Pernahkah Parents merasa bahwa pelajaran parenting yang beredar di banyak media menuntut kita untuk jadi orangtua yang sempurna? Padahal, memaksakan gaya mengasuh a la tips parenting yang sempurna justru akan membuat anak tertekan karena tak ada seorang pun yang senang terlalu diatur-atur dan dituntut hidupnya.
Pasangan muda era milenial yang punya anak seringkali harus menyiasati bagaimana caranya agar bisa menjadi orangtua yang baik sekaligus teman bermain yang menyenangkan untuk anak. Karena, biasanya pasangan muda masih terkenang bagaimana tidak enaknya rasa takut terhadap banyaknya aturan dari orangtua.
Soca Kecil dan Mepsnya
Untuk membesarkan anak yang bahagia, orangtua tak perlu menjadi sosok sempurna di mata anak. Bahkan, ketidak sempurnaan orangtua bisa jadi pelajaran tersendiri yang berharga bagi mereka.
Parenting yang tidak sempurna ini dipraktekkan oleh ‘Meps’ Reda Gaudiamo dan ‘Beps’ Eddie Prabu. Panggilan pengganti untuk Ibu dan Bapak tersebut berasal dari anak mereka, Soca Sobhita.
Lewat buku ini, kita bisa dapat pelajaran parenting berharga dari gaya parenting bahagia a la Meps dan Beps berikut ini:
1. Orangtua bukanlah sosok sempurna
Di buku Aku, Meps, dan Beps ini Soca bercerita bahwa ibu dan ayahnya adalah sosok yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan segala kurang dan lebihnya, sebagai anak, Soca tampak sangat mencintai orangtuanya.
Misalnya Meps. adalah orang yang kadang galak dan suka marah-marah, pelupa, panikan, dan banyak maunya. Namun, Soca juga tak lupa memuji Mepsnya yang selalu minta maaf ketika berbuat kesalahan, murah senyum, pintar mengurus anak, dan daftar kebaikan lain yang akan membuat orangtua manapun tersipu malu.
2. Selalu menghargai pendapat anak
Begini ya Meps, main game itu harus sabar
Jangan marah-marah. Kapan menangnya ya?
Itulah penggalan yang ada di dalam buku Aku, Meps, Beps. Kutipan itu hanyalah segelintir dari banyaknya saran Soca pada orangtuanya.
Reda dan Eddie sadar bahwa Meps dan Beps bisa salah, “Sehingga kami harus diberi tahu dan menerima dengan hati terbuka.”
Buku karya duo ibu dan anak ini menampilkan bahwa anak bisa mengritik orangtua dengan cara lucu tanpa harus merasa sedang melakukan sesuatu yang tidak sopan. Justru, ini menjadi sebuah pelajaran parenting berharga bahwa kedekatan antara orangtua dan anak membebaskan anak untuk berani bicara topik apapun tanpa khawatir dimarahi.
3. Tak selalu menuruti anak
Sekalipun anak tunggal, Soca tak otomatis mendapatkan segala yang ia inginkan. Pelajaran parenting dari orangtua Reda dan Eddie tentang kedisiplinan, ketegasan, tidak memanjakan meski dia anak tunggal, serta reward and punishment ikut diterapkan oleh Meps dan Beps.
Ada banyak hal-hal yang tak dituruti oleh Meps dan Bepsnya sekalipun sebenarnya secara finansial mereka mampu mewujudkan keinginan anaknya.
Pelajaran parenting lain bisa kita dapat pada saat Soca kelas 5 SD. Dulu, ia pernah ngambek karena Meps dan Bepsnya tidak mau membelikan Playstation (PS).
Namun Reda selalu memberi pengertian bahwa tanpa PS dia akan baik-baik saja, “formula kalimat saya selalu sama, ‘Emang kalau nggak beli PS/PSP/dll/ akan gatel-gatel, bengkak-bengkak? Jadi bodoh? Nggak bisa napas? Kan nggak? Itu kan PS bukan barang penting, macam makanan, pakaian, buku. Kalau punya uang sendiri, baru boleh beli’.”
4. Mengatur keuangan sejak dini
“Soca selalu menabung dan membeli mainan idamannya sendiri. Dia baru punya iPad minggu lalu, beli dari hasil royalti bukunya,” kata Reda sambil terkekeh.
Reda dan Eddie memang selalu menerapkan urusan keuangan sejak dini dengan sistem gaji bulanan. Jika gaji itu habis sebelum waktunya, Soca dilarang memintanya lagi. Namun jika gaji tersebut sisa, maka ia boleh menyimpannya.
5. Mengajarkan problem solving
Saat Soca sudah mulai remaja, permasalahan yang ia hadapi semakin rumit. Termasuk soal mengatur jadwal pacaran.
“Soca kesal ketika saya menyinggung soal pacaran. Dia jadi tidak konsentrasi di kelas. Saya minta dia mengatur jadwal pacarannya. Kalau nggak bisa, saya yang akan ngomong ke pacarnya. Soca memilih mengatur sendiri, dengan si pacar. Hehehe…” ujar Reda.
Bahkan, Soca kecil sudah mulai memikirkan masa depan dan menemukan win-win solution yang tepat untuknya, sekalipun hanya lewat imajinasinya sendiri. Misalnya soal kebingungan Soca tentang akan jadi apa dia nantinya.
Misalnya pada tulisan “Kalau Sudah Besar Nanti…”
…sebetulnya aku masih bingung, sih…
Karena aku mau jadi tukang bikin game
Aku juga mau jadi ninja.
Bagaimana pendapat Meps?
Aku pilih yang mana, ya?
Aku kok jadi bingung.
Meps bilang ganti cita-cita itu biasa.
Dulu Meps juga begitu. Waktu kecil, dia mau
jadi anaknya Ratu Inggris. Wah, enaknya.
Tapi terus ganti, mau jadi tentara.
Terus mau jadi pelukis.
Eh sekarang Meps jadi pembuat iklan.
Kadang-kadang jadi penyanyi,
Kadang-kadang bikin kalung-kalung.
Kadang-kadang jual-jual kain.
Hmm, aku pikir-pikir dulu kalau begitu.
Tapi aku tidak mau jadi tentara.
Aku juga tidak mau jadi penyanyi.
Mungkin jadi tukang kayu,
bikin-bikin seperti Beps bagus juga.
Dan kalau malam jadi ninja.
Begitu dulu, deh.
Buku Aku, Meps, dan Beps yang lucu dan ringan ini bisa jadi sahabat orangtua dan anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ilustrasi lucu dan gaya penulisan yang diambil dari sudut pandang anak-anak akan menuturkan dengan jujur tentang kehidupan keseharian keluarga kecil yang tak sempurna, tapi bahagia.
Lewat dunia Soca, anak juga bisa belajar bagaimana menghadapi banjir, memelihara binatang, menghadapi orangtua yang keduanya bekerja, menjalani kehidupan sekolah, dan lainnya dengan cara yang menggemaskan. Apalagi, ilustrasi dari Cecillia Hidayat membuat buku ini jadi lebih menarik dibaca untuk orangtua maupun anak-anak.
Parents bisa membeli buku ini di Post Santa yang berlokasi di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Atau bisa juga memesannya secara online lewat instagram. Dari buku ini, pelajaran parenting a la pasangan muda yang asik bisa Anda dapatkan dengan penuturan yang sangat ringan.
Sebuah kiriman dibagikan oleh POST Bookshop (@post_santa) pada
Soca yang mulai menuliskan cerita ini sejak umur 4 tahun dengan bantuan Mepsnya kini sudah mulai dewasa. Bahkan, pada April 2016 lalu, ia sudah menerbitkan bukunya sendiri berjudul Over Taken.
Sedangkan Meps, masih bisa kita dengarkan suaranya yang merdu lewat duo Ari Reda. Saat ini, ia juga sedang menyiapkan Aku, Meps, dan Beps versi Soca yang sudah remaja. Ia berharap, buku versi Soca remaja tidak tertunda sampai belasan tahun seperti buku ini.
Kita tunggu buku Aku, Meps, dan Beps selanjutnya.
Baca juga:
10 Buku Anak dengan Ilustrasi Terbaik Versi New York Times
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.