Perubahan status dari istri menjadi ibu tentu sangat membahagiakan bagi semua wanita. Banyak yang bilang, kalau sudah jadi ibu maka sempurnalah peran wanita dalam hidup ini. Namun, tahu nggak sih Bunda, kalau jadi ibu itu nggak semudah itu. Berbagai hal yang dialami selama mengandung menjadi pelajaran dari kehamilanku.
Hamil dan memiliki anak juga membawa banyak kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita penuhi, baik untuk diri sendiri maupun bagi anak dan sang suami.
Jadi, seperti ini, Moms. Aku mau berbagi tentang masa kehamilanku nih. Pada masa ini, aku belajar banyak banget hal. Ini beberapa pelajaran dari kehamilanku.
1. Mencoba untuk tidak egois
Saat aku dinyatakan sedang hamil maka saat itu pula ada satu nyawa yang bergantung pada diriku. Sehingga, apapun yang akan kulakukan harus dijalani dengan pertimbangan yang matang, salah satunya makan.
Biasanya jadwal makanku tidak teratur dan dengan menu makanan yang sekenanya saja. Namun, kini harus menjadi lebih terjadwal dan terdiri dari makanan yang sehat, kalau bisa empat sehat lima sempurna malahan. Maklum pekerja, sebelumnya, kalau nggak bawa bekal, ya pasti beli makan yang praktis.
Nah! Hal ini harus dilakukan agar janin yang sedang bertumbuh di tubuhku memperoleh nutrisi yang baik. Oleh karena itu, biarpun lelah, malas, atau dalam kondisi apapun, aku membuat bekal untuk makan siang sehingga tak membeli makanan sembarangan. Bukan lagi makan fastfood yang biasanya lebih sering kukonsumsi.
Satu lagi, aku harus minum susu kehamilan sebagai nutrisi tambahan buat si janin. Buatku, minum susu hamil itu harus dilakukan dengan penuh perjuangan. Sebab, entah mengapa susu yang aromanya enak sekali, mendadak bikin eneg saat hendak ditelan.
Oh iya, selain mengatur apa yang dikonsumsi, lebih sulit lagi melawan kemalasanku buat berolahraga. Padahal ini penting sekali demi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini ya, Bunda.
Yang tak kalah penting adalah menjaga imun untuk menangkal segala macam virus yang berbahaya bagi bumil dan janin. Sebab, kesehatan janin ada di prioritas utama dibanding yang lainnya.
Artikel terkait: Tidak Semua Ibu Hamil Menjalani Masa Kehamilan Mulus
2. Menjadi lebih kritis
Banyak cari tahu dan bertanya menjadi sifat dadakanku saat hamil karena ibu mana yang nggak mau janinnya tumbuh sehat, baik, dan optimal? Ya, pasti semua ibu begitu ya.
Aku menjadi lebih kritis baik saat sesi konsultasi dengan dokter spesialis kandungan maupun saat berbagi cerita atau curhat dengan bumil dan teman lainnya. Penting banget, lho, bertanya sama orang yang lebih ahli dan berpengalaman.
Oleh karena itu, biasanya aku memilih dokter spesialis kandungan yang ramah dan informatif, biar dia nggak bosen dan kesal kalau bumil yang satu ini tanya-tanya melulu. Bukankah bertanya memang hak dari pasien?
Hanya saja, tak semua orang senang ditanya-tanyai. Jadi aku juga harus pilih-pilih dan melihat apakah dia keberatan kalau kutanya-tanya. Alhamdulillah, dokter kandungan yang kudapat, semuanya baik dan sangat informatif.
Kenapa kubilang semuanya? Karena aku tidak hanya berkonsultasi dengan satu dokter saja. Tak jarang, aku mencari second opinion dari dokter yang lain.
Maklum, ketika hamil aku masih bekerja dan dokter favoritku terkadang tidak praktik di jadwal check up kehamilanku. Jadi, aku menggunakan jasa dokter yang lainnya. Selain waktuku yang kurang fleksibel, aku juga suka mencoba berkonsultasi ke dokter yang lain karena rekomendasi dari bumil lainnya.
3. Pelajaran dari kehamilanku, menjadi lebih sabar dan berpikiran positif
Pikiran yang buruk dan emosi yang tidak stabil, sering kali menghampiri bumil karena didorong salah satunya oleh hormon progesteron dan esterogen yang lebih tinggi ketimbang saat tidak hamil.
Padahal sepengetahuanku, hal ini justru membuat dampak yang tidak baik bagi perkembangan psikis dari janin yang sedang dikandung. Maka, untuk mensiasati ini, aku berusaha untuk selalu berpikir positif dan bersabar.
Contohnya adalah berpikir positif sewaktu suami tidak mendapat makanan yang kuminta karena memang belum musim duku pada saat itu. Contoh lainnya adalah tetap bersabar ketika orang-orang berkomentar kalau perutku masih kecil dan tidak kelihatan seperti orang hamil.
Mereka tidak tahu saja kalau menurut dokter, kondisi seperti ini tidak jadi masalah.
“Nggak masalah, Bu. Berat badan ibu nggak naik banyak, yang penting berat janin dan perkembangannya sesuai usia kehamilan,” begitu ucap salah satu dokter tempatku kontrol kehamilan rutin.
Tenang sudah rasanya kalau orang yang ahli di bidangnya yang langsung memberikan keterangan.
Artikel terkait: Penuh Kejutan, Inilah Kisah Tiga Perjalanan Kehamilanku
4. Menjadi pecinta buku, aplikasi, maupun website tentang kehamilan
Selain kritis dalam komunikasi antar bumil dan dokter kandungan, aku juga jadi lebih sering membaca buku dan berselancar di internet. Tujuannya ya apalagi kalau bukan untuk mencari informasi terkait dunia kehamilan.
Aku mulai melirik buku tentang kehamilan dan mengunduh aplikasi kehamilan, lebih sering membuka website tentang kehamilan sebagai sumber penghilang rasa hausku akan pengetahuan kehamilan. Hal ini berperan cukup besar terhadap keputusan yang harus diambil untuk ke depannya, tentunya setelah berdiskusi dengan suami dan orang tua terlebih dahulu ya.
Sebagai contoh, adalah ketika aku ingin memutuskan di fasilitas kesehatan mana aku akan kontrol kehamilan dan melahirkan. Sebelum memutuskan, aku berdiskusi terlebih dahulu dengan suami dan orang tua terkait jarak, pelayanan, biaya, dan sebagainya.
Selain itu, aku juga mengumpulkan informasi dari ulasan serta rekomendasi di website maupun teman-teman bumil yang ada di aplikasi yang kuunduh.
Artikel terkait: Tak Ada yang Bisa Menggantikan, Ini Nikmatnya Perjuangan Menjadi Ibu
5. Pelajaran dari kehamilanku, menjadi lebih sayang orang tua terutama Ibu
Masa kehamilan membuatku sadar bahwa begitu banyak pengorbanan yang dilakukan seorang ibu. Baru hamil saja aku sudah merasakan mual dan sakit yang sangat tidak nyaman. Tak terbayangkan apalagi setelah melahirkan dan merawat anaknya nanti.
Saat hamil, aku memang merasakan tidak merasakan yang namanya morning sickness. Tapi, mual yang kurasakan biasanya terjadi menjelang sore. Mualnya memang tak begitu mengganggu, tapi sakit punggung yang datang berbarengan itu yang membuatku biasanya ingin sekali berguling-guling di kasur.
Namun, aku menikmati setiap prosesnya. Karena menjadi seorang ibu itu memang tugas yang luar biasa. Aku jadi sadar kalau apa yang kulakukan selama ini rasanya belum cukup untuk membalas kebaikan dari ibuku.
Sepertinya aku mau terus bilang: “Mama, aku sayang banget sama Mama. Maafin aku yang selama ini sudah merepotkanmu ya, Ma.”
Intinya, aku hendak menyampaikan pada para Bunda yang membaca artikel ini untuk menyadari bahwa semua ibu itu luar biasa.
Itulah lima pelajaran dari kehamilanku yang paling besar perannya dalam membuat perubahan dalam diriku. Mungkin Bunda punya lebih banyak hal lain yang didapatkan saat proses kehamilan, dan pelajaran ini bisa jadi pelengkap.
Sebab, pengetahuan dan wawasan, tak hanya didapatkan dari pengalaman sendiri. Terkadang, pengalaman orang lain juga jadi pembelajaran yang penting bagi diri sendiri.
Ditulis oleh Nia Myesha, member VIP Parents theAsianparent.com.
Artikel VIP Parents lainnya:
#CeritaParents: Rekomendasi Piknik Keluarga ke Tempat Wisata "Hidden Gem" di Parung
Curhat Seorang Istri Bagikan Rahasia Pernikahan Langgeng, "Jangan Lupa 3 Kata Ajaib!"
Resep Anti GTM Tak Mempan, Ternyata Ini Solusi Drama GTM Anakku
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.