kondisi stunting bisa dicegah. Lantas, bagaimana caranya? Sekretaris Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Hendra Jamal mengatakan, dibutuhkan peran ibu dalam hal ini.
Ketika ibu merencanakan kehamilan dan mengetahui dirinya hamil, ia sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya dengan mengonsumsi makan makanan bergizi seimbang. Nutrisi baik ini dibutuhkan agar proses konsepsi kehamilan berjalan baik juga serta janin tumbuh dan berkembang optimal selama kehamilan.
Hal lainnya yang perlu ibu lakukan selanjutnya untuk mendukung golden period anak, kata Hendra Jamal, adalah setelah anak lahir. Yakni:
- Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
- MPASI dimulai setelah anak berusia 6 bulan dengan pemberian ASI yang tidak dihentikan.
Untuk mencegah anak stunting dan mendukung pemberian MPASI yang benar, pemerintah melakukan beberapa upaya. Di antaranya:
- Menyediakan ruang ASI di tempat publik, sehingga tidak ada alasan bagi ibu tidak menyiapkan dan memberikan ASI kepada bayinya.
- Stop perkawinan anak demi menciptakan generasi anak yang sehat. WHO menyarankan untuk perempuan hamil di usia 20-25 tahun karena di usia tersebut tingkat kesuburan perempuan dan produksi sel telur sangat baik serta risiko bayi lahir cacat juga lebih sedikit.
Artikel terkait: 18 Inspirasi Menu MPASI dan Snack untuk Bayi 6 Bulan
Cara Pemberian MPASI yang Benar
Namanya juga bayi, tentunya pemberian makannya berbeda dengan orang dewasa. Begini kata dr. Harun mengenai strategi pemberian MPASI yang benar untuk buah hati Anda, Bunda.
1. Berikan MPASI Tepat Waktu
Bukannya asal-asalan ketika para ahli kesehatan anak menyatakan bayi bisa diberikan MPASI mulai usia 6 bulan, Bunda. Di usia itu, umumnya bayi sudah bisa duduk sendiri, menegakkan lehernya, melebarkan mulutnya serta koordinasi mata, mulut, dan tangannya sudah baik sehingga mampu meraih makanan dan memasukannya ke dalam mulut. Dan lagi, pencernaan anak sudah lebih siap menerima makanan selain ASI.
“Jadi, jangan kurang dari 6 bulan agar lambung atau usus bayi tidak luka. Jangan juga lebih dari itu, sebab bayi akan ketinggalan nutrisi yang dibutuhkan,” papar dr. Harun.
2. MPASI Bayi Harus Adekuat, Perbanyak Protein Dibanding Serat
Menu MPASI anak harus mencakup karbohidrat, protein (utamakan sumber hewani), buah, sayur, dan lemak yang berasal dari minyak, santan, margarin atau butter.
Dr. Harun menyarankan, penggunaan serat, gula, dan garam harus dibatasi. Serat cukup diperkenalkan saja pada anak, jangan dijadikan kebutuhan utama.
“Gula dan garam sebenarnya sudah tersedia dari bahan makanan si kecil,” jelas dr. Harun. Sementara, hingga usia anak 2 tahun, serat cukup dikenalkan saja.
“Jika berlebihan akan membuat kembung, sering kentut, rewel. Enggak semua serat bikin buang air besar lancar. Justru ada bikin sembelit pada anak, atau ada yang halangi absorbsi dari mikronutrien,” tambahnya lagi.
3. Lebih Baik Membuat Makanan Sendiri
Usahakan ibu selalu membuat MPASI sendiri di rumah. Dengan demikian proses pembuatan dan pemberian MPASI dilakukan dengan aman dan higienis.
Dalam acara ini, Mothercare mengenalkan produk terbarunya, Twistshake Food Processor (brand Swedia), yakni alat pengolah MPASI multi 6 in 1 yang dapat digunakan mulai dari mengukus, mencampur makanan, menghaluskan, memanaskan, menghangatkan dan mensterilkan botol dan makanan.
“Produk ini dibuat dengan berbagai fungsi yang memudahkan kinerja ibu agar lebih praktis dan cepat saat menyiapkan makanan. Tampilan menarik pada rangkaian alat makan juga membantu buah hati semakin tertarik pada makanan yang disajikan,” kata General Manager Mothercare Indonesia Ingga Gloriana.
4. Pemberian Makan Responsif
Tujuan anak makan tak hanya membuat perutnya kenyang, tetapi juga ada interaksi antar orang tua dan anak melalui stimulasi yang tepat.
Dan ketika ASI ibu tidak lagi mencukupi di masa MPASI, dr. Harun menyarankan agar ibu tidak segera menggantinya dengan susu formula, tetapi tambahkan asupan MPASI-nya.
“Susu formula bukan pengganti ASI, jadi kalau ASI kurang, tambahkan MPASI-nya. Dari (jadwal makan bayi) 2 kali jadi 3 kali ditambah camilan.”
5. Temukan Solusi Saat Anak Susah Makan
Kreativitas Bunda diperlukan dalam hal ini. Bunda bisa menerapkan beberapa cara, di antaranya:
- Tetap berikan makanan rumahan yang sehat, baik makanan utama ataupun camilan.
- Tawarkan jenis makanan baru setelah 10-15 kali pemberian jenis makanan sebelumnya.
- Hindari asumsi anak tidak suka dengan jenis-lenis makanan tertentu.
- Berikan finger foods yang sehat sehingga anak dapat belajar makan secara mandiri.
- Jangan memaksa atau memarahi anak bila ia menolak makan.
***
Demikianlah Bunda cara pemberian MPASI yang benar untuk buah hati Anda. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Baca juga:
9 Resep MPASI Berkuah yang Sederhana dan Lezat untuk Buah Hati Bunda
Lebih Baik Mana, Bubur Bayi Buatan Sendiri atau MPASI Instan?
12 Penyebab Bayi Doyan Makan tapi Kurus Beserta Cara Mengatasinya