Hai Parents, karena ini pekan ASI sedunia, saya mau berbagi pengalaman menyapih anak usia 3 tahun. Ini cerita saat saya menyusui anak saya, dua tahun lalu. Setelah melahirkan, saya memantapkan diri untuk memberikan ASI eksklusif bagi anak saya. Namun, pada akhirnya tiga tahun lamanya saya menyusui anak, setahun lebih lama dari rekomendasi WHO.
Tiga tahun lamanya juga saya memutuskan off dari pekerjaan. Meski sudah beberapa kali saya mendapat tawaran kerja, saya selalu menolak lantaran ingin tetap fokus menyusui anak.
Menyusui selama tiga tahun, ASI saya masih mengucur dengan deras. Tapi setelah dipikir-pikir, 3 tahun adalah waktu yang terlalu lama. Kata orang, tidak baik kalau ASI lebih dari berapa bulan atau lebih dari satu tahun selepas 2 tahun menyusui. “Takutnya ASI-nya basi,” kata mereka. Tapi bukan itu yang membuat saya ingin menyapih anak setelah 3 tahun memberikannya ASI. Saya tidak percaya mitos tersebut. Bagi saya, ASI tidak pernah basi.
Artikel terkait: 7 Cara Menyapih Anak Tanpa Cabai atau Brotowali, Busui Wajib Tahu!
Berat Rasanya Harus Menyapih Anak
Membaca beberapa artikel dari sumber tepercaya, menyapih perlu dilakukan lantaran anak butuh asupan nutrisi yang lebih banyak dan kaya dibanding ASI semata. Selain itu, secara psikologis ketika terlalu lama menyusu, anak juga akan cenderung manja. Itu juga yang menjadi alasan saya ingin menyapih anak saya.
Namun, lagi-lagi, melakukan penyapihan terasa amat sulit. Mungkin karena dia terlahir prematur sehingga saya berat sekali untuk melepaskan dia. Atau mungkin juga karena ketakutan saya berpisah dengan dia, merasa takut saya tidak dibutuhkan lagi.
Saya juga takut tidak dekat lagi dengan anak. Ini yang memberatkan saya menyapih anak. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan suami, kami sepakat untuk menyapihnya. Lalu apa yang harus kami lakukan untuk menyapihnya?
Banyak orang mengatakan, pakai jamu cekok saja biar anak tidak mau lagi menyusu. Tapi, menurut saya itu adalah bentuk penyiksaan pada anak. Jadi, saya tidak memilih hal itu. Lalu ada lagi yang menyarankan untuk mengoleskan lipstik maupun betadin di puting payudara.
Ini tidak pas menurut saya. Selain berbahaya untuk si anak, kebetulan memang saya tidak memakai hand body maupun alat kecantikan lain sejak saya hamil agar anak saya tidak terkena bahan kimia, ketika masih dalam kandungan maupun ketika sudah lahir.
Masih banyak lagi saran-saran yang lain yang saya dapatkan. Tapi, saya tidak sependapat dengan mereka. Kemudian, apa yang harus saya lakukan untuk menyapih anak 3 tahun ini? Saya tak juga menemukan alasan untuk membuatnya berhenti menyusu. Jika saya menolak memberikan ASI, dia menangis.
Artikel terkait: 10 Cara menyapih anak yang wajib Bunda coba
Saya Dapatkan Alasan untuk Menolak Memberi ASI
Sampai pada suatu saat, kami sekeluarga pergi ke kampung halaman untuk menghadiri pernikahan sanak keluarga di Solo. Di sana, saya kebagian menjadi pagar ayu dan harus didandani, termasuk mengenakan henna di tangan saya. Ternyata, hiasan tersebut membekas cukup lama sampai kira-kira seminggu, hingga kami kembali ke Bekasi.
Lantas, muncul keinginan saya untuk menjadikannya sebuah alasan. Saya mengatakan kepada si kecil bahwa saya sedang sakit, dengan menunjukkan noda-noda bekas henna di tangan saya. Dengan alasan sakit, aku menolak memberikan ASI kepadanya. Aku memintanya untuk menjaga saya selagi saya sakit, dengan cara tidak menyusu dulu dari saya. Ajaibnya, dia mau mengerti! Sebagai gantinya, kami memberikan dia susu UHT khusus anak-anak dengan rasa plain tanpa gula, yang memang juga disarankan oleh dokter anak kami. Pada kesempatan-kesempatan selanjutnya, setiap dia meminta menyusu, saya berikan dia susu tersebut.
Hanya butuh beberapa hari saja sampai dia benar-benar melupakan menyusui dan terbiasa minum susu UHT dengan sedotan. Luar biasa. Bersyukurnya, saya tidak mengalami demam maupun bengkak meskipun semula payudara saja selalu keras sebelum proses penyapihan. Menurut saya, ini salah satu mukjizat juga. Karena ini juga jawaban doa saya selama ini, agar proses penyapihan berjalan lancar. Bisa saya katakan, saya menyapih dengan seijin Sang Pemilik Kehidupan ini.
Buat Parents yang sedang berencana menyapih anak, izinkan saya berbagi beberapa tips berikut ini, agar proses penyapihan berlangsung lancar tanpa drama.
Artikel terkait: Kapan Waktu yang Tepat Untuk Menyapih Anak dari ASI?
1. Mohon Bimbingan-Nya
Berdoa pada Tuhan yang Maha Esa tentang konsisi kita dan memohon Dia menunjukan jalan, bagaimana melakukan segala sesuatu yang sesuai kehendaknya terkusus dalam hal ini menyapih anak.
2. Meminta Dukungan dari Suami
Berdialog dengan suami dan meminta dukungan dari dia karena dukungan suami dan keluarga adalah sangat penting dalam proses penyapihan ini.
3. Mempersiapkan Mental
Siapkan mental dan iklas untuk menyapih. Tanpa keikhlasan kita akan berat menjalani proses penyapihan ini.
4. Ajak Anak Bicara Baik-Baik
Berdialog dengan anak agar anak tidak mengalami trauma mendalam dalam proses penyapihan ini karena dari yang saya baca, menyapih ini gampang-gampang susah jika prosesnya bermasalah. Bisa membuat anak mengalamai trauma ataupun mengalami masalah sulit di kemudian hari.
Itulah pengalaman menyapih anak 3 tahun Jadi Parents selamat merayakan pekan ASI ya. Kita bersyukur mendapat anugrah yang luar biasa sehingga kita bisa memberikan ASI kita kepada anak kita. Tetap semangat memberikan yang terbaik untuk buah hati kita.
Ditulis oleh Nana Benita, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Ini Cara Anak Tidur Cepat, Tanpa Harus Ada Drama!
Ini Caraku Mengajari Anak Minta Maaf dengan Bisikan Lembut
Kisahku Menjalani Kehamilan yang Tak Disadari, Penuh Kekhawatiran!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.