Hindari 5 Bentuk 'Kalimat Ancaman' yang Sering Dikatakan pada Anak, Parents Masih Melakukannya?

Orangtua sering tak menyadari bahwa sudah melakukan komunikasi yang tidak efektif seperti mengancam anak. Berikut ini jenis ancaman yang tak disadari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Ayo, abisin makannya! Kalau nggak, Mama nggak akan beliin kamu main baru“. Parents pernah mengucapkan kata seperti itu pada si kecil? Bila ya, pikirkan lagi dan coba untuk menghindari kalimat mengancam anak.

Mungkin kalimat tersebut dianggap ampuh untuk membuat anak akan mengikuti keinginan Anda. Namun hati-hati, mengancam anak temtu saja punya efek negatif jangka panjang sama seperti menghukum.

Mengutip dari Instagram @keluargakita, Psikolog Najelaa Shihab menjelaskan kalau banyak orangtua yang tak sadar menggunakan cara mengancam sebagai komunikasi pada anak-anaknya.

Artikel terkait: Bolehkah Menggunakan Gadget untuk Si Kecil?

Jenis Mengancam Anak yang Tak Disadari Orangtua

Faktanya, Najelaa mengatakan kalau kelimat mengancam justru jauh memiliki dampak yang lebih besar daripada saat menghukum. Dan sayangnya, banyak orangtua yang tidak sadar kalau mereka lebih sering berkomunikasi dengan anak dengan mengancam.

Berikut ini jenis ancaman pada anak yang sering kali tak disadari orangtua:

1. Seolah-olah memberikan pilihan, tapi tujuannya mengancam

“Siapa yang sering seolah-olah memberikan pilihan, tetapi tujuannya mengancam? Misalnya seperti, ‘Diam ya, atau ibu turunkan di pinggir jalan?’. Apakah betul benar-benar ada pilihan itu, atau hanya mengancam agar anak berhenti melakukan sesuatu?” kata Najelaa.

Ancaman seperti ini nantinya semakin tidak mempan, menurut Najelaa. Sebab, anak lama kelamaan tahu bahwa orangtuanya hanya memberikan ancaman saja, tanpa benar-benar dilakukan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Karena anak tahu bahwa Anda hanya memberikan ancaman kosong yang tidak mungkin dilakukan. Sesuatu yang seolah-olah pilihan sebetulnya bukan pilihan, tetapi lampiasan kemarahan,” jelas Najelaa.

2. Ancaman dalam bentuk sarkasme

Sarkasme sangat menunjukkan komunikasi yang buruk pada anak. Namun, banyak orangtua yang juga tidak sadar melakukan ancaman dalam bentuk sarkasme.

“Contoh lainnya, ancaman paling sering muncul dalam bentuk sarkasme. ‘Iya, sih, kamu lebih capek daripada ibu, capek masak dan bersihkan rumah, kan?’. Padahal anaknya bingung mendengar curhatan ibunya, diakhiri kemudian dengan ancaman, ‘Nanti kamu rasakan, ya, kalau ibu tidak masakkan kamu lagi’, jelas Najelaa.

Efek negatifnya, saat anak beranjak remaja, mereka justru akan membalas sarkasme dengan ungkapan-ungkapan yang lebih menyakitkan hati dari apa yang pernah orangtua lakukan padanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anda tentu tidak ingin hal ini terjadi bukan? Ingat, anak sebenarnya merupakan foto kopi orangtuanya.

3. Mengancam dengan pertanyaan-pertanyaan retoris

Jenis mengancam anak yang ketiga adalah memberikan pertanyaan retoris pada anak.

“Misalnya orangtua bertanya, ‘kamu bayangkan kalau jadi seperti anak-anak miskin yang ada di Afrika?’ Pertanyaan-pertanyaan yang sering kali pada saat kita refleksikan membuat kita geli, tapi sebetulnya bukti dari komunikasi yang tidak efektif.” ungkap Najelaa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menurut Najelaa, pertanyaan retoris adalah nasihat berlebihan yang dibungkus dan tujuan orangtua membuat anak berpikir, padahal sebetulnya anak tidak peduli.

“Yang sering kali membuat saya agak sedih adalah orangtua-orangtua dengan intensi yang baik sekali berusaha berkomunikasi, tetapi tidak sadar bahwa yang dilakukannya adalah memberikan ancaman,” ucap Najelaa.

Artikel terkait: Hati-hati! Dad shaming seringkali dilakukan istri, ini 5 cara mencegahnya

4. Ancaman dengan memberi label

Memberi label pada anak juga termasuk ke dalam ancaman. Misalnya saat orangtua mengatakan, ‘Aku tahu, sih, memang nggak gampang ya, jadi pemberani. Naik perosotan itu memang susah’. Najelaa mengatakan kalimat tersebut bukanlah bentuk empati

“Contoh orangtua yang memberikan label kepada anaknya sebenarnya merupakan bentuk ancaman. Dengan mengatakan, ‘Aku tahu, sih, memang nggak gampang, ya, jadi pemberani. Naik perosotan itu memang susah’. Itu bukan empati. Justru adalah label yang membuat anak kemudian melabel dirinya sendiri bahwa dirinya bukanlah anak pemberani,” terang Najelaa.

Selain itu, ada pula orangtua yang memberikan peringatan kepada anaknya, tetapi melakukannya secara berlebihan. Misalnya, ‘Hati-hati ya bawa gelasnya, nanti jatuh.’ Yang terdengar oleh anak adalah jangan pernah coba-coba membawa gelas itu sendiri karena kamu belum mampu melakukannya dan saat membawanya gelas tersebut akan jatuh

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

5. Menyalahkan dan menuduh

“Yang mungkin juga masih sering kita lakukan, pada saat misalnya kita menyalahkan anak yang lebih besar atau anak yang lebih kecil dalam perselisian. ‘Pasti nih adik ganggu kakak melulu!’,”

Menurut Najelaa, hal-hal  seperti itu bila dilakukan satu kali, pasti dampaknya pada emosi tidak terlalu berarti. Tapi sayangnya hal yang diduga hanya dilakukan sesekali, mungkin tidak menyadari sudah berinteraksi dengan ancaman.

Itulah 5 jenis ancaman pada anak yang sering kali tak disadari orangtua. Terakhir, Najelaa menyarankan untuk semua orangtua agar lebih merefleksikan diri dan belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan efektif. Karena mengancam anak juga memiliki efek negatif pada anak.

Jadi, tidak ada salahnya jika sama-sama belajar untuk melakukan komunikasi efektif dengan anak.

***

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga

5 Cara Memahami Psikologis Anak agar Kesehatan Mentalnya Terjaga

8 Tanda Toxic Parents, Apakah Anda Masih Melakukannya pada Anak?

7 Dosa Orangtua Kepada Anak yang Sering Dilakukan tanpa Parents Sadari