Setiap orang tua pasti memiliki gaya parenting sendiri-sendiri yang sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing. Salah satu yang mungkin Parents sering temukan adalah beberapa orang tua memilih gentle parenting untuk pengasuhan anak.
Secara garis besar, gentle parenting ini menekankan cinta kasih dan kelembutan orang tua yang mengutamakan perasaan dan kemauan anak. Jadi anak tidak dituntut banyak oleh orang tua, sehingga diharapkan anak akan tumbuh besar mandiri, percaya diri dan tentunya bahagia.
Artikel Terkait : Gentle Parenting, Mengasuh Anak Agar Tumbuh Bahagia dan Percaya Diri
Tertarik untuk menerapkan gentle parenting dalam pola asuh anak? Simak cerita Bunda berikut ini dulu ya Parents!
Saya Lebih Memilih Gentle Parenting Karena Pola Asuh yang Lembut
Saya memiliki seorang balita yang selalu ingin tahu dan eksplorasi keadaan sekitarnya setiap waktu. Memang saya mengerti ini adalah saatnya dia belajar banyak hal di usianya. Namun seringkali dia menggunakan tangisan sebagai cara meminta dan menginginkan sesuatu. Dan itu terjadi sepanjang hari, tentu saya lelah dengan hal ini.
Dia menangis sepanjang waktu. Ketika anak frustasi dia menangis atau ketika sedang menginginkan sesuatu dia pun menangis. Bahkan ketika bangun siang, terkadang dia juga menangis. Ini karena dia tidak bisa menyampaikan keinginannya dengan benar, jadi yang anak bisa lakukan hanya menangis dan menangis saja.
Sehingga bukan saya saja yang stres mendengar bayi menangis, anak pun tambah menangis karena belum bisa mengutarakan apa yang dia mau. Karena itu saya memilih gentle parenting yang membantu saya bersikap lembut dan anak lebih bahagia.
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Memilih Gentle Parenting Sebagai Pola Pengasuhan Anak
1. Ingatlah Kalau Balita Itu Cerminan Diri Orang Tua
Ambil kesempatan untuk mengajari hal-hal yang baik. Apalagi balita secara alami akan selalu penasaran dan suka meniru apa yang Parents lakukan di dalam rumah. Ajarkan anak tentang tugas-tugas dasar dalam rumah. Anak pasti suka bermain dengan sapu, perlengkapan masak dan bermain air. Tidak ada salahnya untuk mengubah keingintahuannya menjadi hal lebih mendidik dan bertanggung jawab.
2. Berikan Bantuan dan Jangan Pernah Meninggalkannya Sendiri
Artikel Terkait : 3 Cara Membesarkan Anak yang Bertanggung Jawab, Bunda Ini Beri Rahasianya!
Bila anak saya menikmati kegiatan itu, berarti apa yang saya ajarkan padanya berhasil. Karena dia bisa melakukan dan menyukai kegiatan barunya. Saya harap dia akan bertanggung jawab melakukan hal tersebut ke depannya.
3. Jangan Pernah Menekan Anak Sedikitpun
Kadang ketika orang tua menginginkan anak melakukan sesuatu kadang ada rasa memaksa. Karena Parents ingin anaknya bisa, padahal anak membutuhkan proses dalam mempelajari sesuatu. Sehingga tidak jarang kalau anak tertekan. Saya tidak menekan anak untuk harus bisa suatu hal yang dia pelajari. Biarlah dia belajar perlahan dan akan lebih baik kalau dia memiliki pemahaman lebih baik apa yang dia lakukan.
Adalah hal penting untuk tidak menekan anak-anak, jika kita ingin anak secara efektif memahami apa yang sedang mereka pelajari. Dalam gentle parenting memang mengedepankan elemen seperti rasa empati, hormat, pengertian, inisatif dan tanpa keterpaksaan dengan tetap ada batasannya. Parents juga akan menerapkan empati dengan mencoba memahami perasaan anak, menghormati, dan memberi pengertian kepada anak dengan lembut.
4. Tidak Menanggapi Sikap Anak Dengan Kemarahan, Pilar Utama Memilih Gentle Parenting
Artikel Tekait : 7 Trik Agar Tidak Jadi Marah Pada Anak
Yang perlu dilakukan pertama kali, harus tenang dan berpikir kenapa anak saya bisa berperilaku seperti itu ya? Ternyata saat saya bertanya dan cari tahu, dia hanya mencontoh dari video yang ditonton di Youtube. Dan itu ternyata lepas dari pantauan saya sebagai orang tua. Saya tahu kalau saya menanggapi sikapnya dengan marah, yang ada hanya akan lebih memperburuk keadaan. Cuma saya bisa memberinya lebih banyak perhatian agar tahu apa yang ditontonnya di Youtube.
Untuk mengurangi sikap meludah anak, saya setiap dia meludah akan dengan santai bilang agar dia keluar rumah sementara waktu dan mencoba agar berpikir apakah perbuatan itu baik atau tidak. Dengan itu dia akan tahu kalau perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan dan tahu apa salahnya.
5. Mengulang-ulang Saat Memberitahu Dengan Lembut
Namun itu tidak cukup satu dua kali. Contohnya perilaku meludah dan menggigit anak saya itu butuh tiga kali diberi pengertian dan dia paham. Gentle parenting saya berjalan dengan baik. Hingga kini, dia tidak pernah meludah lagi bukan karena takut dimarahi tapi dia tahu kalau perbuatan tersebut tidak baik dan jorok.
Memang tidak mudah ya Parents menerapkan pola asuh gentle parenting ini. Tapi ketika Parents mengadaptasinya dengan baik, anak pasti juga akan mengerti tentang banyak hal. Bukan melakukannya karena tekanan atau takut dimarahi, karena dia memang paham apa yang dia lakukan itu adalah perbuatan baik atau perbuatan jelek.
Memilih gentle parenting memang bisa membuat anak disiplin tanpa kekerasan, bahkan anak akan lebih bahagia karena orang tua mengikuti kemauan anak dengan penuh tanggung jawab. Sehingga anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan gentle parenting akan lebih percaya diri dalam banyak hal, karena dia tidak mengalami kecemasan takut tekanan dari orang tua. Walau begitu, ketika Parents memilih gentle parenting harus disesuaikan dengan situasi kondisi keluarga Parents ya. Karena antara satu keluarga dan lainnya pasti berbeda cara mengasuh anak. Yang pasti, jangan lupa untuk selalu melakukan yang terbaik sebagai orang tua yang akan mendampingi buah hati dari kecil hingga dewasa dengan nostalgia indah di dalamnya. Selamat mempraktikkan!.
Bunda punya kisah menarik lainnya mengenai kehidupan keluarga, kehamilan, atau seputar Parenting lainnya? Yuk share cerita Bunda di aplikasi TheAsianparent.
Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Julieta Batas di TheAsianParent Filipina.
Baca Juga :
Pengakuan Seorang Ibu Melahirkan dalam Perjalanan, "Saya Membuka Selaput Ketuban dengan Tangan"
"Melahirkan dengan Preeklampsia, Rasa Sakitnya Sepadan saat Memeluk Bayiku"