Saat ini mungkin banyak pasangan yang dihadapkan dengan kondisi seperti saya, menunggu kehadiran sang buah hati. Padahal sebelum menikah persiapan kehamilan sudah dilakukan dengan baik. Di satu sisi, kami harus menghadapi banyak mitos seputar program hamil.
Persiapan menyambut buah hati sudah dilakukan bersama suami. mulai dari cek kesehatan, olahraga, hingga konsumsi berbagai multivitamin untuk menjaga kesuburan sudah diusahakan. Sayangnya kehadiran dua garis biru mungkin belum menjadi rezeki kami.
Semakin lama bertambahnya usia, wajar kiranya jika kami merasa sedikit panik. Terutama di masa pandemi, tentunya pertemuan dengan dokter kini lebih banyak diagendakan secara virtual.
Dalam mengusahakan kehadiran sang buah hati, bukan hanya manajemen kesehatan, jadwal berhubungan, cek kalender kesuburan dan manajemen stress. Tapi kami juga belajar bahwa ada yang harus diwaspadai yaitu mitos!
Semakin banyak orang yang terlibat dalam program kehamilan kami, tidak jarang hari-hari kami dibumbui oleh beberapa mitos yang katanya bisa bisa mempercepat kehadiran sang buah hati.
Mulai dari larangan-larangan melakukan hal-hal tertentu hingga anjuran untuk melakukan hal diluar akal sehat dilontarkan beberapa kerabat dan teman dekat. Di sini saya bagi berapa mitos seputar program hamil yang bertolak belakang dengan anjuran dokter kami.
Artikel terkait: Menanti Kehadiran Buah Hati Selama 3 Tahun, Ternyata Ini Rasanya Menjadi Ibu
1. Berhubungan Badan Tiap Hari, Kalau Bisa Sehari Tiga Kali
Ini anjuran beberapa kerabat yang umurnya di atas kami, dan ya mereka laki-laki. Menurut mereka menambah intensitas hubungan bisa meningkatkan peluang untuk bisa memiliki keturunan.
Namun menurut dokter saya, perhitungan waktu ketika masa subur dan juga jeda waktu bagi pria untuk memproduksi sperma secara optimal perlu diperhatikan.
2. Makan Banyak Daging Merah Tiap Hari untuk Meningkatkan Kesuburan
Tidak ada yang salah dengan mengkonsumsi daging merah, justru konsumsi protein hewani secara seimbang bisa membantu meningkatkan kesuburan. Masalahnya, konsumsi daging merah jangan dijadikan santapan harian jika tidak diimbangi dengan serat, sayur dan buah. Mitos ini juga tidak saya lakukan.
Artikel terkait: 5 Suplemen Kesuburan untuk Bunda yang Tengah Menanti Buah Hati
3. Jangan Ke Dokter, Percaya Sama Orang Tua
Ini banyak dilontarkan, terutama karena belum memiliki anak dianggap adalah suatu aib. Berkunjung ke dokter tampaknya seperti memberi validasi kalau memang kami sangat sulit memiliki keturunan. Padahal semenjak kami menikah, justru wawasan dan cara pandang kami pada program kehamilan yang baik semakin terbuka.
Terlebih saya beruntung memiliki pasangan yang mau terlibat dalam tiap sesi program kehamilan. Sugesti positif ini sangat dianjurkan terutama membentuk hormon yang mendukung dalam proses mengusahakan kehadiran sang buah hati.
4. Konsumsi Banyak Obat Herbal Penyubur
Tawaran berbagai obat herbal juga salah satu bentuk mitos yang paling sulit untuk ditolak. Apabila kami menolak karena takut kontra dengan obat dan suplemen dari dokter, maka akan menganggap tidak menghargai nasehat mereka.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan mengkonsumsi obat herbal selama tahu dosis dan penggunaan yang tepat. Namun memaksa untuk mengkonsumsi jenis tertentu tanpa tahu riwayat kesehatan seseorang tentu malah akan berbahaya. Selalu konsultasikan dengan dokter adalah jawaban yang paling tepat.
Artikel terkait: “Jadi Omongan Orang, Masalah Kesuburan, hingga Keguguran,” Itulah Perjuanganku Mendapat Momongan
5. Mitos Seputar Program Hamil: Gemuk Buat Istri Bisa Cepat Hamil
Postur tubuh kurus sering dijadikan alasan mengapa istri jadi susah hamil. Beberapa kerabat selalu menyarankan untuk menggemukkan badan dengan alasan agar rahim juga subur. Padahal tidak ada korelasi bahwa berat badan meningkat juga akan membuat rahim ikut subur. Memang beberapa suplemen kehamilan memiliki efek samping meningkatkan nafsu makan. Namun bukan berarti harus gemuk dan memiliki berat badan berlebih. Memastikan asupan gizi seimbang sesuai kebutuhan dalam program kehamilan jauh lebih baik.
6. Stigma Masalah Kehamilan Pasti Ada di Istri
Di belahan dunia manapun masih kita temukan stigma sulit punya anak pasti masalah ada di istri, padahal tidak selamanya demikian. Bisa jadi suami juga memiliki peran dalam tertundanya kehadiran sang buah hati. Kerjasama suami istri dalam melakukan program kehamilan juga sangat dianjurkan.
Meski keduanya dinyatakan sehat, ada baiknya suami juga tetap menjaga kesehatan dan mentaati anjuran dokter agar program kehamilan berhasil dan buah hati cepat hadir. Mitos orang tua bahwa permasalahan pasti ada pada istri justru bisa menjatuhkan mental, bahkan juga malah menimbulkan keretakan rumah tangga.
Mengusahakan kehamilan bagi sebagian orang memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak hal yang menjadi kendala sekalipun suami dan istri dinyatakan sehat. Faktor stress, kelelahan karena pekerjaan dan gaya hidup kurang sehat juga bisa menjadi penyebabnya.
Adapun mitos seputar program hamil yang terpaksa harus dihadapi ada baiknya dipertimbangkan lagi. Mengikuti saran dokter menurut saya jauh lebih baik daripada mengorbankan diri sendiri.
Ditulis oleh Puspa Sari, UGC Contributor theAsianparent.com.
Artikel UGC Contributor lainnya:
4 Tips Ajak Anak Keluar Rumah Saat Pandemi, Tak Sekadar Pakai Masker
Kekurangan Darah Saat Hamil? Jangan Khawatir, Yuk Rutin Konsumsi 5 Buah Ini!
Ini Pelajaran yang Kuperoleh Selama Menjalani "Long Distance Marriage"