Membedakan Nafsu dan Cinta untuk Bangun Hubungan Sehat Menurut Pakar

Cinta dan nafsu terkadang sulit dibedakan. Yuk, simak penjelasan ahli untuk membedakannya agar hubungan lebih sehat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nafsu dan cinta, adalah dua hal yang saling berkaitan. Ketika kita sedang dimabuk cinta, mungkin kita cenderung  tak bisa berpikir dengan jernih dan kesulitan membedakan nafsu dan cinta. Namun ternyata hal ini memiliki penjelasan ilmiah di baliknya.

Menurut survei yang dilakukan oleh DKT Indonesia pada tahun 2019, 70% dari 500 responden anak muda berusia 15 hingga 24 tahun di tujuh kota besar di Indonesia mengungkapkan mereka sudah pernah melakukan kontak fisik dengan lawan jenisnya. 19% di antaranya bahkan pernah melakukan hubungan seksual.

Sebagai orang tua, mungkin hal ini cukup membuat Parents khawatir. Bagaimana menjaga anak, terutama jika sudah memasuki usia pubertas atau remaja, untuk membangun hubungan yang sehat?

Artikel Terkait: Saat Anak Mulai Kenal Cinta Monyet

Hubungan yang Sehat Memiliki Tiga Buah Komponen

Menurut Zoya Amirin, M.Psi., FIAS, seorang clinical sexologist, ketika seseorang merasa jatuh cinta, ada tiga komponen yang menggambarkan berbagai aspek cinta yang berbeda. Mengacu pada ‘The Triangular Theory of Love’ dari Robert J Stornberg, tiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:

  • Intimacy, yaitu perasaan kedekatan, keterhubungan, dan keterikatan dalam hubungan cinta termasuk di dalamnya perasaan yang menimbulkan pengalaman kehangatan dalam hubungan cinta.
  • Passion, atau gairah yang mengacu pada dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, dan penyempurnaan seksual.
  • Commitment, dalam jangka pendek menyangkut keputusan bahwa seseorang mencintai satu sama lain, dan dalam jangka panjang merupakan bentuk komitmen seseorang untuk mempertahankan cinta tersebut.

“Idealnya, cinta yang sehat memiliki tiga komponen tersebut. Tiga komponen cinta akan berinteraksi satu sama lain. Misalnya keintiman yang lebih besar dapat menyebabkan gairah atau komitmen yang lebih,” ungkap Zoya Amirin dalam acara Webinar yang diadakan oleh Fiesta Condoms bekerja sama dengan Berani Berencana yang mengusung tema ‘Apa Perlu Bercinta, Biar Cinta?’

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ia menjelaskan bahwa jika satu hubungan tak memiliki salah satu dari komponen tersebut maka bisa saja salah satu atau kedua pasangan akan merasa kosong. Sebagai contoh, sebuah hubungan dengan komitmen, misalnya pernikahan, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada seks atau keintiman di dalamnya.

Keintiman sendiri tak berarti harus melakukan hubungan seksual. Menurut psikolog, keintiman dapat dimanifestasikan dalam bentuk kontak fisik, misalnya sentuhan. Keintiman adalah tentang bagaimana kita merasa dekat, akrab, dan nyaman dalam sebuah hubungan yang penuh kebersamaan.

Artikel Terkait: Mengenal 5 Bahasa Cinta, Pentingkah dalam Hubungan Rumah Tangga?

Membedakan Nafsu dengan Cinta

Zola Yoana, Certified Matchmaker & Relationship Science-Based Coach, menjelaskan bahwa terkadang seseorang sulit untuk membedakan nafsu dan juga cinta. Hal ini menyebabkan banyak anak remaja terlibat dalam hubungan yang toxic.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Cinta adalah perasaan kuat antara attachment, affection, dan desire. Namun terkadang seringkali kita susah membedakan nafsu dan cinta. Ketika seseorang jatuh cinta pasti selalu ada desire dan dorongan seksual dengan sesama pasangan,” jelasnya.

Hubungan yang didominasi oleh perasaan seksual umumnya cenderung memprioritaskan perasaan tersebut. Oleh karena itu, Zola menyarankan bagi pasangan sebaiknya mengenal dengan baik terlebih dahulu pasangan sebelum menjalin hubungan yang lebih jauh.

“Sebaiknya apabila kamu mulai menjalin hubungan, lebih baik pertama kenali orangnya secara lebih dekat, dimulai dengan cari tahu life value dan kesamaan visi misi kehidupan kamu sejalan atau tidak, baru pengenalan tentang seksual compatibility terakhir.” Zola menambahkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Studi: Angka Kehamilan Remaja Makin Meningkat, Bagaimana Parents Mencegahnya?

Secara ilmiah, ketika seseorang jatuh cinta maka tubuhnya akan didominasi oleh hormon oxytocin, vasopressin, dan juga dofamin.

“Hormon tersebut membuat kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta dan juga hasrat dalam diri kita. Jadi yang bisa kontrol adalah bagaimana reaksi atau action yang harus kita lakukan ketika jatuh cinta,” ungkapnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Zoya Amirin menambahkan bahwa pilihan serta konsekuensinya sebenarnya terletak pada diri sendiri.

“Poin pentingnya adalah bahwa apapun tindakan yang dilakukan, kamu harus melakukannya karena pilihan atau tindakan yang kamu buat sendiri dengan kesadaran penuh akan konsekuensinya. Dengan cara ini kamu akan lebih mampu membangun tanggung jawab pribadi. Jangan pernah melakukan hubungan seksual sebelum siap secara emosi dan juga fisik,” ia memberikan saran.

Meskipun anak adalah buah hati kita, tetapi mereka adalah individu yang memiliki pemikiran dan keinginan sendiri. Tugas orang tua adalah mengarahkan dan membimbing, sementara pilihan ada di tangan mereka.

Parents bisa membimbing anak dengan cara mengajarkan bagaimana membedakan nafsu dan juga cinta. Tentu hal tersebut disesuaikan lagi dengan value yang dianut oleh masing-masing keluarga. Semoga infomasi ini bisa bermanfaat, ya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
Baca Juga:

id.theasianparent.com/ciri-ciri-anak-remaja-jatuh-cinta

id.theasianparent.com/pengetahuan-seputar-sexting

id.theasianparent.com/cara-memotivasi-anak-usia-remaja