Mengenalkan anak pada transportasi umum sejak dini adalah cara bijak agar mereka bisa tumbuh mandiri. Ketika sudah beranjak dewasa dan harus bersekolah di tempat yang jauh, mereka tidak kaget jika harus menggunakan transportasi umum tersebut. Bisa Commuterline, Bus Kota, Bus Transjakarta, dan sebagainya. Jika tidak dikenalkan, mereka akan manja dan pasti ingin ditemani terus menerus.
Mengenalkan anak pada transportasi umum pun bukan perkara mudah. Terlebih jika si kecil memang sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi, baik sepeda motor ataupun mobil. Rasa tidak nyaman akan muncul ketika anak pertama kali menginjakkan kaki di transportasi umum misalkan angkot.
Agar niat baik tersebut berjalan dengan lancar, ada baiknya Bunda memikirkan triknya dulu supaya mereka tidak tantrum atau merasa bosan selama berada di perjalanan ketika harus satu kendaraan bersama dengan orang asing tentunya.
Namun sebelum itu, jangan lupa ajarkan anak bagaimana etika di tempat umum. Pasalnya mereka tidak hanya bersama orangtuanya saja, tetapi orang asing lainnya. Jangan sampai ada perselisihan yang terjadi akibat anak tidak paham bagaimana etika tersebut.
1. Beritahu anak bahwa di transportasi umum ada aturan yang berlaku
Ilustrasi MRT Jakarta. (Instagram/@mrtjkt)
Ada beberapa aturan seperti tidak boleh makan ataupun minum selama berada di dalam moda transportasi tersebut. Sebelum berangkat, pastikan anak sudah paham dengan hal tersebut. Jangan sampai saat berada di MRT atau Commuterline anak justru merengek ingin makan snack. Alhasil suasana tersebut dapat mengganggu ketentraman penumpang lainnya.
2. Tidak boleh berisik dan harus tertib
Pastikan juga untuk memberitahu si kecil bahwa ketika berada di transportasi umum, penumpang tidak diperkenankan untuk bersuara kencang, ribut, atau melakukan hal-hal tidak tertib lain yang dapat mengganggu kenyamanan penumpang lain. Jika anak belum mengerti hal tersebut ada baiknya untuk menundanya. Pastikan anak memang siap berada di tempat umum bersama orang asing lainnya.
3. Jadilah contoh yang baik dan benar saat mengenalkan anak pada transportasi umum
Hal mudah yang dapat ditiru anak adalah kita harus menjadi contoh baik terlebih dahulu. Anak akan meniru bagaimana perilaku kedua orangtuanya. Nah, jika anak ingin berperilaku baik, maka contohkan yang baik-baik juga. Coba beri contoh perilaku mentaati aturan, tertib, dan sosok yang berempati ketika menaiki kendaraan umum.
Sosok inilah yang akan dijadikan anak sebagai teladan. Jika sudah tercipta semua ini, anda tak perlu khawatir lagi, anak akan mandiri dan memiliki etika berada di tempat umum.
4. Jangan rusak fasilitas di transportasi umum
Beritahu juga pada anak untuk tidak merusak fasilitas apapun yang ada di transportasi tersebut. Jangan mencorat-coret, merusak AC, atau mengambil atribut yang ada. Ingatkan pula bahwa selama berada di transportasi umum setiap orang diwajibkan untuk tidak berisik atau memulai pertengkaran dengan orang asing.
Beri contoh nyata, misalnya saja Anda bisa menunjukkan kursi yang dicoret-coret atau sampah yang tergeletak di lantai dan menekankan padanya bahwa hal tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh penumpang. Sebab, hal-hal seperti itu akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada penumpang lainnya.
5. Ingatkan etika berempati selama di kendaraan umum
Tidak ada salahnya jika kita mengajarkan anak untuk berempati sejak dini. Ajarkan mereka untuk memberikan kursi kepada mereka yang diprioritaskan, yakni ibu hamil, lansia, atau orang-orang berkebutuhan khusus. Pahami pula bahwa ada kursi0kursi khusus yang digunakan untuk mereka yang menjadi prioritas tersebut.
Saya sendiri boleh dikatakan belum sepenuhnya berhasil mengenalkan anak pada transportasi umum karena usianya pada saat itu masih terlalu kecil. Ketika itu, tepatnya sebelum pandemi hadir di Indonesia, saya mengajaknya bepergian dengan kereta rel listrik (KRL). Awalnya, dia senang karena ini adalah pengalaman pertama baginya. Namun, seiring bertambahnya penumpang di stasiun demi stasiun yang kami singgahi, ia mulai tidak nyaman.
Nampaknya dia kaget karena banyak orang berdesakan masuk ke dalam KRL. Padahal itu bukan di jam kerja. Sejak saat itu hingga kini kami belum memulai petualangan lagi di kendaraan umum. Salah satu faktornya adalah juga karena adanya pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Ditulis oleh Gemini Sagita, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Pengalaman Memberi MPASI Pertama, Ini 5 Hal yang Kuperhatikan Sungguh-Sungguh
Kegalauan Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka
Jangan Stres Hadapi Anak GTM, Ini 7 Solusinya dari Pengalaman Saya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.