Parents, pasti sudah tidak asing dengan mitos larangan pernikahan antara suku Jawa dan suku Sunda. Namun, sudahkah Parents tahu bahwa penyebabnya berkaitan dengan sejarah di masa lampau? Yuk, simak informasi mitos pernikahan Jawa Sunda berikut!
Mitos Pernikahan Jawa Sunda
Sumber: Pexels
Mitos larangan pernikahan suku Jawa dan suku Sunda masih dipercayai oleh banyak orang hingga saat ini. Hal tersebut seolah telah melekat dengan kepercayaan antara kedua suku tersebut. Mulanya larangan pernikahan tersebut berangkat dari soal permusuhan suku Jawa dan suku Sunda.
Namun, melansir dari buku Sandi Sutasoma, suku Jawa dan suku Sunda pernah mengalami kejadian pahit karena kesalahan dari seorang pemimpin yaitu Gajah Mada.
Bermula dari Gajah Mada yang Ingin Menyatukan Nusantara
Sumber: satrianesia.com
Alkisah, Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara dalam kekuasaan Majapahit. Namun, Kerajaan Sunda yang berada di bagian barat Pulau Jawa menolak hal tersebut.
Sikap tersebut dianggap menodai Sumpah Palapa yang telah disiapkan Gajah Mada. Akhirnya terjadilah perseteruan antara Kerajaan Pakuan Pajajaran di Tanah Sunda dan Kerajaan Majapahit di Tanah Jawa.
Jika kita lihat dari urutan silsilah, raja-raja dari Kerajaan Pakuan Pajajaran memiliki hubungan darah dengan raja-raja Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit.
Sebenarnya, untuk mempertemukan keduanya dapat dilakukan hubungan diplomasi. Namun, hal tersebut ternyata tidak membuahkan hasil sehingga menyebabkan pertengkaran karena perbuatan Sang Patih.
Artikel terkait: 18 Artis Menikah Adat Sunda, Terlihat Anggun Memesona!
Gagal dalam Mempersatukan Nusantara
Sumber: Medium
Konflik memburuk ketika Hayam Wuruk jatuh cinta kepada Dyah Pitaloka Citraresmi yang merupakan seorang putri dari Kerajaan Sunda. Gajah Mada setuju dengan hal tersebut dan ingin menjadikan pernikahan tersebut sebagai bukti Kerajaan Sunda takluk pada Kerajaan Majapahit.
Hayam Wuruk jatuh cinta pada sang putri dari Kerajaan Padjajaran setelah melihat lukisan seorang seniman bernama Sungging Prabangkara. Tidak semudah itu, utusan Kerajaan Sunda tidak setuju dan menolak untuk takluk kepada Kerajaan Majapahit. Akhirnya, beberapa waktu dekat Hayam Wuruk akan menikah dengan Dyah Pitaloka, Putri Pajajaran.
Gajah Mada tidak puas dengan hal tersebut, dia menganggap pernikahan tersebut akan mengukuhkan Kerajaan Pajajaran sebagai negara yang berdaulat dan setara dengan Kerajaan Majapahit.
Tak gentar, Maha Patih pun berbalik menyerang pasukan Kerajaan Pajajaran yang pada saat itu telah berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit, di pantai Bubat. Diserangnya pasukan pengiring raja, putri serta petinggi negara yang tidak siap berperang.
Karena hal tersebut, seluruh utusan Kerajaan Sunda pun tewas, termasuk Maharaja Linggabuana dan Putri Dyah Pitaloka. Konon pada saat itu Dyah Pitaloka menusuk dadanya sendiri.
Dengan tewasnya anggota keluarga Kerajaan Pajajaran, Pangeran Niskalawantu Kancana yang ditinggal di istana kemudian diangkat menjadi penerus tahta Kerajaan Padjajaran.
Artikel terkait: 7 Potret Resepsi Pernikahan Adik Ayu Ting Ting dengan Adat Sunda
Sikap Gajah Mada Memiliki Dampak Bagi Suku Jawa dan Suku Sunda Hingga Saat Ini
Sumber: thebridedept.com
Maha Patih memang berhasil menaklukkan Kerajaan Pajajaran, namun dampaknya adalah hingga hari ini tidak ada perdamaian antara keduanya.
Tujuan dari Maha Patih ingin mempersatukan kepulauan Nusantara agar menciptakan kedamaian. Namun, sikap pembenarannya dan rasa ingin menang sendiri yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan tersebut justru berakhir tidak baik bagi kedua belah pihak.
Peristiwa itu merusak hubungan kedua kerajaan, antara Kerajaan Padjajaran dengan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Pajajaran yang dipimpin Niskalawantu menegaskan untuk melarang penduduknya menikah dengan orang dari luar kerajaan.
Sebagian orang kala itu menafsirkan aturan ini sebagai larangan untuk tidak menikah dengan orang dari Kerajaan Majapahit alias orang Jawa.
Hingga kini, sentimen itu masih tersisa. Jika diperhatikan, kamu tidak akan menemukan nama jalan “Gajah Mada” atau “Majapahit” di provinsi Jawa Barat.
Itulah awal mula mitos permusuhan antar suku Jawa dan suku Sunda yang terus berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut juga mengakibatkan para calon pasangan suku Jawa dan suku Sunda kebanyakan memilih tidak melanjutkan hubungannya ke pelaminan.
Demikian informasi mengenai mitos larangan pernikahan suku Jawa dan suku Sunda. Terlepas dari latar belakang perbedaan suku Jawa dan Sunda, harus diakui bahwa setiap suku memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Akan lebih bijak apabila menentukan sebuah pernikahan dengan pertimbangan logis dan matang. Bagaimana menurut Anda?
8 Potret Pernikahan Ashilla Zee: Khidmat dengan Adat Jawa
11 Artis Pakai Baju Adat Jawa Dodotan Saat Menikah, Sakral dan Agung!
Mitos Anak Sulung Menikah dengan Anak Bungsu Nyata di Pernikahanku
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.