Wajar jika anak menunjukkan minat akan mainan. Namun bagaimana jika ia terobsesi pada mainan tertentu? Kabar baiknya, anak yang memiliki minat yang besar terhadap suatu benda justru dapat meningkatkan kecerdasan anak.
“Anak saya berusia 10 tahun dan terobsesi dengan mainannya terutama DINOSAURUS! Suatu hari kami membawanya ke museum sejarah yang memamerkan dinosaurus.
Ia bahkan berhasil merevisi satu model dinasurus yang label namanya salah. Awalnya saya tidak terlalu memerhatikan, tetapi beberapa hari setelahnya pihak museum mengirimi kami surat yang berisi ucapan terima kasih karena anak saya begitu jeli melihat adanya kekeliruan.
Pihak museum menyuruh saya untuk memotivasi anak saya mengejar minatnya dalam paleontologi (ilmu yang mempelajari sejarah kehidupan di bumi berdasarkan fosil yang ditemukan di bebatuan). Saya sangat bangga padanya!”
Apakah ini terasa familiar dengan Anda, Bun?
Kejadian ini sesungguhnya terjadi pada Charlie, seorang bocah laki-laki usia 10 tahun asal Inggris. Sama sepertinya, banyak anak di seluruh dunia juga memiliki hasrat yang besar terhadap dinosarurus.
Sebagian besar anak sangat tertarik untuk mencari informasi tentang topik tertentu sehingga mereka menjadi ahli di bidang tersebut. Misalnya, seorang anak yang tertarik pada dinosaurus dapat dengan mudah menyebutkan lebih dari 10 spesies secara akurat, menyebutkan makanan dinosaurus, bagaimana kehidupannya, kapan mereka mati.
Di sisi lain, orang dewasa seperti kita bahkan tak bisa menyebut nama dua jenis dinosaurus dengan tepat.
Meningkatkan kecerdasan anak dengan membiarkannya memiliki minat yang intens
Apakah Bunda saat ini memiliki anak balita yang sedang menggandrungi sesuatu sampai seolah terobsesi? Misalnya, pada dinosaurus.
Berawal dari sekadar mengoleksi mainan, namun sekarang ia mengenal nama-nama jenis dinosaurus yang berbeda itu. Ia tahu perbedaan Triceratops dan Brachiosaurus, apa makanan mereka masing-masing dan kenapa mereka punah.
Tak sekadar menyukai, jika anak memiliki rasa ingin tahu terhadap topik tertentu, fenomena tersebut dalam psikologi dikenal sebagai ‘minat yang intens’. Faktanya, satu dari tiga anak mengalami hal ini pada masa kecilnya sekitar umur 2 sampai 6 tahun.
Dan topiknya tak hanya dinosaurus ya, Bun. Ada yang terobsesi pada astronomi (bahkan mungkin ia belum mengenal kata ‘astronomi’ itu sendiri, tapi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap benda-benda yang ada di langit, sampai hapal nama-nama bintang, jenis-jenis awan dan bisa mengidentifikasikannya)
Ada juga yang terobsesi dengan hewan-hewan, pesawat, kereta, dan masih banyak lagi. Coba perhatikan anak Anda, apakah ada topik tertentu yang menarik minatnya?
Minat anak berpengaruh untuk meningkatkan kecerdasan
Sebuah studi yang dilakukan Universitas di Indiana dan Wisconsin menemukan bahwa minat anak yang intens terhadap suatu topik bermanfaat bagi perkembangan intelektualnya.
Para psikolog menemukan banyak sekali manfaat minat intens ini untuk anak-anak, termasuk di antaranya:
- Menguasai topik tertentu yang ia minati
- Meningkatkan kemampuan anak untuk menjadi seorang yang gigih
- Mempertajam atensinya
- Meningkatkan kemampuan berpikir rumit dalam memproses informasi
- Secara masif meningkatkan kemampuan linguistiknya, dan secara spesifik menguasai subyek yang ia sukai
Menurut para psikolog, cara anak-anak mengejar minat intensnya merupakan sebuah refleksi dari cara mereka menyelesaikan permasalahan.
Minat anak yang intens ini akan menyiapkan anak-anak untuk tahap selanjutnya dalam hidup di mana mereka dihadapkan pada data yang standar dan mereka harus menggali lebih dalam. Mereka akan mengubah perspektif, menentukan strategi dan mengembangkan pola berpikir kritis.
Bagaimana jika minat intensnya tak berlanjut ketika beranjak dewasa?
Seorang psikolog yang berasal dari Universitas Virginia and Yale juga menganalisa minat intens anak. Mereka menemukan bahwa minat intens anak tidak berasal atau terpengaruh dari minat orangtuanya.
Sayangnya, analisa yang serupa juga menunjukkan bahwa minat intens anak secara umum hanya bertahan selama satu hingga tiga tahun. Ketika anak beranjak dewasa, hanya 20% dari mereka yang memiliki minat yang sama. Namun kebanyakan, antusiasme anak-anak akan minat intensnya menghilang saat menempuh pendidikan di sekolah.
Para ilmuwan juga menemukan ketika anak-anak mulai belajar di sekolah, mereka akan mengalami hal berikut:
- Kekurangan waktu bebasnya (dibandingkan dengan masa pre-school) untuk melaksanakan ‘investigasinya’.
- Sekolah membuat anak-anak dijejali dengan banyak cabang keilmuan yang umumnya tak diajarkan secara mendalam. Ketika minat intensnya tak sesuai dengan kurikulum sekolah, maka anak akan mengesampingkan minatnya tersebut.
Bagaimana memotivasi anak untuk mengejar minat intensnya?
Orangtua dapat berperan sebagai pengajar di rumah. Mengetahui keuntungan yang dihasilkan untuk meningkatkan kecerdasan anak ketika memiliki minat tertentu, orangtua dapat terus memotivasinya untuk terus memiliki antusiasme yang sama di rumah.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Pastikan anak memiliki cukup waktu luang untuk terus menggali minat intensnya
- Dukung anak-anak untuk menemukan benang merah antara minatnya dan kurikulum yang ia dapatkan di sekolah.
Quotes dari Jeff Bezos ini mungkin bisa menjadi motivasi yang Parents berikan ke anak-anak di rumah:
“Kesalahan terbesar seseorang adalah ketika memaksakan minatnya. Biarkan passion yang memilihmu, bukan sebaliknya!”
Artikel ini disadur dari tulisan Kevin Wijaya Oey, theAsianParent Singapura.
Baca juga:
Step by Step Mengenal Bakat Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.