Tak ada kata yang mampu menggambarkan perasaan orang tua kehilangan anak. Tak hanya hanya sedih, perih, atau terluka karena raga sang buah hatinya tak lagi bisa lagi berada di sampingnya.
Hal inilah yang baru saja dirasakan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya atas meninggalnya Emmeril Kahn Mumtadz. Kepulangan putra pertama mereka menyisakan duka yang sangat mendalam bagi keduanya.
Meski telah ikhlas, semua bisa melihat betapa hancurnya hati orang tua kehilangan anak. Eril sapaan akrab Emmeril dikabarkan hilang di Sungai Aaree Swiss pada 26 Mei 2022 lalu. Dua pekan kemudian, tepatnya pada 8 Juni 2022, jenazahnya ditemukan di Bendungan Engehalde, Bern.
Terkait kejadian ini, orang-orang kemudian mengingat sebuah cuplikan adegan dalam drama Korea Hi Bye, Mama! Di dalamnya terdapat sebuah dialog yang begitu dalam.
“Istri yang kehilangan suaminya disebut janda, suami kehilangan istri disebut duda, anak yang kehilangan orang tua disebut yatim. Namun, tidak ada sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya. Sebab, tidak ada yang bisa membayangkan betapa mengerikan perasaan mereka saat itu.”
Artikel terkait : 9 Seleb yang Kehilangan Anak untuk Selamanya, Ada Indra Bekti dan Uki Eks Noah
Orang Tua Kehilangan Anak Bisa Jadi Trauma Terburuk dalam Hidup Mereka
Sumber : unsplash
Meninggalnya seorang anak merupakan hal yang paling traumatis bagi kehidupan orang tua. Kematian buah hati membawa begitu banyak kesedihan bagi ayah dan ibunya. Itu menjadi momen yang sangat ditakuti, menyakitkan, dan tidak bisa diterima begitu saja.
“Kematian seorang anak dianggap sebagai satu-satunya penyebab stres terburuk yang bisa dialami seseorang,” ungkap Deborah Carr, ketua departemen sosiologi di Universitas Boston seperti dikutip dari Fatherly.
Orang tua memiliki rasa tanggung jawab dan kasih sayang untuk merawat anak mereka. Bahkan, sebagian besar tujuan hidup orang tua adalah untuk melakukan tugas itu. Saat anak meninggal, mereka tidak hanya kehilangan orang yang dicintai tetapi mereka juga kehilangan alasan mereka untuk melanjutkan hidup.
Artikel terkait : 7 Artis Muda Kehilangan Orang Tua Sebelum Menikah, Inilah Kisahnya!
Dampak Kematian Anak Terhadap Orang Tua
Sumber : unsplash
Setiap individu memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi kematian buah hati mereka. Beberapa orang bisa melanjutkan hidup setelah kehilangan anak tercinta. Namun, tidak sedikit juga yang perlu berjuang dengan traumanya. Sebab, tidak bisa dipungkiri kematian anak meninggalkan dampak yang begitu besar.
1.Terjadi Gangguan Kesehatan pada Orang Tua Kehilangan Anak
Kesedihan yang mendalam bisa memicu stres kronis. Mereka mungkin mulai mengalami gangguan makan dan tidur setelah buah hatinya meninggal.
Gail Saltz, seorang psikiater di NY Presbyterian Hospital Weill-Cornell School of Medicine menyebut hal ini bisa menimbulkan efek yang berkelanjutan pada kesehatan tubuh. Saat stres tubuh melepaskan katekolamin yang juga dikenal sebagai hormon stres. Ini biasa mengganggu kinerja otot jantung.
2. Menimbulkan Depresi
Sebuah penelitian pada 2008 tentang dampak Psikologis kematian anak terhadap orang tua, menemukan bahwa trauma kehilangan anak tidak dapat sembuh dengan cepat dari waktu ke waktu. Bahkan, ada yang masih merasa trauma setelah 18 tahun.
Beberapa orang tua yang kehilangan anak, dilaporkan mengalami banyak gejala depresi, kesejahteraan buruk, dan mengalami banyak masalah kesehatan.
3. Berisko Muncul Keinginan untuk Bunuh Diri
Orang tua yang tidak mengalami komplikasi depresi yang serius mungkin bisa sembuh dengan lebih cepat. Sebaliknya Kirsten Fuller, seorang dokter dan penulis klinis untuk pusat perawatan Center of Discovery mengungkapkan skenario terburuk kehilangan seorang anak adalah keinginan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.
4. PTSD (gangguan stres pascatrauma)
Kematian seorang anak sangat mungkin menimbulkan gangguan mental PTSD. Hal ini sebenarnya kondisi yang normal bagi orang yang sedang berduka. Mengutip Join Cake, ada beberapa gejala PTSD yang sering muncul.
- ketakutan
- kepanikan memasuki situasi tertentu
- selalu menghindar atau menyangkal
- pembicaraan diri yang negatif
- pikiran tak terkendali.
Artikel terkait : 11 Orang Tua Artis Meninggal di Tahun 2021, Banyak karena Terpapar COVID-19
Saat Orang Tua Kehilangan Anak, Bagaimana Cara Menghadapinya?
Sumber : unsplash
Berduka adalah hal yang manusiawi. Namun, alangkah lebih baik hal tersebut tidak terjadi berlarut-larut. Trauma pascakematian buah hati perlu segera disembuhkan sebelum berkembang menjadi buruk dan mengerikan.
Berikut beberapa hal yang dilakukan untuk menghindari trauma atas kematian anak.
1. Beri Waktu untuk Berduka
Nadya Pramesrani, selaku psikolog klinis dewasa mengatakan, hal utama yang dan penting untuk dilakukan adalah memiliki waktu untuk untuk berduka. Adalah wajar jika di awal merasakan sedih, merasa kehilangan, kecewa, hancur dan merasa bersalah bahkan mungkin rasa denial. “Jadi, yang pertama perlu dilakukan adalah take time to grieve,” tukasnya pada theAsianparent.
2.Terima Support System dari Orang Terdekat
Co-Founder – Rumah Dandelion ini melanjutkan, “Kalau memang berkenan, sebaiknya tidak sendiri. Karene memang ada risiko spiraling down menjadi depresi sangat tinggi. Berdukalah bersama pasangan. Take turns untuk sama-sama mengeluarkan emosi yang dirasakan. Rasa sedih, kecewa, merasa gaga, atau pun merasa bersalah.”
Nadya menambahkan, “Proses emosi ini perlu dilakukan tanpa menyalahkan siapa-siapa. Part ini sebenarnta akan sulit. Perlu waktu dan usaha bersama-sama pasangan.”
Penting untuk bisa membuka perasaan, khususnya pada pasangan. Pun padaorang terdekat lainnya. Meski mereka tidak dapat membantu, mungkin mereka bisa menyadari tanda-tanda awal yang mengarah kepada trauma yang buruk.
3. Tidak Perlu Terburu-buru
Terburu-buru di sini, dalam artian memberikan waktu untuk diri sendiri bersedih, kehilangan. Berdukalah. “Tidak perlu rushing things untuk menganggap bahwa semuanya sudah normal. Di sini yang benar-benar diperlukan memang support group,” terang Nadya lagi.
4.Menerapkan Self Care
Ini mungkin berbeda pada setiap orang. Bentuk umum perawatan diri meliputi pola makan yang baik, berolahraga, dan melakukan aktivitas yang menenangkan. Beberapa orang menemukan jalan perawatan diri melalui latihan spiritual, meditasi, dan refleksi.
5.Lakukan Konseling
Menyembuhkan diri dari pengalaman traumatis tentu membutuhkan waktu berbulan-bulan. Cobalah untuk melakukan konseling dengan meminta bantuan profesional. Orang tua bisa melakukan terapi untuk mengelola kesedihan, stres, dan kecemasan yang dirasakan dengan tepat.
Itulah alasan mengapa orang tua yang kehilangan anaknya menjadi trauma yang begitu mengerikan sampai-sampai tidak ada kata yang bisa mendeskripsikannya. Tidak semua orang tua setegar Ridwan Kamil dan Atalia dalam melepas kepergian. Jika Perents mengalami trauma mendalam setelah kematian anak, segera lakukan konseling untuk menyembuhkannya!
***
Baca juga :
Bocah Ini Kehilangan Setengah Jarinya di Eskalator, Peringatan Keras buat Ortu!
Mendengar, Bukti Kasih Sayang Kita pada Anak
Peringati Hari Anak Nasional, Ini 5 Perlindungan Anak Saat Pandemi dari KPAI
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.