Menghadapi situasi di mana saya dan pasangan belum memiliki keturunan memang bukan hal yang mudah, terutama di hadapan orang tua. Beragam harapan akan hadirnya cucu di tengah keluarga selalu diutarakan, terlebih setelah orang tua bertemu teman atau kerabat yang kemudian nadanya beralih menjadi tekanan dan bukannya dukungan. Terlebih jika orang tua kerap membandingkan dan tidak bisa menyaring apa yang harus dikatakan di depan umum. Sering kali niat saya untuk sekedar mencurahkan hati atau konsultasi kembali urung. Padahal, di masa-masa berat terkadang saya berharap posisi orang tua bisa menjadi pelita di kala hati mulai gelap dan tidak terarah. Pada akhirnya saya memutuskan untuk menutupi program kehamilan yang saya jalani. Salahkah?
Ada beberapa alasan yang secara pribadi membantu saya mengambil keputusan untuk menutupi program kehamilan yang saya jalani.
1. Menghindari tekanan dan tuntutan orang tua selama program kehamilan
Saat orang tua merasa dirinya lebih tahu namun belum pernah menjalani hal yang sama, maka sering kali saya menganggap bahwa apa yang saya terima bukan sebagai dukungan namun tekanan dan tuntutan.
Hal ini sering dihadapi terutama karena usia saya yang sudah memasuki kepala tiga. Belum lagi jika kerabat dan tetangga yang umurnya di bawah saya sudah memiliki anak lebih dari satu. Orang tua yang semakin gusar biasanya menjadi kurang sabar dengan jawaban yang seadanya dan terus menekan kita agar lebih cepat memiliki keturunan.
Artikel terkait: Sedang persiapan program hamil? Ini hal yang perlu Anda perhatikan
2. Supaya tidak menjadi bahan perbincangan
Memiliki orang tua yang terbiasa menceritakan segala hal ke semua orang juga menjadi pertimbangan tersendiri. Tanpa adanya privasi, salah salah stigma terlambat memiliki keturunan menjadi beban baru yang harus dihadapi.
Meskipun saya juga merasa jika orang tua pun sama stresnya, namun jika segala hal dibuka di depan umum tanpa disaring juga bukan menjadi hal yang baik. Maka pilihan untuk menutupi program kehamilan yang saya jalani menjadi tidak terdengar menjadi keputusan yang buruk.
3. Menjaga kondisi psikis supaya tidak stres
Salah satu faktor keberhasilan program kehamilan adalah menghindari stres untuk menjaga keseimbangan hormon. Bagi saya yang bekerja seharian dan sering kali lembur, waktu di rumah lebih baik digunakan untuk beristirahat.
Beradu argumen tentang bagaimana seharusnya program kehamilan dijalani bukan menjadi pilihan saya untuk menghabiskan waktu luang setelah bekerja. Bahkan meski tanpa dimulai, argumen-argumen tentang bagaimana menjalani rumah tangga sudah cukup membuat saya lelah. Maka menambah satu lagi beban saya rasa tidak akan membantu saya untuk lebih cepat memiliki keturunan.
Artikel terkait: Jangan Sampai Salah, Ini Kebutuhan Gizi yang Wajib Dipenuhi Selama Perjalanan Kehamilan
4. Mengurangi intervensi orang tua mengenai hubungan kita dengan pasangan
Seperti dijelaskan sebelumnya, argumen tentang bagaimana menjalani rumah tangga antara orang tua dan yang saya jalani saat ini sudah sering mengemuka. Pilihan pekerjaan, kesibukan bekerja, sampai pembagian tugas dalam rumah tangga terkadang juga dihubung-hubungkan sebagai alasan kami belum mendapat keturunan.
Terlalu berambisi pada karir dan dianggap tidak mau berperan selayaknya istri yang lebih banyak tinggal di rumah kadang menjadi alasan yang dilontarkan orang tua. Belum lagi penilaian kepada suami yang terkadang sibuk dengan urusan pekerjaan juga kerap dinilai negatif sehingga memicu konflik. Padahal sejak awal menjalani hubungan sebelum menikah, tidak ada masalah dengan kesibukan dan pekerjaan masing-masing. Alasan ini juga menjadi pertimbangan untuk urung menceritakan program kehamilan yang saya jalani.
5. Menutupi Program Kehamilan demi Menghindari paparan hoaks
Meski niatnya baik, orang tua yang kadang termakan informasi yang disebar melalui sosial media juga menjadi tantangan tersendiri. Termakan berbagai informasi yang tidak benar atau hoaks adalah salah satunya.
Saya berusaha untuk memilah masukan orang tua, dan menjelaskan apabila apa yang mereka sampaikan adalah hoaks dengan bukti-bukti. Walau tidak jarang saya dianggap membantah atau tidak mau mendengar nasehat mereka, pada akhirnya mereka menyerah dan membiarkan saya memilih saran apa yang bisa saya jalankan.
Artikel terkait: Ingin Sukses Promil? Hindari 7 Faktor Penghambat yang Membuat Pasangan Sulit Hamil
Mendapat dukungan dan semangat dari orang tua ketika menjalani program kehamilan memang tak kalah penting. Namun setiap hubungan antara orang tua dan anak memang berbeda-beda kondisinya.
Jika Anda menghadapi hal yang sama seperti saya, jangan dulu bersedih. Apa yang orang tua lakukan semata-mata hanya karena mengkhawatirkan anaknya. Namun setiap orang bisa memiliki pilihannya sendiri. Jika memang bisa menjaga hubungan anak dan orang tua, serta rumah tangga kita berjalan dengan baik, mengapa tidak? Pada akhirnya jika program kehamilan kita berhasil, orang tua juga akan ikut senang dengan kehadiran cucunya.
Ditulis oleh Puspa Sari, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Aku Positif COVID-19 dan Harus Menyusui Bayiku, Ini 5 Hal yang Kulakukan
Pemikirannya "Out of The Box"! Ini 7 Fakta Disleksia yang Jarang Orang Tahu
Ini Caraku Membujuk Anak Minum Obat, Jangan Dipaksa ya Bunda