Tak terasa pandemi sudah berjalan setahun. Tahun ini pula, putri saya tepat menginjak usia 2 tahun. Yup, saatnya kita bersiap-siap untuk menyapih! Namun, ada yang membuat saya masih ragu untuk mulai menyapih anak saat pandemi. Mungkin ibu-ibu lain juga merasakan hal yang sama?
Kegalauan Menyapih Anak Saat Pandemi
Jangankan kondisi pandemi seperti ini, sedang dalam kondisi normal pun pasti banyak kegalauan di benak para ibu. Setuju kan, Bunda? Belum lagi membayangkan saat harus menghadapi anak yang rewel saat disapih.
Selama masa pandemi ini, kebetulan perusahaan tempat saya bekerja memberlakukan sistem full bekerja dari rumah (WFH). Senang pastinya, bisa sambil memantau anak full dari rumah. Walaupun sempat kerepotan membagi waktu sambil bekerja, tapi bisa bertemu anak lebih lama itu salah satu privilege bagi ibu pekerja kantoran seperti saya.
Meskipun sebenarnya sudah memakai bantuan susu formula, aktivitas direct breastfeeding makin meningkat sejak saya WFH. Awalnya hal itu saya nikmati. “Belum genap 2 tahun, biarlah si kecil menikmati haknya, saya pun ingin ‘membayar’ waktu saya yang hilang,” pikir saya saat itu.
Sulit Menolak
Tibalah saatnya si kecil berulang tahun ke-2, persiapan menyapih belum juga saya lakukan. Saya akui, saya sudah terlena dengan privilege ini selama pandemi. Selain itu, keinginan sang anak menyusu memang makin kuat karena terbiasa saya ‘turuti’ di rumah. Walaupun susu formula juga diminum, variasi makanan dan camilan sudah diberikan, tetapi tidak juga mengurangi frekuensi si kecil meminta menyusu hanya untuk ‘kenyamanan’.
Saya mulai mengalami kegalauan saat usia penyapihan dimulai. Sesekali dan pelan-pelan saya coba mulai menolak permintaan si kecil, tapi saya luluh juga. Setiap saya menolak, si kecil pasti rewel. Kondisi ini malah membuat suasana di rumah menjadi tidak kondusif untuk bekerja. Saya sulit fokus, dan akhirnya menuruti permintaan si kecil, alih-alih tidak mau pusing dan stres menyapih anak di rumah sambil WFH.
Artikel terkait: Stres WFH Mulai Melanda, Lakukan 5 Cara Ini Agar Hati Tetap Bahagia
Pandemi Membuat Saya Ragu Menyapih
Selain karena ‘pusingnya’ menyapih sambil WFH, pandemi yang tak kunjung usai membuat saya ragu untuk menyapih. Saya sangat percaya keutamaan dan manfaat ASI. Saya tersugesti bahwa ASI juga turut melindungi si anak dari berbagai penyakit yang mengancam di masa pandemi ini.
Kita tahu saat ini kasus COVID-19 makin mengkhawatirkan, penyebarannya pun semakin mudah dan dekat. Beberapa orang terdekat di rumah pun sempat terinfeksi termasuk sang suami. Beruntung, saya dan si kecil dinyatakan negatif dan terlindungi dari virus yang makin banyak variannya itu.
Saat itu saya tersugesti bahwa aktivitas menyusui yang masih saya lakukan menjadi salah satu faktor yang melindungi kami dari penularan penyakit. Pikiran itu pun membuat saya makin galau untuk menyapih anak saat pandemi, walaupun saya belum tahu faktanya seperti apa. Benarkah menunda menyapih anak saat pandemi ada manfaatnya? Tapi, sampai kapan? Adakah dampaknya?
Haruskah Menunda Menyapih Anak saat Pandemi? Begini Penjelasan Dokter
Mungkin Anda Bunda yang juga mengalami kegalauan seperti saya. Untuk menjawab keraguan apakah harus menunda menyapih anak di tengah wabah seperti ini, ada baiknya kita mendengar saran dari dokter.
Manfaat Menyusui Selama Pandemi
Kandungan dalam ASI memang tak perlu diragukan lagi. ASI kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. Menurut dr. Gita Permatasari, Dokter Umum dan Konsultan Laktasi, kandungan antibodi dan imunoglobulin pada ASI memang sebagai proteksi untuk meningkatkan imunitas bayi. Belum lagi, kandungan antiviral, sitokin, dan leukosit yang mampu membantu bayi mempertahankan diri dari serangan virus jahat.
Selain memberi perlindungan bagi si kecil, aktivitas menyusui juga bermanfaat bagi sang ibu untuk meningkatkan hormon oksitosin, salah satu senyawa kebahagiaan.
Dikutip dari laman SehatQ, hormon ini berpengaruh terhadap kondisi mental dan dipercaya dapat mengurangi respons stres dan rasa cemas, serta berpengaruh pada keseimbangan psikologis dan relaksasi. Hal ini tentu akan sangat berperan saat menghadapi masa pandemi seperti sekarang.
Tetap Menyapih Anak Sesuai Jadwal
Menurut dr. Gita Permatasari, Dokter Umum dan Konsultan Laktasi, kandungan nutrisi dalam ASI memang tak perlu diragukan lagi sebagai perlindungan bayi dari berbagai serangan penyakit. Namun, bila usianya sudah lebih dari 2 tahun, anak tetap membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk menunjang tumbuh kembangnya.
“Untuk menyapih disarankan sesuai jadwal, yaitu ketika anak memasuki usia 2 tahun dan sudah siap disapih. Tidak ada keharusan untuk menunda menyapih selama pandemi, karena kebutuhan nutrisi si kecil memang sudah lebih banyak,” jelas dr. Gita.
Namun dr. Gita juga menambahkan, menyusui selama pandemi tetap diperbolehkan, terutama bila sang ibu terpapar COVID-19. “Yang jadi concern adalah jika ibu terinfeksi COVID-19, boleh tetap menyusui bayinya dengan prokes yang ketat.”
Namun, jika seorang anak memang sudah jadwal penyapihan, silakan dilanjutkan saja.
Artikel terkait: 3 Cara Pemberian ASI jika Ibu Menyusui Positif COVID-19
Plus dan Minus Menunda Penyapihan Anak
Proses menyapih biasanya dilakukan di usia 2 tahun, setelah fase oral selesai. Setelah anak berusia dua tahun, anak dianggap sudah siap untuk mengonsumsi makanan keluarga karena berbagai sistem di dalam tubuhnya sudah semakin berkembang.
Menunda penyapihan menurut dr. Gita Permatasari memang ada manfaat, namun juga ada dampaknya. Berikut ini penjelasannya.
Manfaat menunda penyapihan:
- Memperkuat bonding antara ibu dengan anak
- Pemberian ASI eksklusif sampai 2 tahun terpenuhi
- Memenuhi nutrisi yang bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi
- Meningkatkan imunitas pada bayi
- Bersifat sebagai KB alami selama 6 bulan pertama menjalani ASI eksklusif.
Dampak menunda penyapihan:
Namun, bila menunda penyapihan lebih dari 2 tahun, bisa mengakibatkan:
- Kurangnya nutrisi, karena gizi dari ASI saja tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari anak usia lebih dari 2 tahun, semakin besar seorang anak maka kebutuhan zat gizi untuk menunjang pertumbuhan serta perkembangannya semakin meningkat.
- Anak menjadi kurang mandiri dan bergantung dengan ibu.
- Anak sulit untuk mengambil keputusan.
Menyapih Si Kecil Saat Ibu Sudah ‘Siap’
Dokter Gita melanjutkan, kunci proses penyapihan adalah ibu harus sudah siap menyapih. “Karena kalau ibu belum siap, ibu akan cenderung memberikan ASI kembali untuk si anak,” jelasnya.
Parents bisa memperhatikan Baby-Led Weaning (BLW), yaitu tanda anak mulai menyapih dirinya sendiri, seperti:
- Menyusu dalam waktu sangat singkat.
- Rewel ketika menyusu
- Anak tidak menyusu efektif, hanya mengempeng atau menarik/ menggigit puting.
- Anak mudah terdistrasksi saat menyusu.
Berikut tips menyapih yang bisa Parents lakukan, menurut dr. Gita Permatasari, di antaranya:
- Hipnosis/hipnoterapi anak untuk bisa menyapih dirinya sendiri secara perlahan, yaitu dengan kata-kata yang positif, singkat, dengan suara lambat, dalam, dan tenang, dan waktu yang tepat agar sugesti tersebut bisa masuk ke dalam memori anak hingga ke alam bawah sadarnya, biasanya di malam hari menjelang tidur.
- Ajarkan anak minum dengan gelas.
- Berikan minuman pengganti ASI, seperti: jus buah, air mineral, ataupun susu UHT.
- Mencoba untuk mengurangi frekuensi dan lamanya menyusu, sambil lihat reaksi anak.
- Alihkan anak dengan bermain atau memberi snack sehat seperti buah, puding, yogurt, es krim, dan lainnya.
- Menambah porsi makan atau menambah jadwal snack sehat akan mengalihkan anak untuk menyusu.
- Usahakan mulai proses menyapih di sekitar usia 18 bulan, karena anak mulai mengerti cara berkomunikasi.
- Libatkan peran ayah dalam proses menyapih, dengan mengalihkan perhatian anak dan mengajak bermain atau bergantian menggendong anak terutama bila rewel.
- Berikan pelukan hangat ke anak sesering mungkin, sehingga anak akan tetap nyaman walau tidak sedang menyusu.
Selain itu, Parents juga bisa melakukan metode Weaning With Love (WWL) atau yang dikenal dengan slow weaning, yaitu metode menyapih yang dilakukan secara perlahan dan bertahap, di saat anak dan Bunda merasa benar-benar siap untuk mengakhiri proses menyusui.
Artikel terkait: Weaning With Love/Gentle Weaning; Cara Terbaik Menyapih Anak ASI
Memang tidak ada batas usia maksimal seorang anak untuk disapih, namun bila usia anak lebih dari 2 tahun dan Anda berdua sudah siap, sebaiknya tidak menundanya ya, Parents. Semoga sukses menyapih!
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Parents, ketahui aturan menyapih ASI untuk anak menurut Islam agar lancar