Bali ternyata punya beberapa pakaian adat, lho, Parents. Masing-masing pakaian adat Bali itu digunakan untuk kepentingan acara yang berbeda.
Mulai dari acara adat, sembahyang, hingga aktivitas sehari-hari.
Berikut ini nama pakaian adat Bali berikut fungsi dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Artikel Terkait: 11 Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bali yang Sarat Makna
Jenis Pakaian Adat Bali beserta Ciri Khasnya
1. Pakaian Adat Bali Payas Agung
Dalam situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dijelaskan mengenai jenis-jenis pakaian adat tradisional Bali.
Buku Tata Rias Pengantin Bali (terbitan Gramedia Pustaka Utama, 2020) karya Dr. Dra. A.A. Ayu Ketut Agung, M.M. dan Ade Aprilia juga menjelaskan bahwa pakaian adat Bali terbagi dalam tiga tingkatan. Yaitu:
- Payas Agung
- Payas Madya
- Payas Nista
Baju adat tradisional Bali Payas Agung berasal dari Kabupaten Buleleng di mana tampilannya jauh lebih menawan dan mewah dari baju tradisional Bali lainnya.
Pada masa Kerajaan Badung, Payas Agung khusus digunakan untuk keluarga kerajaan saat menghadiri berbagai acara adat.
Seperti pernikahan, munggah deha (upacara kedewasaan), pitra yadnya (ngaben), mesagih (upacara potong gigi), juga upacara adat penting lainnya.
Oleh karena kebutuhannya yang khusus, jadi wajar jika penampilan pakaian adat Bali Payas Agung lebih spesial dibanding yang lainnya.
Artikel Terkait: Mengenal Pakaian Adat Aceh yang Dipengaruhi Ragam Budaya
Busana dan Riasan Payas Agung untuk Wanita
Untuk perempuan, Payas Agung terdiri dari atasan dan bawahan dengan warna dan corak yang mewah khas Bali.
Atasannya disebut angkin prada (serupa stagen) yang dilengkapi selendang yang disampirkan di bahu.
Bawahan berupa songket khas Bali yang panjangnya sampai semata kaki.
Tatanan rambut Payas Agung adalah sanggul yang dihiasi mahkota berbahan emas. Di atas sanggul diletakkan hiasan bunga cempaka kuning, cempaka putih, dan kenanga yang disusun sangat tinggi.
Tiga bunga itu melambangkan Tri Mukti. Sedangkan posisinya yang tinggi (di kepala) melambangkan kedudukan Tuhan yang tinggi dan diyakini dalam kepercayaan Agama Hindu.
Ketiga bunga ini merupakan simbol dari tiga dewa dalam kepercayaan Hindu. Jurnal Simbol Tri Murti dalam Payas Aung Pengantin Bali (Ida Ayu Gede Prayitna Dewi) menjelaskan, cempaka kuning sebagai lambang Dewa Brahma, cempaka putih melambangkan Dewa Siwa, dan kenanga adalah lambang Dewa Wisnu.
Secara keluruhan, keindahan bunga-bunga ini melambangkan kepercayaan, kepatuhan, kesucian, kesakralan, kemagisan, dan bagian dari saran sembahyang.
Perhiasan lain yang digunakan saat mengenakan Payas Agung adalah gelang kana, petitis, badong, puspa lembo, subeng, dan lainnya di mana semua berwarna emas.
Riasan wajah juga dibuat khas dengan nilai filosifis yang dalam. Bagian dahi digambar membentuk lengkungan atau srinata.
Melansir Kompas, pada buku Busana Adat Bali (2004) karya Anak Agung Ayu Ketut Agung, fungsi srinata adalah untuk mengoreksi bentuk dahi.
Pada dahi diletakkan bulatan kecil berwarna merah yang melambangkan keselamatan dan kesejahteraan.
Payas Agung untuk Pria
Kaum pria mengenakan kamben, kampuh, dan umpal bermotif keemasan.
Sama seperti perempuan, kepalanya juga dihias, tapi menggunakan hiasan destar atau udeng yang terbuat dari kain khas bali.
Untuk melengkapi penampilannya dengan Payas Agung, para pria Bali membawa sebilah keris yang dihiasi batu mulia.
Selain membuat menambah kesan mewah, keris juga menunjukkan kekuatan.
Aksesori lainnya ada subeng, gelang kana, gelang naga satu, dan badong.
Artikel Terkait: Mengenal 9 Jenis Pakaian Adat Daerah Maluku yang Sederhana dan Unik
2. Pakaian Adat Bali Payas Madya
Pakaian adat Bali Madya khusus dikenakan saat melakukan upacara atau persembahyangan ke pura.
Pada pria dan wanita, baju adat Bali Madya memiliki arti atau filosofi yang berbeda.
Secara umum, busana ini mengemban konsep tapak dara atau Swastika. Penjabarannya sebagai berikut:
- Leher ke kepala disebut Dewa Angga.
- Pusar ke leher disebut Manusa Angga.
- Bawah pusar ke kaki disebut Butha Angga.
Baju Adat Bali Payas Madya untuk Pria
Yang dikenakan pada konsep busana tradisional Bali Madya pada pria adalah:
- Udeng
Merupakan kain penutup kepala yang diikat dari dari dua sisi, yakni ujung kanan dan ujung kiri.
Kedua sisi itu melambangkan negatif dan positif di mana setelah saling bertemu keduanya akan menjadi netral.
Udeng juga melambangkan pengendalian diri. Umumnya ada tiga jenis udeng di Bali.
Yaitu, Udeng Jejateran (dikenakan saat ke kuil dan kegiatan sosial), Udeng Kepak Dara (dikenakan para raja), dan Udeng Beblatukan (dikenakan pemimpin agama).
- Kemeja
Kemeja putih yang melambangkan kesucian dikenakan saat berkunjung ke pura atau sembahyang.
Sedangkan kemeja hitam melambangkan berkabung, biasa dikenakan saat menghadiri upacara Ngaben (upacara kematian).
- Kamben
Ini adalah kain panjang yang digunakan sebagai bawahan untuk menutupi pinggang hingga sejengkal di atas telapak kaki.
Sama seperti udeng, kamben juga dililit dari kiri ke kanan. Ini mengartikan laki-laki harus memegang kebenaran atau dharma.
Posisi kamben yang sejengkal di atas telapak kaki melambangkan laki-laki harus melangkah lebih jauh karena tanggung jawab yang diembannya.
Lelancingan atau ujung kain yang menyentuh tanah melambangkan kejantanan dan bakti terhadap ibu pertiwi.
Baju Adat Bali Payas Madya untuk Wanita
Pakaian tradisional Payas Madya untuk wanita terdiri dari:
- Kebaya merupakan atasan yang pemilihan warna dan tujuan penggunaannya juga sama seperti kemeja pada pria.
- Kamben. Berbeda dari pria, kamben untuk wanita dililit dari kanan ke kiri. Ini simbol sakti atau kekuatan penyeimbang laki-laki di mana si wanita harus bisa menjaga pria dalam menjalankan dharmanya.
- Bulang atau stagen. Dikenakan setelah mengenakan kamben (sebelum kebaya). Merupakan simbol rahim, serta bermakna agar sebagai wanita harus mampu mengontrol emosinya.
- Selendang yang diikatkan di pinggang sebagai simbol badan yang sudah terbagi dua, yaitu Manusa Angga dan Butha Angga.
- Gaya rambut yang dibedakan pada wanita yang belum menikah dan sudah menikah. Yang belum menikah menata rambunya model pusung bonjer, yaitu model rambut setengah diikat dan setengah dibiarkan tergerai (bagian depan). Yang sudah menikah menggunakan model sulinggih, gaya rambut yang diikat seutuhnya menyerupai kupu-kupu berhiaskan bunga cempaka kuning, cempaka putih dan sandat.
Artikel terkait: Pakaian Adat Sunda, Dahulu Dibedakan Berdasarkan Status Sosial
3. Pakaian Adat Bali Nista
Pakaian adat Bali Payas Nista dikenal juga sebagai Payas Alit.
Dalam bahasa Indonesia, ‘alit’ berarti kecil, di mana busana ini merupakan busana dalam tingkatan yang paling rendah dibandingkan dua jenis pertama.
Payas Alit kerap digunakan sehari-hari dalam kegiatan ngayah (gotong royong) dan sembahyang harian di rumah ataupun ke pura.
Zaman dahulu, busana ini diperuntukkan rakyat biasa, seperti petani atau nelayan. Meski terkesan kurang mewah, tapi yang mengenakannya tetap terlihat anggun, kok.
Ciri khas dari busana ini adalah warnanya yang putih bersih. Pemakainya mengenakan udheng dan kamen untuk pria, serta selendang dan kamen pada perempuan.
Artikel Terkait: 10 Potret Anak Artis Indonesia dengan Pakaian Adat Khas Bali, Gemas!
Apa pun tingkatan pakaian ini secara adat, ketiga pakaian adat Bali ini tetap cantik saat dikenakan, ya, Parents.
***
Baca Juga:
Baju Adat Betawi untuk Laki-laki, Perempuan, dan Pakaian Pengantin
16 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia, Ada Rebab dan Kecapi
Beraneka Ragam, Ini 25 Tarian Tradisional dari Berbagai Provinsi di Indonesia