Memenuhi asupan zat gizi atau nutrisi anak penting untuk tumbuh kembangnya agar bisa optimal. Namun, tahukah Parents ada berbagai mitos nutrisi anak yang masih beredar di masyarakat?
Berbagai mitos yang masih dipercaya tersebut ternyata bisa memengaruhi tumbuh kembang si kecil. Hal ini karena asupan zat gizi yang tak optimal bisa berisiko pada kesehatan si kecil. Misalnya, imunitas yang menurun, perkembangan yang terlambat, hingga gagal tumbuh.
Apa saja, ya, berbagai mitos yang sebaiknya tak lagi dipercaya?
10 Mitos Nutrisi Anak yang Sebaiknya Diabaikan
1. Memberikan Menu MPASI Tunggal
Setelah 6 bulan pertama diberikan ASI, langkah selanjutnya ialah orangtua hendaknya memberikan MPASI yang sesuai. Terkait dengan hal ini, rupanya pemberian menu MPASI tunggal sudah tak disarankan.
Menurut dr. Meta Hanindita, SpA, menu tunggal sudah tak direkomendasikan oleh WHO maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hal ini karena pemenuhan menu tunggal dianggap tidak bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Oleh karena itu, pemberian MPASI dengan kandungan zat gizi lengkap lebih disarankan, agar kebutuhan zat gizi anak tetap terjaga sejak dini.
2. Air Mineral untuk Bayi ASI Eksklusif
Mitos lainnya yang juga beredar di masyarakat ialah bayi ASI eksklusif membutuhkan asupan air mineral. Padahal faktanya, bayi ASI eksklusif tidak perlu diberikan air mineral.
Sekitar 85% komposisi ASI itu sendiri adalah air. Ia baru butuh asupan air mineral ketika sudah menginjak usia 6 bulan dan memulai mengonsumsi MPASI.
3. Anak di Bawah 1 Tahun Tidak Boleh Makan Kuning Telur
Faktanya Parents, telur bisa dikonsumsi kapan pun setelah si kecil memulai MPASI. Anda juga bisa memberikan seluruh bagian telur, bukan hanya putih atau kuning telurnya.
Telur mengandung kolin yang amat baik untuk tubuh si kecil. Protein dan lemaknya pun baik untuk tumbuh kembang anak.
Akan tetapi, memberikan telur memang harus matang secara sempurna. Hal ini untuk menghindarkan anak dari risiko penyakit akibat bakteri Salmonella pada telur yang belum matang.
4. Gula dan Garam Tidak Boleh Ditambahkan pada MPASI
Apa yang Parents rasakan ketika mengonsumsi makanan yang rasanya hambar? Tentu tak nikmat, bukan?
Hal ini juga dirasakan oleh buah hati ketika makanannya terlalu hambar. Oleh karena itu, penambahan gula dan garam dalam MPASI boleh saja dilakukan.
Meski demikian, pemberiannya harus tetap dalam jumlah yang sedikit. Alternatif lain yang bisa Parents tambahkan ialah kaldu alami untuk menambah cita rasa makanan si kecil.
5. Anak Tidak Boleh Mengonsumsi Lemak
Parents sebaiknya jangan percaya pagi mitos yang mengatakan bahwa anak tak boleh makan sesuatu yang berlemak. Sebaliknya, makanan dengan kandungan lemak baik bisa mendukung tumbuh kembangnya yang optimal.
Asupan lemak penting untuk perkembangan otak anak. Lemak pun bisa menjadi cadangan energi di masa ia aktif bereksplorasi.
Nah, jadi makanan yang digoreng atau mengandung santan masih boleh, lho, diberikan. Namun, tetap perhatikan jumlahnya, ya.
6. Kopi Bisa Mengatasi Kejang
Sebetulnya tak ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa kopi bisa mencegah dan mengatasi bayi yang mengalami kejang. Memercayai atau bahkan mempraktikkan mitos ini rupanya bisa berbahaya.
Faktanya, saat memasukkan sesuatu ketika anak kejang itu bisa membahayakan anak karena bisa mengganggu jalan napas anak. Terlebih, memberikan kopi di kondisi tersebut yang belum ada dasar secara ilmiahnya.
7. Gula Memicu Sugar Rush
Anggapan gula bisa memicu anak jadi hiperaktif sebetulnya tak sepenuhnya salah maupun benar. Dahulu memang ada penelitian yang menyebutkan mengenai hal ini. Namun, penelitian tersebut dianggap tidak bisa digeneralisasi karena hanya meneliti satu orang anak.
Di sisi lain, bagi anak penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), asupan gula berlebih memang bisa memengaruhinya. Namun, pada anak tanpa diagnosis ADHD, asupan gula tak terkait dengan kondisi hiperaktif.
Hanya saja, kita memang sebaiknya tetap memerhatikan jumlah gula yang dikonsumsi anak. Asupan gula yang berlebih diketahui bisa berdampak pada kelebihan berat badan, merusak gigi, hingga kenyang sebelum, ia mengonsumsi makanan utama.
8. Ngemil antara Waktu Makan Tidak Dianjurkan
Faktanya Parents, camilan juga berperan untuk memenuhi asupan nutrisi yang optimal. Namun, kita memang harus memerhatikan jenis camilan yang dikonsumsi anak.
Pastikan camilan yang dimakan jenisnya sehat, seperti yoghurt, buah, keju, dan sebagainya. Mengonsumsi camilan juga bisa meredakan rasa lapar dan mencegah anak makan terlalu berlebihan.
9. MSG Memengaruhi Kecerdasan
Belum banyak yang mengetahui bahwa MSG merupakan salah satu bentuk asam amino. Nah, MSG ini juga sebetulnya banyak terkandung secara alami di berbagai jenis makanan, termasuk ASI.
Konsumsi MSG ini tidak akan memengaruhi kecerdasannya, khususnya bila MSG tersebut alami dari beragam makanan. Ada pun bila hendak diberikan MSG yang bukan alami, pemberian sesekali tak akan menjadi masalah asalkan memerhatikan jumlahnya.
10. Susu Formula Membuat Imunitas Bayi Menurun
Seorang bayi yang diberikan ASI eksklusif memang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. Namun, bukan berarti anak yang diberikan susu formula memiliki imunitas yang rendah.
Hal ini karena tidak ada satu pun kandungan dalam susu formula yang membuat bayi rentan sakit. Namun, memang bayi jauh lebih rentan terserang berbagai macam penyakit karena secara alami imunitasnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
Artikel Terkait : Bahaya MPASI dini untuk bayi di bawah 6 bulan, ini risikonya
Itulah beragam mitos mengenai asupan nutrisi anak di masa tumbuh kembangnya. Hendaknya kita tetap selalu kritis akan segala mitos yang beredar di tengah masyarakat.
Baca Juga :
Ini 5 resep MPASI dari buah-buahan, untuk bayi usia 7 bulan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.