5 Panggilan untuk Ayah dalam Bahasa Bali, Mana yang Parents Tahu?

Di Bali, panggilan bisa berbeda-beda tergantung kasta

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bangsa Indonesia terkenal akan ragam budaya dan bahasanya yang sangat kaya. Ada sekitar 1.340 suku bangsa dengan 718 bahasa yang berbeda-beda. Wow! Angka yang fantastis bukan? Sapaan untuk orang tua pun berbeda-beda di tiap daerah. Nah, di artikel ini kami membahas panggilan untuk ayah dalam Bahasa Bali.

Mengenal dan mempelajari budaya bangsa sendiri amatlah penting. Kalau bukan kita sendiri yang melestarikannya, lalu siapa lagi? Lagi pula mempelajari bahasa daerah juga sebenarnya menyenangkan dan dapat melatih otak, lo!

Meskipun bukan orang Bali asli, tak ada salahnya untuk mengenal sedikit kebudayaan Bali untuk menambah wawasan kita. Pengenalan budaya ini bisa dimulai dengan pelajaran sederhana yakni panggilan ayah dalam Bahasa Bali yang tentu saja berbeda dengan bahasa daerah lainnya. Yuk, kita simak!

5 Jenis Panggilan Ayah dalam Bahasa Bali

1. Aji atau Ajik

Foto: Flicr.com/Adam Cohn

Panggilan ayah yang pertama adalah Aji atau yang di beberapa kesempatan disebut juga dengan Ajik. Sapaan ini digunakan untuk memanggil seorang ayah, ayah mertua, atau lelaki yang dituakan. Panggilan ini digunakan oleh keluarga dari triwangsa. Triwangsa adalah golongan dari kasta brahmana, ksatria, dan waisya.

Contoh penggunaan Ajik dalam kalimat;

Bin pidan payu luas ka Lombok, Jik?”

Artinya: Kapan jadi berangkat ke Lombok, Ayah?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 4 Syarat Ini Wajib Dipenuhi Jika Parents Berlibur ke Bali di Masa Pandemi

2. Ajung, Termasuk Salah Satu Panggilan Ayah dalam Bahasa Bali

Kata sapaan Ajung memiliki fungsi yang mirip dengan Aji dan digunakan oleh para bangsawan. Bedanya istilah ini hanya umum dipakai oleh orang-orang dari kasta ksatria, khususnya orang-orang yang bergelar Anak Agung ataupun Cokorda.

Contoh penggunaan Ajung dalam kalimat;

“Dija ada anak ngadep nasi sela, Jung?”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artinya: Di mana ada orang menjual nasi ketela, Yah?

3. Pa atau Bapa

Foto: Flicr.com/_paVan_

Sapaan ayah yang satu ini terdengar akrab di telinga kita karena sama dengan panggilan ayah pada umumnya yakni Bapak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain ditujukan bagi seorang ayah, panggilan Bapa juga biasanya digunakan untuk menyapa laki-laki yang sudah tua. Berbeda dengan Ajik dan Ajung, istilah Bapa ini hanya digunakan oleh orang-orang yang berasal dari kasta sudra atau jaba.

Contoh penggunaan Bapa dalam kalimat;

“Tiang lakar luas ka Jakarta, Bapa.”

Artinya: Saya mau berangkat ke Jakarta, Ayah.

Artikel terkait: Sebelum berlibur ke Bali, cek rekomendasi hotel ramah anak ini yuk, Bun!

4. Nang atau Nanang

Selain Bapa, orang-orang dari kasta sudra atau wangsa jaba juga memiliki sebutan lain untuk seorang ayah atau ayah mertua, yaitu Nanang. Tidak diketahui pasti asal-muasal kata ini, yang jelas pemakaiannya di masyarakat berbaur dengan sebutan Bapa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hanya saja, pergeseran zaman membuat istilah ini makin jarang digunakan dan seringkali hanya didengar di daerah pedesaan.

Contoh penggunaan Nanang dalam kalimat;

“Nyen ngejang baju daki dini, Nang?”

Artinya: Siapa yang menaruh baju kotor di sini, Ayah?

5. Guru

Jika pada umumnya guru adalah sebutan untuk pengajar, di Bali, sapaan ini tidak hanya ditujukan untuk seorang pengajar saja. Di beberapa daerah, istilah Guru juga merujuk pada ayah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penggunaan kata guru untuk memanggil ayah tidak lepas dari ajaran Catur Guru dalam  agama Hindu. Catur Guru adalah Guru Swadyaya (Tuhan yang maha kuasa), Guru Wisesa (Pemerintah), Guru Pengajian (guru di sekolah) dan Guru Rupaka (orangtua). Empat guru itulah yang patut disembah, dihargai dan dihormati sesuai ajaran sehingga manusia terbebas dari kegelapan (Awidya ) menuju kepada pencerahan (Widya).

Dalam keluarga, ayah berperan sebagai guru rupaka, karena itu sapaan guru juga dipakai sebagai panggilan untuk ayah. Istilah ini biasanya hanya digunakan oleh kasta sudra.

***

Itulah kelima panggilan untuk ayah dalam Bahasa Bali. Namun, perkembangan zaman telah membuat pergeseran kebiasaan sehingga beberapa bagian masyarakat mulai meninggalkan penggunaan kata sapaan ini. Di beberapa daerah, terutama perkotaan, orang-orang sudah biasa mengganti sapaan Ajik, Ajung, Nanang dsb dengan sebutan bapak, ayah, dan bahkan papa.

Apakah Parents masih menggunakan panggilan dalam Bahasa Daerah di rumah? Membiasakaan menggunakan bahasa daerah atau panggilan dalam bahasa daerah pada anak juga perlu, agar si kecil tak melupakan jati dirinya.

Baca juga: