Dua Ibu Korban Gempa Mamuju Ini Terpaksa Melahirkan di Pengungsian

Melahirkan di pengungsian tentu tak mudah, selain fasilitas yang sangat minim ada pula berbagai risiko dan bahaya yang mengintai. Simak kisah dua ibu korban gempa Mamuju yang terpaksa bersalin di pos pengungsian berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pertengahan Januari lalu, sebagian wilayah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dilanda bencana gempa bumi. Gempa dengan Magnitudo 6.2 tersebut mengguncang wilayah Mamuju dan Majene dan menyebabkan banyak warga terpaksa mengungsi, bahkan ada  ibu yang terpaksa melahirkan di pengungsian.

Kondisi setiap ibu yang bersalin tidaklah sama, oleh karena itu ibu sebaiknya melahirkan di tempat dengan fasilitas medis yang memadai agar dapat cepat ditangani jika ada hal yang sifatnya darurat. Sayangnya dalam keadaan setelah bencana alam, akses transportasi dan kesehatan akan sangat terbatas.

Berikut adalah dua cerita ibu korban gempa Mamuju yang terpaksa harus melahirkan di tempat pengungsian. Seperti apa kisahnya?

Artikel Terkait: Gempa di Ambon Terjadi 1.516 Kali, 17 Bayi Lahir di Pengungsian Darurat

Ibu ini Terpaksa Melahirkan di Pengungsian tanpa Peralatan Medis yang Memadai

Marlina dan suaminya, Murgan, tak menyangka bayi mereka akan lahir di tenda pengungsian. Keduanya adalah korban terdampak gempa bumi dan tengah mengungsi di tenda darurat. Rumah kontrakan mereka di Tambi, kelurahan Mamuju yang sangat dekat dengan kawasan pantai telah hancur porak poranda.

Melansir dari IDNTimes, pada hari Jumat, 15 Januari 2021 pukul 16.00 WITA Marlina yang mengungsi bersama suami dan ketiga anaknya merasa sakit di bagian perutnya. Ia sempat panik karena khawatir harus bersalin di tenda pengungsian.

Sang suami pun lantas menghubungi bidan yang biasa dikunjungi untuk melakukan pemeriksaan kandungan Marlina. Sayangnya bidan tersebut tak bisa datang karena akses jalan sangat terbatas pasca gempa. Begitu pula dengan beberapa bidan lain yang sempat dihubunginya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Doa Murgan diijabah, karena bidan keempat yang dihubunginya bersedia membantu proses persalinan. Sementara Marlina masih belum tenang karena takut terjadi gempa susulan ketika ia melahirkan.

Ketika sang bidan datang, Marlina sempat waswas karena bidan tersebut tidak membawa peralatan medis yang lengkap. Meski dalam keadaan serba terbatas, keluarga dan pengungsi yang sama-sama berada di tenda tersebut memberikan semangat bagi Marlina.

Sekitar pukul 22.00 Marlina melahirkan bayi laki-laki yang normal dan sehat. Ia mengaku saat itu rasa sakit dan takutnya sirna seketika.

Marlina berharap situasi Mamuju segera membaik. Sayangnya, semua keperluan bayi yang telah ia siapkan sebelumnya tak terbawa ketika melarikan diri mengungsi. Ia menunggu bantuan keperluan bayi di tenda pengungsian dan setelah keadaan sudah aman bermaksud untuk mengambil barang-barang bayinya di rumah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Kisah Suster Mia yang Meninggal saat Selamatkan Bayi dalam Gempa Mamuju

Melahirkan di Pengungsian Dibantu Tim Medis Marinir TNI

Sama dengan kisah Marlina, seorang ibu bernama Nurdah juga sempat merasakan harus melahirkan di pengungsian dengan peralatan seadanya. Perempuan berusia 33 tahun itu melahirkan bayi perempuan pada hari Sabtu, 23 Januari 2021 lalu. Nurdah sendiri melewati proses persalinan yang penuh perjuangan.

Dilansir dari Inews, akibat gempa yang terjadi akses menuju rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya menjadi terbatas. Oleh karena itu, proses persalinan Nurdah terpaksa dilakukan di Posko Gabungan Dukes TNI, tepatnya di halaman kantor Gubernur Sulawesi Barat.

Nurdah melahirkan dibantu dengan tim medis dari Marinir TNI AL dan tenaga medis setempat. Menurut Letda Laut (K) dr. Andre Prasetyo Mahesya, pada pukul 19.00 WITA Nurdah sudah mulai merasakan kontraksi tanda persalinan yang kuat. Karena tak dapat dibawa ke rumah sakit, proses persalinan pun langsung dimulai di tenda pengungsian.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selama satu jam dibantu oleh dr. Andre, dr. Doni Purba, dr. Wulan, dan Bidan di Mamasa, akhirnya anak keenam dari pasangan Nurdah dan Udin pun lahir pada pukul 20.00 WITA dalam keadaan sehat.

Artikel Terkait: Bayi-Bayi Ini Lahir Secara Darurat saat Gempa Lombok, Begini Kisahnya

Melahirkan dalam Situasi Bencana, Apa Saja yang Harus Diantisipasi

Tak ada ibu yang ingin melahirkan di situasi darurat atau dalam keadaan bencana. Di tempat pengungsian, segala sesuatunya serba terbatas. Lalu apa saja yang harus dilakukan ibu atau anggota keluarga lainnya jika menghadapi persalinan di tengah suasana bencana? Berikut adalah beberapa tipsnya yang dilansir dari KlikDokter.

1. Mengenali Tanda Persalinan

Terkadang, seorang ibu bisa saja tidak tahu bahwa dirinya akan melahirkan. Oleh karena itu penting untuk mengenali tanda-tanda persalinan yang akan berlangsung sebentar lagi. Tanda-tanda tersebut bisa berupa keluarnya lendir bercampur darah dari vagina, rasa mulas yang makin lama semakin kuat dan berlangsung lama, serta pecahnya air ketuban.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah tanda-tanda akan bersalin muncul, secara perlahan mulut rahim akan membuka dan setelah pembukaan lengkap bayi akan lahir. Jika bayi adalah anak pertama, dibutuhkan sekitar 12 hingga 24 jam untuk lahir dari munculnya tanda-tanda tersebut. Sementara untuk anak kedua dan seterusnya waktunya biasanya berkisar lebih pendek.

2. Memindahkan Ibu ke Lokasi yang Aman

Jika memungkinkan, ibu sebaiknya langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Namun jika tidak, hal pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan ibu yang hendak bersalin ke lokasi yang aman. Menjauhlah dari pusat gempa untuk mengantisipasi adanya gempa susulan.

Apabila berada di dalam ruangan, baringkan ibu di bawah meja agar tak terkena benda yang berjatuhan jika terjadi gempa. Namun jika ada di ruang terbuka, carilah tempat luas yang lapang dan jauh dari bangunan atau tiang-tiang.

3. Pastikan Ibu Tetap Tenang

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal terpenting adalah memastikan ibu tetap tenang dan tidak panik. Bersalin adalah proses alamiah yang sejatinya tidak bisa ditunda-tunda. Selalu dampingi ibu hamil, lakukan hal yang bisa membuatnya rileks seperti memberi teh hangat atau mengusap-usap punggung.

4. Memanggil Bantuan

Cobalah untuk menghubungi layanan gawat darurat seperti 118 atau 119. Anggota keluarga juga bisa meminta bantuan dari tim medis atau paramedis yang biasanya bersiaga di tempat pengungsian. Selain itu, siapkan pula air bersih dan kotak P3K.

***

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan jika menghadapi proses bersalin atau harus melahirkan di pengungsian. Dengan mengetahui beberapa hal dasar, ada banyak hal buruk yang bisa dihindari. Turut berduka cita untuk gempa yang menimpa wilayah Mamuju dan semoga keadaannya bsia cepat membaik kembali.

Baca Juga:

Korban Gempa Mamuju Melahirkan di Mobil, Lakukan Ini Saat Persalinan Darurat

Sentuhan Ibu, Pulihkan Trauma Ibu dan Anak Korban Gempa di Lombok

Mendadak Melahirkan di Pinggir Jalan, Proses Persalinan Sang Ibu Dibantu Kades