Apa yang ada di benak Parents kala mendengar kata selingkuh atau mendengar peristiwa perselingkuhan pasangan? Baik sebelum atau setelah menikah, perselingkuhan jadi hal yang mungkin terjadi pada pasangan. Seandainya hal ini terjadi pada kehidupan Anda, akankah Anda memaafkan pasangan yang selingkuh?
Bicara mengenai perselingkuhan ini bisa dibilang kompleks, ya. Tak sedikit pasangan yang harus berakhir dengan perceraian karena perselingkuhan. Namun, ada juga yang berhasil rujuk, memulai kembali, dan memaafkan perilaku pasangan.
Nah Parents, terkait dengan hal ini Psikolog Keluarga dan Pernikahan dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, M. Psi mengungkapkan penjelasannya secara eksklusif saat sesi Instagram Live bersama TheAsianparent Indonesia.
Perselingkuhan dalam pernikahan
Menurut Nadya, perselingkuhan sendiri merupakan suatu hal yang dibilang subjektif. Kondisi ini terjadi saat salah satu pasangan merasa dikhianati.
“Membahas perselingkuhan di zaman sekarang ini bisa ada beragam bentuk dan intensitasnya. Ada selingkuh secara fisik, hati, online, atau secara offline. Ada yang intensitasnya rendah, melibatkan emosi yang rendah juga sampai ada yang sudah mendalam hingga waktunya tahunan,” ujar Nadya.
Batasan dari setiap pasangan bisa berbeda-beda, sehingga kondisinya bisa berbeda-beda antara satu pasangan dengan pasangan lainnya. Bisa jadi, suatu kondisi pada pasangan A sudah dianggap mengkhianati pasangan, sementara bagi pasangan lain bukan satu hal yang menjadi masalah.
Artikel Terkait : Setelah pasangan selingkuh, ini 5 Perubahan yang bisa Anda rasakan
Orang yang Selingkuh Cenderung Berubah Sikapnya
Orang yang berselingkuh rupanya bisa diamati dari perilaku dan gerak-geriknya. Namun, perubahan tersebut bisa berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya.
“Payung besarnya ialah perubahan perilaku itu sendiri. Misalnya saja HP selalu dibawa-bawa padahal sebelumnya cenderung disimpan saja, tiba-tiba ganti password rekening, menjadi lebih sibuk tak beralasan seperti lebih lama pulangn kerja. Di satu sisi, ada juga yang jauh lebih manis dan secara penampilan lebih merawat diri,” tuturnya.
Memaafkan pasangan yang selingkuh, mungkinkah?
Apa pun bentuk dan intensitas dari perselingkuhan, trauma sangat mungkin dirasakan oleh korban. Trauma ini bisa mengancam kesehatan mental dan emosi bila tak diatasi dengan baik.
Sementara itu saat sudah menikah, ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan saat memutuskan untuk berpisah. Baik memutuskan untuk memaafkan atau mengakhiri, keduanya butuh waktu dan proses yang tak singkat.
Bagi Anda yang memilih untuk memaafkan pasangan, psikolog Nadya mengungkapkan beberapa kiat yang bisa diikuti.
Artikel Terkait : Punya Suami Tukang Selingkuh? Ini 8 Hal Memuakkan yang Sering Jadi Alasannya
Kiat dari Psikolog Nadya agar Bisa Memaafkan Pasangan yang Selingkuh
1. Tidak mengambil keputusan saat emosi
Cobalah kenali emosi diri Anda saat dihadapkan pada peristiwa perselingkuhan. Kecewa, sedih, marah, dan berbagai emosi negatif lain sangat wajar dirasakan ketika dikhianati pasangan.
Namun ingat, mengambil keputusan saya kondisi hati dan emosi sedang tak menentu bukanlah hal yang tepat. Cobalah untuk tenang dan memikirkannya dengan kepala dingin sebelum memutuskan.
2. Trauma hendaknya dihadapi
Saat trauma hanya dipendam, efek jangka panjangnya bisa menjadi bom waktu. Masalah yang belum terpecahkan dan terpendam bisa memengaruhi kehidupan masa depan, khususnya dalam menjalani hubungan. Oleh karena itu, penyelesaian sebaiknya harus dilakukan secara tuntas dengan kesabaran.
3. Menjalani terapi agar Bisa Memaafkan Pasangan yang Selingkuh
Sebagai psikolog, Nadya sendiri kerap berpacu pada treatment affair yang diungkapkan oleh salah satu ahli, yakni Gottman. Dalam treatment tersebut dijelaskan tiga tahap untuk memulai kembali hubungan dengan pasangan.
Artikel Terkait : Curahan Hati Seorang Wanita, “Suamiku Selingkuh Ketika Aku Sedang Hamil…”
Tahapan yang Harus Dilalui Sebelum Bisa Memaafkan Pasangan yang Selingkuh
A. Fase permulaan dan pertanyaan
Korban perselingkuhan mulanya akan ada di tahap awal mengilas balik kenanganya menyakitkan kala diselingkuhi. Di tahap ini, seseorang masih akan menangis, marah, dan kecewa.
Penyampaian sakit hati yang dimiliki dari sisi korban hendaknya disalurkan secara bebas di masa ini. Sebagai korban, Anda dianjurkan untuk menanyakan secara tuntas mengenai perselingkuhan yang dilakukan pasangan.
“Pertanyaan yang diajukan misalnya : sejak kapan, ketemu dimana, bagaimana bisa sampai selingkuh, teman-teman tahu atau tidak, bagaimana mereka tahu, apakah hubungannya sudah berakhir atau belum. Pertanyaan terpenting adalah apa yang membuat kamu mau milih saya daripada dia,” ungkap Nadya.
Namun, tidak dianjurkan bagi korban untuk menanyakan sesuatu yang bisa menimbulkan visualisasi. Misalnya saja menanyakan mengenai aktivitas seks saya berselingkuh secara detail. Hal ini menurut Nadya bisa semakin menimbulkan trauma dan sakit hati.
Di satu sisi, baik pasangan yang telah berselingkuh maupun korban harus sama-sama berusaha bila hendak memulai lagi semuanya dari awal.
Prosesnya tidak hanya selesai dalam satu malam. Butuh waktu dan pasti ada pertanyaan yang berlanjut.
Oleh karena itu, pasangan pun harus bersabar. Kecepatan pasangan melalui prosesnya ini bisa berbeda pada.
“Pihak yang berselingkuh perlu kesiapan untuk memberikan jawaban jujur dan memberikan waktu untuk ditanya, apalagi dia kan sudah berkomitmen,” tutur Nadya.
B. Fase memulai kembali
Dalam fase terapi Gottman ini, saya pasangan berniat untuk saling memaafkan, dikatakan bahwa “Marriage Numbers one is over”. Artinya, pasangan bisa membangun kehidupan pernikahan kedua dengan pasangan yang sama.
Setelah semua pertanyaan terjawab, hati sudah menjadi lebih tenang, usaha lain pun perlu dilakukan.
Pasangan yang berselingkuh hendaknya menyampaikan penyesalan berulang kali, jangan bosan meminta maaf.
Butuh usaha ekstra agar dimaafkan pasangan. Korban pun hendaknya berproses untuk berbesar hati memaafkan.
“Maaf itu juga sebaiknya dari dalam. Setelah memang benar-benar memaafkan akan ada penerimaan. Ada sudut pandang yang lebih objektif.
Akan ada satu bentuk introspeksi di titik saat korban sudah merasa lebih tenang. Misalnya saja, perselingkuhan bisa terjadi karena ada masalah dalam hubungan, bukan hanya menyalahkan diri sendiri.
Namun bila masih parno, berarti sakit hatinya masih ada,” tutur Nadya lagi.
C. Attachment
Pada tahap ini pasangan sudah bisa kembali bersama. Walaupun menurut Nadya, tidak akan mungkin peristiwa perselingkuhan itu bisa dilupakan. Namun, bukan berarti menjadi sesuatu yang menjadi penghalang.
“Anggap saja sebagai kardus yang ada di dalam gudang, tetap ada tapi tidak mengganggu. Jangan lupa juga bicarakan apa konsekuensi bila hal ini terulang, khususnya saat sudah lebih netral perasaannya,” tutur Nadya.
Itulah beberapa tips yang bisa jadi bahan acuan Parents saat berniat memaafkan pasangan yang selingkuh. Memaafkan atau mengakhiri hubungan setelah perselingkuhan merupakan satu keputusan dan hak dari setiap orang. Nadya berpesan agar selalu bijak dalam mengambil pilihan tersebut.
Baca Juga :
Waspada! ini 10 kebiasaan Lelaki yang suka selingkuh
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.