Ada pepatah populer yang mengatakan, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Kalimat ini tentu sudah sangat sering kita dengar, ya Parents. Sekaligus mengingatkan kalau pentingnya orang tua jadi teladan.
Secara umum pepatah ini memiliki makna untuk menggambarkan sikap dan perilaku seorang anak dengan orang tuanya, baik itu ayah ataupun ibu. Bagi saya pribadi, pepatah ini sangat memotivasi saya agar selalu bertindak secara bijaksana dalam segala hal, khususnya dalam hal mendidik anak-anak.
Semua orang tua pasti memiliki harapan yang besar agar anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik di lingkungannya, dan harapan itu justru menjadi tempat bercerminnya kita sebagai orang tua. Makna sederhananya, kalau orang tua ingin anaknya menjadi anak yang memiliki kepribadian yang baik, maka mulailah dari kita sebagai orang tuanya untuk memberikan teladan yang baik pula.
Pentingta Orang Tua Jadi Teladan
Agama dan orang tua saya mengatakan bahwa seorang ayah dan ibu merupakan guru pertama untuk anaknya, jadi jangan heran kalau anak kita yang mungil itu selalu mencontoh apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan.
Saya juga sangat sering mendengar istilah “Children see, children do” di dunia parenting, mungkin selain saya di luar sana juga sering mendengarnya, bukan?
Sebelum menikah dan sebelum memiliki anak, saya belum 100% percaya mengenai hal itu karena memang belum merasakannya. Tetapi setelah dikaruniai anak, istilah “Children see, children do” membuat saya mengangguk-anggukkan kepala sambil mengatakan “Oh! Ternyata benar, mereka peniru yang ulung! It’s Amazing”.
Apakah Parents merasakaan hal yang sama? Hal inilah yang menjadikan saya dan suami akhirnya mempunyai tekad yang kuat untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kami menjadi lebih baik lagi, karena kami menyadari bahwa pentingnya orang tua jadi teladan, bahwa kami memiliki murid yang cerdas sekarang.
Saya dan suami bersepakat menerapkan pola asuh anak berbasis keteladanan.
Mulailah dari Hal yang Sederhana
Kami mulai dari hal-hal yang sederhana, misalnya mengucapkan salam jika masuk ke dalam rumah, berpamitan jika ingin pergi, berbicara dengan santun, lembut dan jelas, mengucapkan “tolong” jika ingin meminta bantuan, mengucapkan “terima kasih” jika sudah dibantu, mengucapkan “maaf” jika bersalah, dan karena kami beragama Islam, maka jika sudah terdengar suara adzan akan segera melaksanakan sholat, membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca buku, membuang sampah pada tempatnya, dan hal-hal sederhana yang lainnya.
Prinsip yang kami pegang dalam pola asuh ini adalah membantu anak-anak agar mereka lebih mudah mewujudkan harapan dari kami sendiri. Kami percaya dengan memberi keteladanan yang baik secara intens dan konsisten, anak akan menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang melekat pada kepribadiannya.
Rasa takjub dengan terbuktinya “children see, children do” melalui anak saya, membuat saya pribadi semakin semangat untuk melakukan semua hal-hal yang baik dan bermanfaat. Karena ketika saya ingin memberi contoh yang baik kepada anak, maka saya harus melakukannya terlebih dahulu, sehingga terjadilah simbiosis mutualisme antara anak dan orang tua.
Dan tanpa disadari, ternyata mereka adalah guru terbaik dalam hal meningkatkan kapasitas saya agar menjadi orang tua yang memiliki jiwa keteladanan.
Di suatu siang, saya dikejutkan oleh anak saya yang masih berusia 18 bulan yang mana ketika itu kami sedang berbaring dengan santai di tempat tidur. Lantunan adzan pun terdengar dari arah mesjid, lalu dengan seketika dia duduk dan turun dari tempat tidur lalu mengatakan, “Amma adan, Amma coat (Ma, udah adzan, Ma, ayo sholat)”.
Wow, saat itu saya benar-benar takjub, terharu, bahagia, dan kaget, semua emosi itu menumpuk jadi satu. Saya langsung menyambut ajakannya dengan antusias lalu menuntunnya ke kamar mandi untuk berwudhu bersama-sama.
Parents tahu tidak, peristiwa ini adalah hadiah terbaik selama hidup saya, benar-benar membahagiakan hati. Setelah itu, saya merenungi ajakan sholat dari si kecil tadi yang akhirrya membuat saya berpikir bahwa memberi teladan adalah didikan terbaik untuk anak-anak saya.
Sekali lagi, peristiwa ini membuat saya dan suami semakin semangat untuk menyusun kurikulum pola asuh versi kami, bahwa anak butuh contoh konkret dan pentingnya orang tua jadi teladan.
Tantangan Saat Praktik Orang tua Jadi Teladan
Setiap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam pendidikan anak pasti ada tantangan tersendiri, begitu pula dengan pola asuh keteladanan ini. Menurut pengalaman saya selama menjadi seorang ibu yang bersepakat menjadikan keteladanan sebagai pola asuh, tantangan pertama berasal dari diri saya sendiri.
Oleh karena saya ingin memberikan contoh perilaku maupun perkataan kepada anak, maka saya harus mengerjakann kebiasaan yang baik dengan konsisten terlebih dahulu. Padahal, konsistensi itulah yang sangat sulit untuk dilakukan.
Disamping itu orang tua juga dituntut untuk bersabar, karena setiap didikan pasti membutuhkan waktu untuk dapat melihat hasilnya.
Tantangan kedua adalah perihal waktu, di mana ayah atau bunda harus bekerja seharian dan hanya memiliki waktu bertemu dengan anak di malam hari ketika sudah pulang kerja.
Tetapi setiap masalah pasti ada solusinya, mindset yang harus dibangun adalah terbatasnya waktu bertemu bukan berarti terbatasnya cinta dan kesempatan untuk mendidik sang buah hati.
Ditulis oleh Silfia Deviani, VIPP Member theAsianparent ID
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.